Bahasa Indonesia banyak menyerap kata dari bahasa asing terutama Belanda di bidang-bidang terkait teknologi dan ilmu pengetahuan. Tidak terhitung kata serapan dari Bahasa Belanda yang kita pakai di ilmu fisika, biologi, kedokteran, otomotif, elektronika, maupun kelistrikan dan lain-lain.
Namun demikian suatu hal yang sangat menakjubkan bahwa kata yang kita pakai untuk menyebut salah satu pelaku utama di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) justru sama sekali bukan kata serapan:Â peneliti.
Peneliti berasal dari kata dasar yaitu kata sifat "teliti" yang diberi awalan "pe-". Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring Kemenristekditi memberi arti utama kata "teliti" sebagai 'cermat; saksama', kata "meneliti" sebagai 'memeriksa (menyelidiki dan sebagainya) dengan cermat', dan kata "peneliti" sebagai 'orang yang meneliti'.
Dari kaca mata kebahasaan, KBBI memberikan definisi yang sangat luas dari kata "peneliti". Dalam konteks metode ilmiah dan iptek, frasa "memeriksa (menyelidiki dan sebagainya)" dalam definisi meneliti dapat kita kembangkan sebagai mengamat-amati, mendefisinikan permasalahan atau pertanyaan, membangun sebuah hipotesa, mengumpulkan data, menguji hipotesa dengan data dan mengambil kesimpulan terkait kesahihan hipotesa yang dibangun. Semua rangkaian kegiatan tersebut dilakukan 'dengan cermat'.
Kata dalam bahasa Belanda untuk peneliti dalam konteks iptek adalah onderzoeker dari kata kerja onderzoeken atau kata benda onderzoek. Secara etimologis, kata onderzoek yang secara kasar berarti "riset", merupakan terjemahan bahasa Belanda dari bahasa Perancis enquete atau Perancis kuna enqueste yang kemungkinan berakar kata quaerere dari bahasa latin yang artinya "mencari" atau "bertanya".
Dalam bahasa Perancis sendiri, dari mana kata enquete berasal, kata enquteur di masa kini berarti "petugas penyelidik di kepolisian" yang dalam bahasa Belanda disebut rechercheur yang kita adopsi juga menjadi "reserse".
"Peneliti" dalam konteks iptek dalam bahasa Perancis adalah chercheur yang arti harafiahnya adalah "pencari". "Mencari" dalam bahasa Perancis adalah rechercher sementara kegiatan penelitian adalah la recherche setara dengan research dalam bahasa Inggris yang diadopsi belakangan menjadi "riset" dalam bahasa Indonesia, dengan pelakunya disebut "periset".
Walau kini kita memiliki kata periset yang kita adopsi belakangan dari bahasa Inggris, adalah sangat menarik untuk mencari tahu mengapa kita justru memakai kata 'peneliti'.
Mengapa dahulu kita tidak mengadopsi kata semacam onderzoeker atau kata lainnya yang artinya lebih pada "pencari" atau "penanya" yang secara filosofis lebih menggambarkan kekritisan seorang ilmuwan (wettenschaper dalam bahasa Belanda) yang berpikir dibandingkan "peneliti" yang artinya dalam konteks metode ilmiah dan iptek, boleh berarti luas namun secara hakekat lebih membatasi ruang gerak pelakunya?
Idealisme "pencarian"seorang "peneliti" hakekatnya jauh lebih luas dari sekedar meneliti. Hal ini bisa tergambar pada hidup almarhum Prof. Dr. Achmad Mochtar.