Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Nanggala dan Waktu Kita yang Tersia-sia

26 April 2021   15:31 Diperbarui: 26 April 2021   16:26 781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: U.S. Navy photo by Mass Communication Specialist 3rd Class Alonzo M. Archer 

Adalah Perjanjian Penyelamatan Bawah Laut Indonesia-Singapore Submarine Rescue Pact (Koh, 2012)  yang ditandatangani pada tanggal 10 Juli 2012 oleh kedua negara, yang melandasi gerak cepat MV Swift Rescue milik Angkatan Laut Singapura untuk segera menuju perairan utara Bali. 

Dengan kecepatan maksimal 11 knots (MarineTraffic.com) kapal MV Swift Rescue tentu hanya mampu tiba di lokasi yang berjarak sekitar 1300 mil laut dalam waktu 4 sampai 5 hari. Bagaimana jika lokasi kecelakaan berada di wilayah Indonesia bagian timur?

Ketergantungan kita pada teknologi yang dimiliki negara lain di masa mendatang nampaknya benar-benar bisa menjadi batu sandungan. 

Tanpa ingin berandai-andai atau melawan takdir, tragedi ini seharusnya membuat kita semua melihat bahwa ketersediaan teknologi yang memadai di situasi yang sama atau yang lain mungkin akan sangat berperan dalam menyelamatkan nyawa.

Tidak perlu pula kita mempersalahkan sini sana yang menyebabkan kita tertinggal di teknologi alutsista, teknik perkapalan maupun kelautan.

Secara umum di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi kita memang tertinggal. Tidak usah terlalu jauh mengawang menciptakan Silikon Valley di Sukabumi, pemahaman adik-adik kita dalam pelajaran matematika dan sains hanya peringkat 72 dan 70 dari 78 negara (Kompas, 5 April 2020).

Orientasi kita sebagai bangsa memang belum tertuju untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Kepuasan kita yang nyata mungkin masih begitu jelas, yaitu menjadi raja di dunia maya, kala kita ditakuti karena mampu merisak lawan-lawan debat tidak nyata. Kita bersenang diri kala kita mampu menjadi penikmat kesemuan atau vanity, atau menjadi kaya raya karenanya.

Waktu yang kita buang untuk kesemuan, kejayaan maya yang tak berdaya, kala sambikala datang meghadang.

Semoga teman-teman pejuang di KRI Nanggala 402 beristirahat tenang di rumahNya dan memaafkan kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun