Nyaris seminggu terakhir ini konon dunia Facebook nusantara menjadi gempar lantaran ada seorang Facebooker dengan nama Facebook "Arif Kusnandar" mengancam akan melakukan pembantaian terhadap etnis tertentu kalau jika nilai tukar rupiah terhadap dollar terus turun.
Entah apa yang ada di kepala dan bathin mas Arif Kusnandar ini sehingga terbersit ide "hebat" untuk melakukan pembantaian atas etnis tertentu.
Apakah Mas Arif Kusnandar tidak pernah mendengar tentang perseteruan suku Tutsi lawan suku Hutu di Rwanda, atau mendengar tentang konflik di negara-negara Balkan selama puluhan tahun? Kasus di Sampang? Atau konflik yang terjadi di tanah air kita menyusul peristiwa yang disebut sebagai "G30SPKI" oleh pemerintah Orba?
Ngeri banget Mas.. Amit amit jabang bayi.. jangan sampai sekalipun hal kayak di atas terjadi lagi terhadap siapapun. Golongan apapun.
Ah tapi saya tidak ingin terlalu jauh untuk mencoba membaca pikiran sekaligus men-scan apa yang pernah atau tidak pernah dibaca atau didengar oleh seorang Mas Arif Kusnandar.
Yang dekat-dekat saja, yang pasti Mas Arif Kusnandar ini tidak kenal dengan Teresa Teng. Eh..Teresa Teng?
Buat yang juga belum kenal, Teresa Teng (29 Januari 1953 – 8 Mei 1995) adalah seorang biduanita pop asal Taiwan yang pada masanya memiliki tingkat ketenaran seantero jagat raya.
Terlahir dengan nama asli Dèng Lìjūn atau Teng Li-chun, Teresa Teng memulai karirnya sebagai penyanyi rekaman di Jepang pada tahun 1973. Sukses di Jepang membawanya untuk menyanyikan dan merekam lagu-lagu dalam bahasa mandarin di Hongkong.
Karir Teresa Teng justru melejit sejak dia hijrah ke Amerika Serikat pada tahun 1979 untuk belajar bahasa Inggris di UCLA. Konser-konser dan rekaman-rekamannya album-albumnya dalam bahasa Inggris dan Mandarin yang sukses di Amerika Serikat justru membuatnya terkenal di negara-negara Asia berbahasa Cina seperti Hongkong, Taiwan tanah airnya dan bahkan di Republik Rakyat Cina atau RRC yang pada tahun 1980-an masih merupakan negara komunis yang tertutup dan bersitegang secara politik dengan Taiwan.
Ada anekdot yang mengatakan bahwa selama tahun 80-an, satu-satunya hal yang membuat pemimpin RRC saat itu, Deng Xiaoping untuk tidak menyerbu dan menganeksasi Taiwan adalah karena Deng takut melukai hati Teresa Teng.