Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Poppy dan Misteri Keringat Suami

8 Oktober 2022   08:19 Diperbarui: 8 Oktober 2022   16:30 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti di filem-filem. Sebuah kecupan di pipi membangunkan Poppy dari tidurnya.

Mas Eddy tersenyum, melambaikan tangan, lalu meninggalkan kamar mereka untuk pamit berangkat.

Poppy memandang pintu kamar yang sedikit ditutup mas Eddy, lalu lalu beranjak duduk di tepi ranjang.

Jam 7.40 Sabtu pagi.

Poppy baru bisa terlelap pukul 1.30 tadi malam setelah sampai di rumah lewat tengah malam sesuai menyelesaikan shift-nya di Instalasi Gawat Darurat di RSUD di mana Mas Eddy suaminya juga bekerja sebagai spesialis anak.

Poppy mendengar celoteh kedua anak mereka dari arah ruang makan. 

Masih ingin sedikit malas-malasan, Poppy meraihnya telepon genggamnya dan membuka applikasi perpesanan.

 Ia mengulum senyum...

Entah siapa yang memulai, obrolan di grup perpesanan alumni SMA di Sabtu pagi menjelang siang kali itu tentang keringat para suami.

Scroll up...

Hmm.. mungkin yang memulai pertama adalah Suzy.

Suzy yang sejak SMA hingga kini berputra tiga tetap langsing dan mungil berceloteh secara virtual,

"Duh... laki gue jam 4 udah sepedaan ama genknya. Katanya hari ini bakalan lebih dari 130 km. Iiiih entar kalau pulang, basah kuyup, lengket, dan bau keringet banget deh tuh jersey sepedaan"

Di bawah pesan itu terkirim sebuah foto sekelompok pesepeda dengan road bike mereka berjejer di trotoar jalan sambil mengacungkan jari membentuk huruf V. Herman, suami Suzy yang langsing dan atletis tampak tersenyum lebar di ujung kanan rombongan itu.

Di bawah unggahan foto para pesepeda gagah itu muncul foto beberapa bapak yang tampak berkeringat sambil menggenggam raketnya masing-masing di depan net sebuah lapangan tenis beralas remukan bata alias gravel.

Di bawahnya ada kepsyen alias komentar Sonya si pengunggah yang suaminya, Hendra, ASN di suatu kementerian.

"Kalau suami gue, kalau Sabtu pagi gini mah udah pasti ke luar main tenis dari jam 6 pagi sama Pak Dirjen. Dia bawa dua kaos. Tapi pasti deh Bestie... basah kuyup keringatan huh!"

Setelah Sonya, giliran Wanda yang posting foto 3 pria gagah bertopi putih di padang rumput golf dengan kostum kaos polo dan celana panjang bermotif kotak-kotak dengan tongkat golf di tangan masing-masing.

Poppy bisa mengenali Anton, suami Wanda, mengenakan kaos polo biru langit dan berdiri tersenyum sumringah di tengah.

"Ah untung suami aku olah raganya golf. Jadi kaosnya gak terlalu basah karena keringat. Cuman agak-agak bau matahari aja," tulus Wanda.

Golf, sepeda, tenis.

Poppy tidak tahu apa olah raga mas Eddy. Selama mereka menikah mas Eddy tidak olah raga. Paling jalan kaki sedikit keliling komplek, atau ikut cabor gaple atau karambol dalam rangka Tujuhbelasan.

Apa hobi mas Eddy? Tidak jelas juga. 

Kapan mas Eddy berkeringat karena menyalurkan hobinya? Entah.

Akhirnya Poppy berdiri meninggalkan kamar.

"Pagi maaa..." seru kompak dua putra kembar mereka Doddy dan Teddy yang berumur 6 tahun yang tengah menghabiskan sarapan mereka sambil ngobrol.

"Pagi semuaaa," balas Poppy tersenyum melihat kedua anaknya di ruang makan.

Nasi goreng, telur dadar, tomat dan timun dipotong-potong. Sepiring perkedel jagung juga terhidang di meja.

"Mama masukin cucian dulu ya" kata Poppy sambil beringsut ke ruang belakang.

Memilah-milah pakaian warna putih di ember untuk dimasukkan ke mesin, tangan Poppy terhenti pada sehelai kaos oblong putih basah kuyup.

Bau keringat dan bau minyak goreng. Tepatnya bau nasi goreng dan perkedel jagung.

"Hah.. eureka! Ini dia hobi yang membuat suamiku berkeringat!" seru Poppy girang dalam hati. 

"Posting foto nasi goreng dan perkedel jagung, nggak ya? 

Jangan ah.. nanti pada iri" kata Poppy ngomong sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun