(Dilema Sang Perenung)
Senja melambat..menuju petang..Sang Perenung  menghitung doa diantara celah jemari...pencapaian puncak ilahi...
Datang lah seorang pemuda, bertanya tentang Yang Maha Ada...
Sang Perenung, mengulas senyum menggambarkan kebijakan sejati..
Dalam hatinya, inilah saatnya aku harus mewarisi ilmu suci ini..
Kemudian, diambilnya lembaran tulisan tangan,               tulisan; tentang perjalanan hidupnya. - tentang perjumpaan dengan yang Maha Suci...dan bergaul  akrab...denganNya..
Pemuda inipun pulang dengan gembira..menerima buku suci ini.
Dengan antusias dibacanya..berulang-ulang hingga hafal...tak ada yang terlewat satu titik pun.. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â kemudian diapun mengabarkan kepada semua kawan-kawannya...dan kawan-kawannyapun mengabarkannya..kepada seluruh dunia.
Hingga suatu saat, terjadilah perselisihan yang tajam...Dan para pemuda itu bertahan bahkan, bernazar..untuk mengorbankan nyawanya..dan mereka pun berperang dengan menyebut nama  Sang Perenung...banyaklah korban diantara mereka...hingga rela melepas nyawa...
Hingga suatu saat sampailah di telinga Sang Perenung...
Sangatlah sedih dan hancur hatinya...ada penyesalan yang sangat dalam...rasanya seperti hati yang berdarah..