Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Celana Pendek: Kian Populer di Bapak-Bapak, Kian Langka di Anak-Anak

30 Januari 2023   08:57 Diperbarui: 30 Januari 2023   19:52 1417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai sekitar tahun 2010-an, kalau saya pakai celana pendek untuk pergi ke warung, pasar swalayan, rumah makan, pasar, atau mal atau sekedar ngopi, maka pasti ada salah satu teman saya yang nanyeak:

"Pe, kok pakai celana pendek? Mau narik becak?"

atau,

"Pe, dicari satpam tuh, becaknya di parkiran dimainin anak-anak"

Memang sih. Sampai akhir dekade pertama abad XXI (baca: dua puluh satu), orang dewasa pria yang memakai celana pendek di Indonesia sebagaian besar memang bapak-bapak tukang becak. Maka, tanpa maksud merendahkan profesi penarik becak, para pria dewasa pada masa-masa itu yang mengenakan celana pendek di tempat umum pasti diakan diasosiasikan secara informal sebagai penarik becak.

Pinjam istilah kompasianer Prof Febrianov, saya sih nggak apa-apa, aku sih rapopo.

Pertama, narik becak adalah profesi yang sangat mulia sekaligus green job, ramah lingkungan, anti perubahan iklim, walau ada kesan tereksploitasi. Kedua, pakai celana pendek memang sangat nyaman, apalagi di kota-kota di Indonesia yang bersuhu panas dan lembab.  

Di negara tropis, menurut saya, celana pendek sangat baik dipakai para pria, baik anak-anak maupun dewasa. Selain keleluasaan bergerak, celana pendek memungkinkan adanya sirkulasi udara yang sangat baik untuk kebersihan maupun kesehatan daerah selangkangan kaum pria. Sirkulasi udara yang baik akan sangat mengurangi kelembaban. Ingatlah bahwa selangkangan yang lembab dan panas sangat dicintai bakteri-bakteri maupun berbagai jenis fungus untuk berkembang biak.

Inginkah Anda, para bapak memiliki selangkangan yang jadi lahan subur alias ekosfer untuk budidaya berbagai bakteri dan fungus? Saya sih nggak.

Tapi itu dulu, sekitar 10 tahunan yang lalu. Coba kita lihat jaman sekarang. 

beberapa bapak bercelana pendek mengunjungi taman (detik.com)
beberapa bapak bercelana pendek mengunjungi taman (detik.com)

Kini, memasuki dekade kedua abad XXI, semakin banyak para bapak yang menggunakan celana pendek untuk bepergian ke tempat umum. Tentu saja untuk tujuan-tujuan bepergian yang tidak formil.

Coba Anda lihat di mal, di pasar swalayan, rumah makan, warung, atau kafe. Para bapak jaman sekarang sudah sangat banyak yang memakai celana pendek dengan berbagai jenis yang trendi, tanpa kuatir dikira tukang becak lagi.

Tapi kini, pada saat di mana celana pendek makin populer di kalangan para bapak, ada suatu fenomena alias keanehan yang bisa kita lihat di kalangan anak-anak laki-laki, terutama anak-anak SD alias sekolah dasar.

Fenomena itu adalah semakin banyak anak-anak atau murid-murid SD yang beralih dari celana pendek ke celana panjang.

Ilustrasi anak-anak SD negeri bercelana panjang (sumber foto: sdndelsa.blogspot.com)
Ilustrasi anak-anak SD negeri bercelana panjang (sumber foto: sdndelsa.blogspot.com)

Saya pikir, ini pastinya tidak melanggar peraturan sama sekali karena banyak murid SD negeri yang mengenakannya. Pasti ini tidak bertentangan dengan peraturan yang dikeluarkan oleh dinas pendidikan entah di tingkat mana.

Yang saya pikirkan adalah alasannya. Apakah pembaca ada yang tahu?

Dari segi kesehatan, saya tidak melihat adanya manfaat mengenakan celana panjang bagi para murid SD. Selain berpotensi menaikan suhu (sumuk!, bahasa Jawa) dan tingkat kelembaban di daerah selangkangan seperti yang sudah saya tulis di atas, celana panjang tentu mengurangi keleluasaan bergerak untuk anak-anak seusia SD.

Anak-anak laki-laki seusia SD yang belum berusia remaja tentu sangat aktif dan banyak bergerak. Saya tidak membayangkan kalau saya yang berusia anak SD lalu main bentengan, bola gebok, galasin, dan lain-lain dengan celana panjang. Selain sangat panas, tentu juga sukar bergerak dan ada resiko robek yang sangat besar. Hanya celana pendek yang mampu mengakomodasi tingkat keaktifan luar biasa seorang anak SD.

Kedua, Indonesia adalah negara yang kaya akan sinar matahari.  Anak-anak SD ini beraktifitas di pagi hari di saat matahari akan mendapat banyak vitamin D yang sangat mendukung pertumbuhan tulang. Lagi-lagi hanya celana pendek yang mampu mengakomodasi asupan vitamin D yang dibagikan secara gratis oleh matahari ke anak-anak laki.

Terakhir, dari sisi kesopanan, saya tidak melihat ada yang kurang sopan jika celana pendek dipakai anak-anak SD. Kaki anak-anak SD yang sebagian besar belum akhil balik, umumnya belum berambut sehingga tidak akan menimbulkan rasa risih bagi mereka yang melihat. Sebaliknya dari sisi anak-anak SD pun rasanya tidak ada yang memalukan atau membuat mereka risih dengan memakai celana pendek.   

Kalau celana pendek jauh lebih bermanfaat untuk dipakai anak-anak pria di sekolah dasar, lalu mengapa semakin banyak anak SD yang mengenakan celana panjang? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun