Bau tanah tersiram hujan gerimis menyeruak masuk ke dalam aula ruang meditasi malam kemarin. Supek (paman guru) kami yang duduk bersila di bagian depan aula, mulai menuturkan sebuah kisah klasik yang sudah diceritakan secara turun temurun di saat meditasi malam di perguruan kami...
Kira-kira di abad ke-17 pada masa pemerintahan kaisar Kangxi (康 熙帝) yang adalah kaisar keempat dari Dinasti Qing di Cina, hiduplah seorang peternak sapi kecil bernama Yuan Giok Fei di suatu desa terpencil di tepi Sungai Kuning (Huang He).
Pada saat yang hampir bersamaan di kawasan yang sekarang dikenal sebagai propinsi Henan(河 南), mengembaralah sepasukan begal dan perampok yang dipimpin oleh pendekar bergodek panjang bernama Bo Kong Wong. Bo Kong Wong tentu bukanlah nama sebenarnya. Penulis memberikan nama ini untuk menggambarkan betapa jahatnya si pendekar bergodek panjang ini dan betapa tidak pantasnya tukang bekal ini beri nama yang pantas.
Gerombolan Bo Kong Wong mengembara dan menjarah dari satu desa ke desa lain di kawasan tersebut tanpa ada seorang pun yang mampu menghentikan mereka.
Sampai pada suatu saat sampailah gerombolan cecunguk ini di desa Yuan Giok Fei dan melakukan penjarahan. Sapi-sapi Yuan yang gemuk-gemuk diambil dan diseret paksa oleh gerombolan Bo Kong Wong tanpa ampun. Hanya beberapa sapi muda dan bayi saja yang tertinggal disisakan oleh gerombolan itu. Yuan yang mencoba melawan justru dihadiahi bogem mentah dan beberapa tendangan yang mendarat di sekujur tubuhnya.
"Ingat Yuan!", seru Bo Kong Wong dari atas kudanya.
"Dua tahun lagi aku akan kembali. Persiapkan sapi-sapimu agar tumbuh besar dan gemuk untuk diserahkan padaku...hahahahahaha", tawa Bo bergema dengan diikuti anak buahnya yang tertawa "wkwkwkwkw" terkekeh-kekeh persis tawa para Kompasianer saat tertawa di kolom komentar.
Yuan Giok Fei yang badannya babak belur hanya bisa memandangi tanpa daya sapi-sapinya yang digelandang oleh gerombolan Bo Kong Wong...
**
Dalam pada itu berjalanlah seorang rahib dari kuil Sōng Shān Shàolín Sì (嵩山 少林寺) yang bernama Yi Long tidak jauh dari desa tempat Yuan Giok Fei tinggal. Menjelang malam, masuklah Yi Long ke desa untuk bermalam di rumah Yuan Giok Fei yang memang adalah seorang temannya.
Sangatlah terkejut sang rahib Yi Long saat melihat kondisi rumah dan kandang Yuan Giok Fei yang luluh lantak sehabis dijarah gerombolan Bo Kong Wong siang harinya.
Melihat rahib Yi Long dari kejauhan, Yuan Giok Fei yang masih terduduk di tanah meratapi nasibnya segera bangkit dan berlari ke arah sang rahib.
Yi Long yang terenyuh melihat nasib Yuan sahabatnya hanya mampu membopong Yuan yang masih terisak-isak ke dalam rumah.
**
Beberapa hari tinggal rahib Yi Long di rumah Yuan Giok Fei untuk merawat luka-lukanya dan membantu penduduk desa lainnya.
Pada suatu pagi, Yi Long berniat untuk pergi melanjutkan pengembaraanya saat Yuan Giok Fei menahannya sambil berkata,
"Mastaa mastaaa you have to teach me Kung Fu!!"
Tidak sampai hati meninggalkan sahabatnya begitu saja, Yi Long pun berpikir sejenak dua jenak.
"Ambilah sapimu yang paling kecil", kata Yi Long pada Yuan.
Yuang pun bergegas mengambil sapinya yang termuda yang beratnya baru sekitar 5 kg.
"Berlarilah, gendong sapi mudamu itu dan lompatilah pohon jati kecil di depan rumahmu itu", kata Yi Long.
Tanpa pikir panjang, Yuan Giok Fei sambil mengendong anak sapinya, berlari dan melompati pohon jati yang tingginya sekitar setengah meter.
"Lakukanlah itu 10 kali di saat matahari terbit dan 10 kali di saat matahari terbenam sampai dengan gerombolan Bo Kong Wong datang dua tahun lagi!", tukas Yi Long.
"Baiklah mastaa!", jawab Yuan Giok Fei takzim.
**
Begitulah Yuan melewati pagi dan senja harinya setelah kepergian Yi Long. Sambil menggendong sapi mudanya 10 kali dia melompati pohon jati di depan rumahnya di pagi hari dan 10 kali pula hal yang sama dilakukan di sore hari. Begitu setiap hari sampai hari kedatangan Bo Kong Wong itu terjadi kembali dua tahun kemudian...
**
"Yuan Giok Fei! Serahkan sapi-sapimu sekarang juga!!", teriak Bo Kong Wong menggema yang diikuti oleh tawa terkekeh kekeh anak buahnya...wkwkwkwkwkwkw....
"YUAAANNN!!" teriak Bo Kong Wong kembali.
Tiba-tiba dari balik pohon jati yang setinggi 8 meter terdengar suara orang berlari. Sekonyong-konyong munculah Yuan Giok Fei melompat di udara dari balik pohon jati sambil menggendong sapinya yang besar dan beratnya hampir 200 kg..
BUUMMMM! ....bunyi tanah menggelegar dan bergetar keras saat Yuan Giok Fei (dan sapi yang digendongnya) mendarat di hadapan Bo Kong Wong.
"Tuan Bo ini sapimu!", kata Yuan Giok Fei sambil menatangkan sapi gemuknya ke arah Bo Kong Wong.
Melihat itu, Bo Kong Wong dan seluruh gerombolan begalnya hanya bisa perlahan melangkah mundur sebelum berlari ketakuktan tunggang langggang menjauhi Yuan Giok Fei...
Supek kami mengakhiri kisahnya sambil berkata, "berlatih untuk melakukan hal-hal yang kecil dengan tekun. Suatu saat hal kecil itu akan menjadi keberhasilan besar. Hidup adalah Kung Fu!"
**
Xin Nian Kuai Le, Gong Xi Fa Cai buat semua Kompasianer!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H