Banyak mungkin di antara kita, terutama yang berjiwa milenial yang sebal dengan tahun 2020. Karena COVID-19 banyak yang tidak bisa berlibur, tidak bisa pelesiran ke tempat-tempat yang seru dan instagramable.Â
Annus horibilis! Tahun yang menyebalkan!
Eits, jangan marah dulu, karena yang sebenar-benarnya liburan atau pelesiran pada hakekatnya bukanlah budaya Indonesia.
Buktinya: berbagai kata menyangkut libur, pelesiran, dan teman-temannya bukanlah kata-kata asli nusantara alias kebanyakan dari mereka adalah kata serapan.
Kata "libur" sendiri berasal dari kata Bahasa Perancis "libre" (dibaca dengan 'e' pepet yang sangat lemah). Generasi oma atau nenek kita mungkin akan menyebutnya sebagai 'vrei' yang dalam Bahasa Belanda adalah 'vrij' yang juga berarti 'bebas'.
Kata pelesir berasal dari kata benda "het plezier" yang berarti kesenangan. Orang Belanda biasanya akan mengatakan "selamat bersenang-senang!" dengan kalimat "Veel plezier!"
Jadi benar bukan bahwa liburan bukan budaya nusantara?
Tapi tidak apa-apa walau karena tidak bisa berlibur, tidak bisa pergi naar boven (bahasa Belanda "ke atas") ke Puncak Pass atau gunung-gunung, atau ke Buitenzorg (bahasa Belanda: "tempat peristirahatan di luar") alias Bogor kita masih bisa duduk lesehan di kebun belakang untuk ber-piknik atau "pique-nique" dalam Bahasa Perancis. Pique artinya mencomot ditambah nique yang artinya mencomot hal-hal yang kecil. Maka kalau ada yang mengajak piknik maka kita harus bawa makanan-makanan kecil untuk dibagi Bersama-sama.
Kalau Anda tidak bawa apa-apa saat diajak pique-nique, maka jangan heran kalau lain kali Anda akan dicoret dari daftar "soebatten"[1], kata Bahasa Belanda yang diserap dari Bahasa nusantara yang arti aslinya adalah sobatan, berteman, berkawan, bersobat alias sohiban!
Menunggu sarapan, Jakarta, Â 2 Januari 2020 Â
[1] Tunggu tulisan berikutnya tentang "soebatten"