Gunung Merapi di Kaliurang.Â
Jumat (30/12/2022) pagi hari kembali terjadi luncuran awanpanas guguran di Merapi, kejadian pukul 06.55 WIB tersebut dapat disaksikan dari lerengnya karena kebetulan cuaca sedang cerah. Kepulan awan panas menuruni lereng secara visual terlihat juga dari Pos PengamatanLaman twitter BPPTKG menyampaikan bahwa luncuran awan panas guguran tersebut  sejauh 900 m, dengan rekaman seismik tercatat durasi 213.3 detik dan amplitudo 25 mm, luncuran tersebut mengarah ke hulu Kali Putih di wilayah Kabupten Magelang. Bekas torehan kubah lava yang gugur pun juga dapat disaksikan dengan jelas dari beberapa lokasi. Aktivitas Merapi saat ini dalam tingkat SIAGA (Level III), hampir dua tahun tingkat aktivitas gunung ini bertahan dalam tingkat III.Â
Hal ini menjadi SIAGA terlama dalam periode kejadian erupsi sejak tahun 2006 hingga sekarang. Merapi saat ini dalam model letusan efusif, yang secara awam dapat diartikan gunung ini sedang membangun kubah lava. Ancaman bahaya saat ini berupa awanpanas guguran yang longsor karena kubah lava lama yang tidak stabil terdorong oleh pertumbuhan kubah lava baru. Semakin besar volume material yang digugurkan akan menjadikan dampak letusan yang makin luas. Secara fisis material awanpanas guguran tersebut akan menuruni lereng dan masuk ke alur sungai dibagian hulu.Â
Merapi saat ini memiliki dua kubah lava yaitu kubah lava di tengah kawah dan kubah lava di sisi barat daya, volume kubah lava  di tengah kawah sbeesar 2.77 juta meter kubik sedangkan kubah lava barat daya sebesar 1.62 juta meter kubik. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) sudah membuat kajian risiko dan skenario bahaya dari aktivitas saat ini, dimana didalam kajian tersebut tertuang rekomendasi teknis dan upaya mitigasi.Â
Dalam kajiannya BPPTKG menyampaikan bahwa potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awanpanas di sektor selatan–barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Bebeng, Krasak sejauh maksimal 7 km. Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
Selain dampak dari erupsi kejadian lahar hujan juga memiliki potensi bencana yang nyata, dimana musim hujan masih berlangsung dan potensi hujan ringan hingga lebat masih terjadi di puncak dan lereng Merapi. Hal ini menjadi kewaspadaan bagi warga masyarakat yang beraktivitas penambangan galian C di alur sungai yang berhulu di Merapi. Potensi ancaman berupa longsornya kubah lava lama yang sudah lapuk akibat deformasi masih nyata di lereng barat - barat laut.Â
Upaya kesiapsiagaan pemerintah melalui BPBD Kabupaten di lingkar Merapi dengan memperbaharui rencana konjingensi sangat tepat untuk melihat kesiapan dan menyusun skenario kedaruratan jika sewaktu-waktu Merapi erupsi. Upaya mitigasi yang dilakukan BPPTKG dengan membuat peta skenario bahaya yang didasarkan pada kajian ancaman terkini menjadi pegangan bagi upaya-upaya pengurangan risiko bencana. Pelatihan, sosialisasi dan penyebaran informasi aktivitas Merapi terkini juga dilakukan dalam mendukung upaya menyelamatkan warga dari bahaya erupsi.
Pesan Merapi melalui luncuran awanpanas guguran ini sangat jelas, bahwa dia masih menunjukkan eksistensinya kepada kita warga di lerengnya. Menguji kesabaran dan kesiapsiagaan warga yang tinggal di Kawasan Rawan Becana Gunung Merapi untuk tetap mengamati dan mengikuti perilakunya. Masyarakat masih dapat beraktivitas normal diluar radius 3 Km dari puncak, bertani, menambang pasir, mengelola pariwisata, beternak dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan. Namun tetap harus bersiap diri dan mawas terhadap aktivitas Gunung Merapi. Sampai kapan? sampai aktivitasnya kembali NORMAL. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H