Mohon tunggu...
Joko Kristiono
Joko Kristiono Mohon Tunggu... Konsultan - Berkah Dalem

Putra Bangsa Kelahiran Semarang. Mencintai keheningan, berusaha terus menerus cinta damai terhadap setiap makluk.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kepuasan Semu vs Kebahagiaan Sejati

28 Juni 2012   16:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:26 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

"...Mereka menyalibkan Dia, lalu mereka membagi pakaian-Nya dengan membuang undi atasnya untuk menentukan bagian masing-masing. Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia, dan sambil menggelengkan kepala. Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli Taurat mengolok-olokkan Dia di antara mereka sendiri. Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga." (Mrk 15:21-32)

Merenungkan peristiwa yang terjadi di sekitar peristiwa kematian Yesus, Guru dan sahabatku, sangat mengaggumkan dan tidak pernah habis memberi inspirasi.  Saat ini aku menemukan satu mutiara yang belum pernah kutemukan, yaitu kepuasan. Kepuasan itu rasa yang menggambarkan bahwa apa yang selama ini menjadi barangkali beban akhirnya dapat teratasi. Atau masalah yang barangkali membelenggu akhirnya sirna.  Atau ibarat "kelilip" mata akhirnya dapat keluar. Orang yang mengalami hal-hal tersebut pastilah akan merasakan kepuasan, kelegaan.

Dalam kisah seputar kematian Guru, saya yakin seratus persen bahwa para  ahli-ahli taurat, orang Farisi dan imam-imam kepala merasa sangat-sangat puas dapat menyalibkan Guru, bentuk penghinaan yang paling hina. Tidak ada penghinaan lain yang paling keji pada jaman Guru hidup selain mati di salib, sudah tergantung tidak  berdaya dicacimaki dan dihina lagi bahkan jadi tontonan setiap orang yang lewat. Sungguh penghinaan yang sangat kejam. Seorang satria tidak akan membunuh lawannya jika sudah tidak berdaya. Tapi tidak bagi sang eksekutor, keberhasilan membuat orang lain menderita seperti itu adalah sebuah keberhasilan yang dinanti-nanti, ditunggu-tunggu, bahkan direncanakan secara matang dan rapi.

Puas alias lega rasanya dapat menyingkirkan selilit. Selilit itu secuil daging yang masuk disela-sela gigi sesudah makan daging sapi atau daging apapun. Selilit itu tidak membunuh tetapi membuat rasa tidak nyaman. Nah bagi orang yang mengalami sedang keselilitan, akan juga merasakan kepuasan tersendiri ketika berhasil mengeluarkan selilit tadi dari rongga giginya. Perasaan ini sangat realistis karena usaha untuk mengeluarkan selilit juga barangkali tidak mudah dan akhirnya berhasil. Lega rasanya. Mak plong katanya.

Puas atau lega mungkin juga bisa dikatakan bahagia   jika rasa ini dialami oleh orang yang telah berhasil menempuh ujian. Dengan jerih lelah mempersiapkan diri. Tanpa kenal kantuk membaca dan belajar untuk menguasai materi. Setelah membuka amplop pengumuman dan hasilnya lulus, puas  bahkan bahagia rasanya bahkan lebih dari itu tangisan dan airmata bahagia.  Ini salah satu kepuasan yang pernah saya alami.

Seorang Ibu asuh atau bapak asuh, saya yakin akan merasakan kepuasan ketika anak yang diasuhnya merasakan dan mengalami keberhasilan.  Dan saya percaya juga  bahwa kecil kemungkinannnya seorang ibu asuh puas atau lega ketika anak asuhnya gagal. Sebaliknya kekecewan atau penyesalan karena kurang mampu memberi bantuan didikan yang maksimal akan menghatui seluruh hidupnya.

Banyak hal dan contoh lain yang dapat membuat manusia ini merasa puas dan lega. Karena rasa ini memang dikaruniakan bagi manusia sebagai citra Allah  yang paling sempurna supaya dapat merasakannya dan akhirnya ingat kepada Sang penciptanya bahwa dirinya telah dikaruniai oleh rasa dan perasaan.  Namun demikian saya dapat mengatakan kepada mereka yang puas karena orang lain sengsara atau menderita  itu seperti orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat serta imam-imam kepala dalam pengalaman yang dialami oleh Guru. Bahkan saya percaya jika di dunia ini siapapun yang berhasil membuat orang lain menderita, ia telah membuat Guru juga menderita. Karena saya ingat apa yang pernah dikatakan oleh Guru: "Apapun yag telah engkau lakukan untuk saudara-saudariku yang paling hina ini, itu telah engkau lakukan untuk Aku". (Bdk Mat 25:40).

Namun demikian jika saya atau kita menjumpai orang  yang merasa puas atau lega setelah berhasil membuat orang lain menderita, tidak boleh dan tidak dibenarkan untuk  menghakimi dia.  Kita boleh mengerti dan mengetahui bahwa ia telah melakukan seperti apa yang telah dilakukan oleh para ahli taurat dan orang farisi itu sudah cukup. Sebaliknya Guru telah memberi teladan. Ketika Ia tergantung di salib, dicemooh, dihina dan seterusnya, Guru berdoa bagi mereka yang mencemooh dan merasa lega serta puas telah berhasil menyalibkan diriNya. Doanya" Bapa , ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat". (Luk. 23:34). Saat menuliskan secuil renungan inipun saya juga memanjatkan doa bagi mereka yang telah merasakan kepuasan dan kelegaan karena telah berhasil membuat orang lain menderita: "Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tau apa yang mereka lakukan".

Rasa perasaan sulit ditipu, mudah ditangkap. Namun sulit membedakan dari mana asalnya: Roh Kudus atau roh jahat.  Rasa puas dan lega jika ujung-ujungnya semakin mendekatkan diri kepada Allah dan ciptaanNya, itu sudah dapat dipastikan asalnya dari Roh Kudus. Sebaliknya jika rasa puas atau lega tersebut semakin menjauhkan dirinya dengan Allah dan ciptaanNya, itu pratanda berasal dari roh jahat yang membawa hati seseorang secara pelan dan pasti untuk semakin menjauh dari Allah. Apalagi ditambah jika jarang komunikasi dengan dan bertanya pada Guru. Roh jahat itu pintar, pintar luar biasa. maka waspada terhadap gerak geriknya. Jika hatimu lembut seperti spon, Roh Kudus akan meresap seperti air. Karna itu kepuasan dan kelegaan dapat juga hanya semu sifatnya jika itu berasal dari roh jahat. Hal itu dapat dilihat dari tanda-tanda  lahirnya: bahagia melihat orang lain sengsara. Apa yang engkau inginkan????  KEBAHAGIAAN SEMU ATAU KEBAHAGIAAN SEJATI???????

Salam Damai. Guru memberkati Anda sekalian.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun