Mohon tunggu...
Joko Kristiono
Joko Kristiono Mohon Tunggu... Konsultan - Berkah Dalem

Putra Bangsa Kelahiran Semarang. Mencintai keheningan, berusaha terus menerus cinta damai terhadap setiap makluk.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pondok Pertapa 2016

2 Januari 2016   09:30 Diperbarui: 2 Januari 2016   09:30 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pondok Semedi, tempat bertapa. Kali ini aku benar melihat dengan mata kepala beberapa pondok yang dibuat dari kayu seadanya di tepi hutan untuk bertapa. Melihat pondok ini pertama tidak ada yang menarik perhatian. Namun setelah aku duduk tenang, Pondok  Itu masuk dalam ingatan. Menarik untuk melihat kembali penglihatan yang aku alami di hari pertama dalam tahun yang penuh pengharapan ini, 2016.

Tidak pernah aku bayangkan sebelumnya bahwa ternyata ada tempat tempat yang dicari dan digunakan untuk bertapa, bersemedi di tengah hutan. Hanya memang pernah mendengar dalam dunia pewayangan kalau tokoh tokoh pandawa lima sering dikisahkan bertapa di hutan gong liwang liwung, hutan yang belum dirambah sebelumnya. 

Ada 13 pondok ditepi hutan di Botania, Batam ini. Pondok pondok itu di buat semacam rumah panggung dari sebetan, bilah-bilah papan sisa-sisa. Luas nya kira kira 3 meter persegi, dengan dinding juga dari papan dan beratap seng asbes. 

Berbeda dengan pondok yang lain, Pondok milik sang guru. Dibangun di atas tanah gundukan, diberi semacam pagar rapat keliling dengan anyaman bahan dari plastik hitam, sebagai pelindung dari ganguan binatang melata dan pondoknya dilengkapi dengan kelambu anti nyamuk.

Aku bertanya apa maksud masuknya ingatan akan penglihatan pondok yang aku alami di tanggal 1 Januari 2016 tersebut bagi hidupku? Tempat doa. Banyak tempat yang dapat digunakan untuk berdoa, bersemedi. Di sekitar aku tinggal, tersedia tempat untuk berdoa, bersemedi dan bermeditasi. Ada Gua Maria Ratu Damai, ada gereja yang megah, ada Kapel Adorasi Abadi. Bahkan bukankah di setiap tempat aku harus bisa tetap bahkan selalu berdoa.

Pondok bertapa itu membawa aku pada pengalaman sepanjang tahun-tahun yang telah silam. Aku disibukkan dengan berbagai aktifitas yang harus cepat dilakukan dan kurang memberi waktu dan tempat untuk duduk hening. Rasanya penglihatan di hari baru dalam tahun 2016 itu mengajak, mengingatkan, menuntun aku kepada kehidupan yang lebih matang yang ditandai dengan hidup yang memberi tempat pada keheningan. 

Bertapa dan berdoa, menyediakan tempat yang baik untuk bersemedi, menarik perhatian ku.Di ujung tahun 2015, Aku dibawa ke tempat yang sunyi dan semalam malaman aku menanti saat bergantinya tahun sambil berdoa. Dalam gelap, jauh dari lampu terang benderang kota Batam aku menanti. Sayup-sayup ledakan kembang api yang menerangi langit Batam terdengar. Dari jauh aku melihat warna-warni kembang api yang menghalau gelap malam Kota Batam Bandar Dunia Madani. Merah merona besar berlalu pelan. Pyur aneka warna memencar membentuk formasi yang indah. Itulah suasana saat aku dibawa untuk menanti ganti tahun. Jauh dari keramaian, hiruk pikuknya kota Batam. Bahkan jauh dari padatnya lalulintas manusia di jalanan Batam yang tidak seberapa. 

Adakah tempat bagimu untuk bertapa, bertekur dalam doa dihadirat Tuhan? Ataukah hanya akan berlalu seperti tahun yang sudah hari-harimu di tahun yang penuh harapan in?

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun