Merenungkan tindakan salah satu Kompasianer yang menghujat dan mengata-katai, undangan makan siang ke Istana Presiden oleh Presiden RI Pak Jokowi, saya menemukan nas yang tertulis dalam Kitab Suci. Nas itu demikian "Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya. Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar." (lih Luk 14:13-14).
Lalu hati saya juga terarah pada nas lain tentang  orang yang mengadakan perjamuan besar. Nas itu demikian: "Ada seorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang. Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap. Tetapi dari antara yang diundang berkata kepadanya: Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan. Yang lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan. Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang" (Bdk Luk 14:15-24).
Setelah membaca beberapa kali nas di atas, saya merasakan dorongan untuk menuliskan demikian untuk yang terhormat Pak Presiden.Â
Pertama, Pak Presiden saya salah satu anggota komunitas Kompasiana. Saya bersyukur bahwa komunitas kami bapak undang untuk makan siang di Istana Negara kendati hanya perwakilan dari sekian banyak anggota komunitas kami. Â Memang saya tidak dapat menghadiri kopdar komunitas Kompasiana di Jakarta karena alasan kerja dan tugas yang masih harus diselesaikan.Â
Kedua, Keputusan Pak Presiden mengundang komunitas kami, sangat kami hargai. Saya merasa yakin Bapak termasuk orang yang boleh berbahagia. Sesuai dengan nas diatas, Bapak Presiden sudah mengundang orang-orang seperti kami, seperti Mas Fadli yang jauh-jauh dari Kundur, kota yang tidak ada dipeta, Mas Sayuti, Mas Opi, Mas Aswi dan temen-temen semua, orang-orang miskin. Bahkan ada temen kami yang tidak bisa pulang karena kehabisan uang saku. Kami tidak punya apa-apa untuk dapat membalas undangan Bapak. Kami hanya orang kecil. Kami tidak dapat membalas kebaikan dan kemurahan hati Bapak namun kami berdoa semoga Bapak dianugerahi rahmat kebijaksanaan seperti yang dialami oleh Raja Salomo yang dapat memimpin rakyatnya dengan hati yang bijaksana.Â
Ketiga, dari nas diatas, saya juga belajar jikalau tidak dapat menghadiri undangan perjamuan, sebaiknya dengan cara yang halus untuk menghargai Pak Presiden yang sudah mengundang tidak seperti yang dilakukan saudara kami yang sudah menuliskan yang seharusnya tidak perlu di medsos, FB. Untuk saudara kami yang sudah bersikap tidak sopan, mohon Bapak berkenan memberikan pengampunan dan doa supaya ia tenang dalam hidupnya. Saya juga memohon dengan rendah hati supaya jikalau berkenan di hati Bapak supaya dihindarkan dikirimkan pasukan elit atau sejenisnya untuk menangkap saudari kami itu.Â
Keempat, saya merasakan satu sikap yang layak kami teladani yakni sikap murah hati. Bapak Presiden sangat murah hati bagi komunitas kami, kompasiana. Saya yakin bapak juga murah hati bagi sesama kami yang bapak jumpai setiap hari kendati mungkin tidak diekspos. Karena yang kami dengan Bapak suka blusukan.
Akhirnya saya hanya bisa berdoa untuk Bapak dan keluarga, semoga dalam menjalankan tugas perutusan dan panggilan untuk memimpin bangsa yang besar ini tetap sehat dan rakyat damai tenteram. Saya rasa ini refleksi saya atas pengalaman sepanjang hari ini untuk menutup lembaran hari ini sebelum tidur. Wasalam salam hangat dari Batam.Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H