Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pekak dan Pekok

6 Februari 2015   11:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:44 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1423170696466877008

[caption id="attachment_367498" align="aligncenter" width="560" caption="di pojok kios majalah (dok.pri)"][/caption]

Di pojok kios majalah itu, kuambil dan mulai kubaca satu harian berjudul "INTERNASIONAL"...

A: "Hai pekok[1]! Bebaskan teman-temanku, angkat kakimu dari sini atau kuputuskan leher temanmu..."
B: "Hahahahahaha... kalian yang pekok. Sedikit-sedikit gorok.. sedikit-sedikit bunuh!"
A: "Tawa kalian tawa orang pekok. Kalian tertawakan semuanya seakan semua adalah bahan tertawaan. Munafik!"
B: "Haahahahahahhaha...  Maling teriak maling. Pekok teriak pekok. Munafik teriak munafik!"
A: "Tertawalah sepuasnya. Ledek kami sepuasnya. Apa yang kalian lihat, itu belum apa-apa!"
B: "Hahahahahaha.... Takuuuttt... hahahahahaha... Orang pekok tukang represi kebebasan!"
A: "Kebebasan kebablasan khas orang pekok. Kalian akan tahu akibatnya! Kalian acak-acak rumah kami. Kami akan datang ke rumah kalian. Lihat saja...Pekok!"
B: "Hahahahaha... tukang ancam.. sedikit-sedikit ancam.. sedikit-sedikit culik..sedikit-sedikit sandra.. gorok.. bakar... biadap pekok!"
A: "Kalian akan lihat kami datang... masuk ke rumah kalian. Darah di tanah kalian!"
B: "Hahahahaha... dasar pekok!"
A: "Pekok!"
B: "Pekok!"..
...

"Pekak" otakku. Kubuang harian itu.
Kuambil satu yang lain ... "NASIONAL" ...

C: "Makzulkan dia-makzulkan diaaa!... Seratus hari nggak bisa apa-apa! ... Pekok!"
D: "Pemimpin slonong boy klemar-klemer...Ngomong nggak jelas... Nggak jelas mau ngapain..."
E: "Hoooi... yang gerombal gerombol itu yang nggak jelas... massa nggak jelas..massa pekok!"
F: "Hooooii...Kamu yang pekok! Katanya mumpuni hukum dan mulitiki... seenaknya nuduh nggak jelas.. Pekok!"
G: "Pekok semua... masalah ngangkat panglima centeng aja jadi panjang."
H: "Tenang bro tenang... yang salah bukan beliau, tapi ini salah mak lampir.. Ini ide si mak lampir yang punya utang sama si calon panglima centeng!"
I: "Eh eh eh eh... enak aja salahin emak. Emak nggak salah. Ini salah si slonong boy..  nggak tahu unggah ungguh... lompatin kita-kita yang senior...kacang lupa kulit!"
J: "Pekok! Calon panglima centeng nggak jujur... Perut aja digendutin! Pekok!"
K: "Sembarangan ngomong...  Pekok! Sini kalau berani. Kuperkarakan kalian! Sok berantas-berantas.. belum tahu siapa yang megang di sini ya?!"
L: "Makelar pekok! Nggak bakal panutan kalian jadi panglima centeng..."
M: "Sok berantas-berantas pekok!"
N: "Makelar pekok! Perut aja digendutin...."
O: "Pekok!"
P: "Pekok!"..
...

Otakku tambah 'pekak'.

Tiba-tiba telepon genggamku bergetar. SMS masuk, dari istriku:

"Pa, jgn lupa beli kertas krep biru buat prakarya adek besok. Mampir juga ya di pasar beli tahu putih 3, tempe 2, bawang putih stgh kg. Da dag.."

Fiuh... istri, anak-anak, keluarga, panggilan.

Tiada yang lebih penting ketimbang hal-hal itu.
Hal-hal yang palingkanku dari dunia yang pekakkan otak,
yang selamatkan diriku dari kemungkinan menjadi pekok.

-tamat-

[1] Pekok=bodoh, goblok

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun