Sekitar 30 tahun yang lalu:
Satu hal yang membuat saya sungguh betah ikut aktif dalam gerakan kepramukaan adalah menyanyi.
Mungkin saya yang beruntung karena gugus depan (gudep) tempat saya menginduk memiliki kakak-kakak penegak yang memiliki perbendaharaan lagu dan jenis musik yang luar biasa. Dari lagu "Cik-cik periuk" sampai lagu "Say masi selamat neger negeri", dari lagu "Kumbayah" sampai "Today"-nya John Denver, dari lagu "Pak Dengkek Nduwe Andeng-Andeng Gedhe" sampai lagu "Drakula"nya Pancaran Sinar Petromaks...
Di antara lagu-lagu yang umumnya jenaka dan gembira ada satu saja lagu sedih yang sampai bisa muncul sewaktu-waktu: "Nobody knows the trouble I've seen".
Lagu negro spiritual ini sangat popular dinyanyikan Louis Armstrong alias Satchmo, yang teksnya kira-kira begini:
Nobody knows the trouble I've seen
Nobody knows my sorrow
Nobody knows the trouble I've seen
Glory hallelujah...
Saya masih teringat bagaimana rasa ngelangut saat menyanyikan lagu ini sambil menjelajahi bukit di Situ Patenggang atau di bumi perkemahan di Kopeng, Semarang sembari memandang ke kejauhan.
Lagu yang sangat lembut, sangat lambat seperti yang dinyanyikan Louis Armstrong namun dengan pesan begitu kuat: ada satu masalah, satu kesedihan yang kita lihat yang tak terlihat orang lain...
***
Masa kampanye Pemilu terakhir tiga partai 17 tahun yang silam:
Saya teringat seorang kawan bertubuh tinggi tegap berlari kencang ke arah sekelompok kerumunan masa sambil berteriak dan mengacungkan samurai. Langkahnya terhenti saat seorang berseragam militer dengan helm putih bertuliskan "PM" menembakan tembakan peringatan ke udara.