[caption id="attachment_168821" align="aligncenter" width="516" caption="Bendera2 Setengah Tiang di Balaikota Leuven (dok pribadi 15/03/12)"][/caption] "Kematian tidak bisa bersanding dengan kebahagiaan" - Hugo Camps (wartawan Belgia) Selasa dan Rabu 13, 14 Maret 2012 seharusnya tidak pernah terjadi di negeri Belgia. Rabu pagi hari itu rakyat Belgia terbangun dengan suguhan kopi yang teramat pahit: serombongan siswa asal Belgia mengalami kecelakan lalu lintas setelah bus yang mengangkut mereka menabrak dinding terowongan Sierre di Swiss. 26 penumpang bus tewas dengan 22 di antaranya adalah anak-anak siswa kelas 6 sekolah dasar (SD). Selain korban tewas, 28 siswa juga mengalami luka berat dan ringan, dengan 3 di antaranya kini dalam keadaan koma. Para siswa tersebut adalah bagian dari rombongan dua sekolah dasar yang berasal dari dua kota kecil di Flandria, Belgia, yaitu kota Lommel dan Heverlee yang baru saja mengakhiri wisata ski mereka di pegunungan Alpen di Swiss. Kecelakaan terjadi sekitar jam 21.15 Selasa malam waktu setempat hanya seperempat jam setelah rombongan yang seluruhnya terdiri atas 3 bus itu berangkat dari St. Luc. di pegunungan Alpen. [caption id="attachment_168816" align="alignright" width="300" caption="Skema kecelakaan bus terowongan Sierre (sumber: De Standaard)"]
[/caption] Menyusul kecelakaan yang terjadi, pihak yang berwajib langsung menutup kedua ujung terowongan yang memiliki panjang 2,5 kilometer. 200 orang anggota regu penolong yang merupakan gabungan dari kepolisan, ambulans dan pemadam kebakaran Swiss telah tiba di lokasi hanya dalam waktu 20 menit setelah kecelakaan terjadi dan berhasil menyelesaikan evakuasi seluruh korban yang meninggal dan luka pada jam 4 pagi dini hari. Pukul 8 pagi lalu lintas terowongan Sierre telah dibuka kembali. "Yang pertama kali kami dengar saat tiba di lokasi kecelakaan adalah jerit tangis anak-anak. Tak bisa saya lukiskan apa yang saya lihat saat itu", tutur Alain Rittiner kepala regu ambulans lokal kepada kantor
berita AFP, Prancis. "Para anggota regu penolong mengalami shock berat mendengar rintihan dan tangis anak-anak yang terjepit di dalam rongsokan bus", lanjut Rittiner. "Apa yang kami lihat dan alami di tempat sungguh di luar semua yang kami bisa bayangkan." "Bahkan anggota regu penolong yang paling berpengalaman sekalipun mengalami trauma dan mengalami kesulitan psikis dalam mengevakuasi para korban", tutur Jean-Pierre Deslarzes, komandan regu penolong. "Sebagian besar dari kami telah berulang kali terlibat dalam mengevakuasi korban kecelakaan berat. Namun pada kasus kecelakaan kali ini (yang melibatkan banyak korban anak-anak), bahkan penolong yang paling senior di antara kami pun menangis..." Satu pesawat Airbus telah dicharter pemerintah Belgia untuk mengangkut para orang tua murid (para korban) dan bertolak hari Rabu siang dari Belgia menuju Jenewa (Swiss). Serombongan politisi Belgia dengan dipimpin Perdana Menteri Elio di Rupo telah bertolak pada hari yang sama dengan menumpang pesawat militer Belgia. "Kematian satu orang dewasa merupakan tragedi. Kematian anak-anak... tidak ada kata yang dapat melukiskannya", demikian kata PM Di Rupo yang tampak begitu terpukul dalam pidatonya di konferensi pers (Belga) didampingi Presiden Konfederasi Swiss Eveline Widmer-Schlumpf. Atas kerja sama pemerintah kedua negara, Belgia dan Swiss, repatriasi jenazah para korban kecelakaan akan dimulai hari Kamis malam ini. PM di Rupo juga mendeklarasikan hari Jumat 16 Maret 2012 sebagai hari berkabung nasional Belgia dengan pengheningan cipta di seluruh negara selama 1 menit yang akan dilakukan pada pukul 11 siang
. Misa arwah dan upacara penyalaan lilin yang dihadiri sekitar 1000 pelayat dan dipimpin oleh Uskup Leonard telah dilakukan pada Rabu malam pukul 19.30 di kota gereja Sint Pieter di kota Leuven, yang terletak berdekatan dengan kota Heverlee, di mana salah satu sekolah dasar tersebut berada. [caption id="attachment_168984" align="alignright" width="210" caption="Menyalakan lilin di sekolah untuk para korban (sumber: dok pribadi 15/03/12)"]
[/caption] Pada saat yang sama penyelidikan atas sebab-sebab kecelakaan bus masih terus dilakukan oleh pihak kepolisian Swiss. Seperti dilansir harian Het Laatste Nieuws, kamera terowongan (
CCTV) memperlihatkan bagaimana kecelakaan terjadi. Analisa awal atas rekaman video tidak memperlihatkan adanya ekses kecepatan dari bus tersebut: kecepatan bus masih di bawah batas maksimum 100km/jam saat menghantam dinding terowongan. Prosedur keselamatan juga telah sepenuhnya dilakukan: seluruh korban diketahui masih mengenakan sabuk pengaman (
seatbelt) saat dievakuasi. Besarnya momentum saat tabrakan menyebabkan seluruh prosedur keselamatan yang telah dilakukan tersebut tidak berarti apa-apa. Penyelidik masih meneliti sebab-sebab teknis seperti rem, kemudi, maupun penyebab lainnya seperti kemungkinan sakit mendadak pada pengemudi (seperti serangan jantung, darah tinggi mendadak atau pingsan...) maupun kemungkinan bahwa pengemudi melakukan hal-hal yang menyebabkannya kehilangan kendali atas busnya. Kecelakaan lalu lintas yang melibatkan bus sendiri sangat jarang terjadi di Eropa Barat. Menurut Radio Television Suisse (RTS), hanya terjadi 5 kasus kecelakaan berat yang melibatkan bus dengan korban jiwa lebih dari 20 orang dalam 10 tahun terakhir di Eropa barat. Menurut Swissinfo, kecelakaan bus paling parah di Swiss terjadi terakhir pada tahun 1982 (30 tahun yang lalu!) di Pfäffikon saat sebuah bus ditabrak kereta di suatu perlintasan yang memakan korban jiwa 39 orang. Kecelakaan besar di Alpen sendiri terjadi terakhir kali pada bulan Oktober tahun 2001 saat sebuah truk terbakar di terowongan Gothard dan menewaskan 11 orang pengguna terowongan.
[caption id="attachment_168985" align="aligncenter" width="300" caption="Belgia Berduka! (Sumber: Dok Pribadi 15/03/12)"]
[/caption] Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya