Bagi orang asing, belajar bahasa Indonesia bisa membuat kulit dahi mengerenyit. Salah satunya adalah pengucapan huruf "e" yang bisa dibaca pepet dan bisa dibaca taling. Buat pembaca yang sudah lupa dengan pelajaran bahasa Indonesia sekolah dasar seri keluarga Budi, mungkin bisa mengingat kembali apakah itu pepet dan taling.
Pepet adalah cara membaca huruf "e" seperti ditemukan pada huruf "e" contohnya pada kata lemper, lepet, rujak bebeg. Ketiganya nama makanan tradisional.
Di sisi lain, taling adalah cara membaca huruf "e" seperti yang ditemukan pada huruf "e" misalnya di kata lempar, tembak dan bebek goreng.
Yang sulit bagi pembelajar asing adalah kapan huruf "e" itu dibaca pepet dan kapan dibaca taling, karena tidak ada pedoman untuk menentukan hal itu. Ada dua cara mengetahuinya. Pertama, adalah dengan membiasakan diri mendengar bagaimana kata-kata tersebut diucapkan oleh para penutur asli dengan benar dan kedua adalah dengan memaknai kata itu dalam keseluruhan konteks kalimat.
Kalau di bahasa Belanda misalnya, pedomannya cukup jelas. Salah satu contohnya, huruf "e" di akhir suku kata biasanya akan dibaca taling. Kata-kata ini misalnya re-nen (lari), ne-men (ambil), e-ten (makan), le-ven (hidup) dibaca dengan "e" pada suku kata pertama pepet dan yang kedua taling. Kata tekenen yang jika dipilah menjadi te-ken-en yang artinya menggambar atau menandatangani juga dibaca dengan "e" pertama pepet sementara sisanya taling. Salah satu kata benda turunan dari kata ini adalah "handtekening" yang berarti tanda tangan.
Nah, kata bahasa Belanda "tekenen" Â yang berarti menggambar atau mendatangani ini adalah salah satu kata benda yang diserap ke dalam bahasa Indonesia tidak baku menjadi kata "teken" yang diartikan sebagai menandatangi atau tanda-tangan.
Kata "teken" yang "e" pertama dibaca taling dan "e" kedua dibaca pepet, sangat sering dipakai dalam bahasa sehari-hari. Salah buktinya terekam dalam satu kalimat mitis (bukan mistis!) dalam filem Penumpasan Pengkhiatan G-30-S/PKI karya sutradara besar Arifin C. Noer yaitu "Teken Jenderal!"
Yang menjadi masalah adalah saat kalimat seperti di judul artikel yang ditulis Pak Khrisna "Jokowi Teken Cabut Prepres: Model Kebijakan Publik 4.0?"Â
Apa arti kata "teken" dalam kalimat tersebut yang juga bernuansa pengulangan? Ada dua kemungkinan.
Pertama, kata "teken" berarti "menandatangani". Adalah obyek kalimat yaitu "Perpres" yang secara tepat membantu pembaca memaknai kata "teken" dalam konteksnya. Kata "teken" dalam kalimat ini adalah kata Indonesia non-baku yang merupakan serapan dari bahasa Belanda dan dibaca dengan "e"pertama dibaca taling, dan "e" kedua dibaca pepet.