Orang Tua Itu Ternyata Penunggu
Ketika setamat SMA ku putuskan untuk merantau ke sebuah kota kira- kira 250 kilo meteran dari desaku. Kumerasa nasib ortuku yang buruh tani dan otakku yang tak sampai setinggi pinggang ini akan bisa mengikuti mata kuliah nantinya . "Mak! besok pagi kumau pergi ke kota cari kerja!, ... didesa ini tak ada kerja selain buruh tani, siapa tahu nanti kubisa merubah nasib," jawab Mak, "Mak sebenarnya gak keberatan kamu cari kerja di kota, tapi coba kamu lihat adek- adekmu tu Prakoso, masih kecil kecil, nanti yang bantu urus siapa?, kamu tau ayahmu sudah tua!, sedang Makmu kerja buruh tani gak cukup untuk hidup adek adek mu! kedua anak dan ibu itu terdiam lalu timpal Prakoso, "Mak kalau aku tinggal di desa terus-terusan nanti gak ada kemajuan, siapa tahu nanti aku bisa bantu bantu Mak." Mendengar ucapan anak pertamanya itu Mak Parni memandangi Prokoso, "Prakoso, kalau kamu mau ke kota, terus mau tinggal tempat siapa dan dimana?" "Ku mau di ajak Putro dia mau ke kota jenguk saudaraya nanti ku bisa numpang ditempat saudaraya." Kata Mak Parni, "Ya kalau kamu mau nekad ya terserah yang penting kamu bisa jaga diri saja."
Dengan bekal seadanya kuberangkat bersama sahabat karibku sedesa. Setelah beberapa jam perjalanan, bus yang kutumpangin ala tahun 90 an, telah mencapai sebuah rumah makan, namun waktu itu sopir enggan untuk mampir di rumah makan yang dilewatinya dan malah terus melaju melawan lumpur dan lobang lobang jalan desa. Bus yang kutumpangin terus melaju tanpa menghentikan nafas bisingnya . Tiba tiba terlihat dari jauh ada sekumpulan orang dan ada dua mobil sedang berhenti juga beberapa mobil yang sedang parkir. Mobil kami terhenti oleh empat orang polisi yang masing masing pintu kemudian di jaga oleh dua orang polisi.
"Jangan ada yang turun sebelum ada aba aba dari petugas!" teriak polisi itu. Lalu kami di periksa satu persatu supaya turun dari mobil. Sampailah pada giliranku aku diperiksa dan ditanyain KTP ku, "Mana KTP mu dek?!" Jawabku, "Saya gakk punya KTP mas polisi." Maka segeralah saya diajak kesuatu tempat untuk diinterogasi, kemudian disitu juga sudah banyak yang lainnya diintrogasi. "Mana KTP mu?" Lalu kujawab, "Aku gaakk punya KTP mas polisi." "Kalau kamu gakk punya KTP kok kamu pergi ?!" Lalu kujawab, "Aku pergi ke Kota karena ingin melihat seperti apa kota mas polisi!" Tak disangka jawaban yang polos bebas tersebut membuat para polisi dan hadirin jalanan itu tertawa serentak. Saat itu saya sangat heran kenapa jawaban bebas polosku kok malah jadi bahan tertawaan. Pada akhirnya polisi itu malah menawarkan kalau mau ke kota biar ikut mobil Patrolinya, tapi tawaran itu kutolak, karena bus yang kutumpangin menunggu di depan. Setelah satu jam perjalanan menuju kota provinsi sampailah aku ditempat saudara sahabat karibku itu. Singkat cerita saya diterima dengan baik oleh keluarga muda itu.
Saya diperkenalkan oleh sahabat karibku ke ke saudaranya,"Mas dikdo, ini Prakoso sahabat saya, kuaajak dia kesini dan kebetulan dia juga pingin ke kota." Kataku, "Met ketemu mas saya Prakoso senang bisa ketemu mas dan keluarga. " " ya kami senang juga bisa ketemu mas Prakoso, silahkan duduk mas , maaf tempatnya seadanya," Aku diterima dengan baik oleh keluarga muda itu, setelah 1 minggu rencana saya mau pulang, tetapi dicegah oleh mas Dikdo, supaya tetap tinggal dirumahnya, karena beliau tahu dari adeknya kalau aku juga mau cari kerja. "Prakoso kucarikan kamu kerja, ku lagi tanya-tanya sama temen-temen siapa tahu mereka ada informasi kerja, " kujawab, "Maksih ya mas udah mau peduli sama aku"
Setelah hampir 2 minggu aku berada dirumah saudara teman karibku itu, aku juga coba-coba cari informasi kerja sana sini . Lalu ku pergi ke suatu tempat ibadah di kota itu, dan berkenalan dengan seorang jamaah, ketika itu setelah selesai ibadah, sesorang bertanya, "Mas tampaknya orang baru ya?" Ku jawab, "Ya mas, saya baru 2 minggu di kota ini," " Tujuan mas ke kota emangnya tuk apa, kuliah ya?" "Bukan saya mau cari kerja kalau ada," Jawabku polos. " "Kebetuan saya ada teman katanya dia mau cari orang tuk kerja digudang nanti kutanyakan, trus minggu depan kita ketemu lagi disini," kujawab, "Terima kasih udah mau bantu aku Mas." Dengan penuh harap kutunggu kabar darinya dan hari-hari selanjutnya ku nikmati dengan penuh harap.
Sampailah hari yang kunantikan, ku datang ditempat ibadah itu pagi-pagi banget, dan bisa dikatakan paling duluan. Ku berdoa, "Tuhan berikan aku kerja, aku tidak menginginkan hal yang muluk-muluk tapi minimal aku bisa menghidupi diriku dulu. Itulah doaku yang pertama kali ketika aku berada di kota itu. Setelah ibadah selesai, sesorang yang menyapaku minggu yang lalu menemuiku, "Dek ini dari temanku yang cari orang tuk kerja di gudang, ini alamatnya besok temuilah di kantor." Langsung kurenggut secarik kertas dari teman baruku itu dengan suka hati banget aku mendengar kabar itu, "Mkasih ya mas udah mau capek-capek demi aku." "Gak apa kok, kita khan teman."
Keesokan harinya kudatang pagi pagi benar, malahan dibilang belum ada yang datang ke kantor yang kutuju itu, Situasi masih sepi dan dingin sekali, beberapa angkot melintas memecah pagi untuk antar sayuran ke pasar pagi. Kira -- kira pukul 6:30 pagi ada sesorang yang datang ke Kantor itu. Melihat ada aku, dengan agak rasa heran orang itu menyapa, 'Mau cari siapa kau pagi pagi udah disini?" Lalu kujawab, "Mau cari boss, saya disuruh kesini untuk temui Bos, yang suruh aku temannya boss, kak" Lalu jawab orang itu, " Boss datang jam 9 lah, kalau kau nak temui," "Iya kak makasih infonya."
Orang itu membuka pintu kantor, lalu mengambil sapu untuk bersih bersih, ruangan yang berada di lantai 1 itu merupakan showroom, dan lantai 2 untuk administrasi. Singkat cerita saat itu sudah jam 9 pagi tiba-tiba ada mobil terparkir di depan kantor , seseorang berusia 50 tahunan keluar dari kantor membawa tas warna hitam lalu menuju kantor dan langsung naik kelantai 2. Kata orang yang bersih-bersih kantor itu, "Dek!, kalau mau temui boss tunggu setengah jam lagilah," Jawabku , "Iya kak, makasih," Saat itu juga sudah banyak karyawan yang datang di kantor itu untuk bekerja. Kemudian saya ijin ke orang yang bersih bersih kantor tersebut, "Kak saya mau naik temui boss," Jawabnya "Iya dek pergilah!" Ku segera bergegas naik kelantai 2.
Kemudian saya mengetuk ruangan boss itu, "Permisi selamat pagi Pak, apakah saya boleh masuk?" Jawabnya, "Boleh, silahkan!, " Saya membuka pintu, "Silahkan duduk, ada keperluan apa?" Jawab saya, "Saya Prakoso dari desa untuk lamar pekerjan diperusahaan Bapak," Jawabnya, " Kok tau disini ada lowongan kerja?" "Teman Bapak bilang bahwa disini ada lowongan kerja." "Ohh gitu, memang disini ada lowongan kerja tapi di gudang, dan sebenarnya saya mau cari orang untuk jaga rumah saya yang kosong. Lalu apakah kamu mau kerja di gudang?" Jawabku, "Mau pak." "Nahhh, kalau mau besok kamu mulai kerja digudang, gajimu tujuh lima ribu sebulan dan uang makan dua ribu rupiah, uang makan bisa di ambil di kepala gudang. Senang sekali hatiku karena ku bisa diterima bekerja di persahaan teryang jkala itu ku baru tamat SMA saya bisa kerja.
Hari-hari kulalui dengan kerja di gudang boss tersebut, tibalah saatnya aku dipanggil oleh kepala gudang supaya pindah ke rumah boss yang kosong itu. Setelah pamitan dengan keluarga yang saya tumpangi , kemudian saya diantar oleh seorang sopir menuju rumah yang kosong tersebut . Pemandangan pertama yang kulihat rumah itu memang sudah tua, pekarangan rumah tampak jarang dibersihkan, bunga-bunga di taman tidak teratur, pagar juga sudah karatan, sementara pohon-pohon buah tak terawat menambah seramnya rumah itu. Saat itu saya diantar oleh sopir pukul 4 sore ke rumah tua itu , dan memang waktu kerja selesai pukul 4 sore , kemudian saya diberi kunci oleh sopir itu, "Prakoso , ni kuncinya , moga krasan kau So," Kemudian sopir itu pergi seketika sebelum saya membuka pintu rumah tersebut.
Aku memasuki rumah itu, yang kulihat semua tampak tua, ukiran jati meja kursi yang sudah tua, keramik juga keluaran lama, dan perabot perabot juga tampak tua. Kucoba hidupin lamp , menyala memang tapi cahayanya kuning tidak begitu terang. Kucoba ke arah dapur semua ternyata sama tampak tua, kubuka lemari gantung ternyata ada botol-botol minuman yang indah ada yang masih terisi namun juga ada yang kosong, lalu k buka satu ruangan , tenyata sebuah kamar dan tampak tak terawat. Niatan hatiku tuk kebersihan tapi karena hari sudah sore dan badan yang letih dari kerja seharian, kupatahkan niat itu untuk istirahat saja, Saat itu ada niatan hatiku untuk tidak tidur dikamar, kusendiri tak tau kenapa ada rasa enggan untuk tidur dikamar.
"Kira kira jam 6 sore aku coba untuk mandi, setelah kuarahkan ke langit-langit kamar mandi terlihat sarang laba-laba , namun karena sifatku yang cuek, aku bisa menghalau pemandangan buruk dalam kamar mandi pengap itu. Maka segera kuayuhkan gayungku untuk menggapai air, seingatku 3 gayung air sudah mengguyur badanku, sekonyong-konyong ada pintu dibanting-banting dari kamar , secepat kilat aku ambil handuk untuk melihat apa yang terjadi tapi setelah kusampai di pintu tak terjadi apapun, lalu ku melanjutkan mandiku sampai tuntas."
Hari pertama aku bermalam di rumah itu rasa lapar menyerangku , sekitar jam 7:30 malam kuputuskan untuk pergi keluar mencari makan dan setelah 18 menit perjalanan menuju jalan besar kuputuskan untuk membeli nasi bungkus dan kemudian ku bawa pulang. Segera kunikmati nasi bungkus itu diruang makan rumah tua tersebut . Saat itu itu menjelang pukul 9 malam , selesai makan aku membaca buku Conversatiom 1" bacaan pengantar tidurku, serasa kantuk ini begitu mendera sehingga tak kuat ku menolaknya , segera kubentangkan kasur 1 X 2 meter dari kamar serta 1 bantal diruang tengah. Ku menjatuhkan diriku ke kasur itu sebagai akibat capeknya kerja, dan penuhnya perut oleh nasi bungkus. Sesaat setelah 3 menitan antara sadar dan tidak sadar seolah ada seseorang melintas di samping aku tertidur sedang menuju kamar lain yang terkunci, dengan segera aku terbangun dan menggedor-nggedor pintu itu, sambil bertanya, "Halo apakah ada orang dikamar!?" ku gedor pakai kepalan tanganku berkali-kali namun tak ada jawaban. Singkat cerita akupun kembali tertidur."
"Setelah esok paginya sebelum berangkat kerja aku segera kebersihan sebisanya di rumah tua itu, apapun yang kurang rapi ku rapikan. Setelah mandi ku segera berangkat menuju gudang tempatku kerja dengan naik bus kota. Perjalananku mencapai tempat kerja memakan waktu kira kira 25 menitan, masih terus dalam benakku bertanya-tanya , "Siapakah orang yang nggedor-nggedor pintu ketika kumandi?, dan siapakah yang berjalan melintas ketika kumau tidur?, pertanyaan-pertanyaan itu selalu menghampiriku terus" "Setelah berkerja seharian akupun segera beberes untuk kembali pulang ke rumah tua itu, dalam benakku masih penuh dengan tanda tanya yang selalu menghalau diriku. Sesampai di rumah tua kusegera membuka pintu dan langsung melakukan kegiatan , kuambil baju-baju kotorku, lalu kurendam di bak supaya paginya aku bisa mencucinya sebelum berangkat kerja . Segera kupilih baju-baju bersih yang belum kugosok dari rumah tempat aku menumpang sebelumnya. Meja gosok dan gosokan ada di kamar yang seyogyanya kamar itu adalah tempat tidurku, namun firasatku mengatakan lain supaya aku keluar dari kamar itu, aku enggan untuk nggosok baju di kamar itu, segera kutarik meja gosokan itu dan aku memilih untuk nggosok baju di ruangan tengah. Setelah persiapan selesai segera kugosok bajuku, saat itu sekonyong-konyong ada sesorang keluar dari kamar tidur dari tempat dimana aku ambil gosokan itu, orang itu seolah berlari menuju garasi, secepat kilat kukejar orang itu ke garasi, segera ku hidupkan lampu garasi tak ada seorangpun kecuali tumpukan barang-barang bekas dipojok-pojok garasi, Kukembali untuk gosok pakaianku dengan seratus gudang pertanyaan yang ada di kepalaku. Ku selesaikan gosokanku sampai agak malam, setelah ku mandi ku segera keluar untuk cari nasi bungkus pengisi perutku"
"Kunikmati masa-masa pertama aku bekerja dan tinggal di rumah tua itu akhirnya tak terasa sudah 4 bulanan aku tinggal di rumah itu, mendengar ku sudah dapat kerjaan, datanglah sepucuk surat bahwa Makku mau datang ke kota, setelah seminggu tibanya surat itu akhirnya kujemputlah makku di teminal kota dan segera ku ajak ke rumah tua itu, malamnya makku juga tidur bersamaku di ruangan tengah.. Menjelang pagi setelah persiapan seadanya aku pamitan sama Mak, "Mak aku pamit kerja, dirumah saja, gak usah kemana-mana kalau mau makan ada mie dan kue didapur, masak saja sama sayuran itu mienya ," kataku.
"Menjelang selesai kerja ku langsung menunggu bis kota tuk segera pulang, karena ada Mak di rumah , sesampai dijalan tempat aku berhenti kusempatkan tuk beli nasi bungkus supaya aku bisa makan bersama dirumah. Saat itu kira-kira pukul 7 malam Mak ku bilang, "Prakoso, kamu carilah teman jangan sendirian disini," "Emang kenapa mak, saya harus cari teman?" "Di rumah ini ada orang tuanya, tadi Mak lihat orang tua itu jalan ke arah garasi," "Keluar dari mana Mak?" kata Mak, " keluar dari kamar itu." Saat itu juga Mak minta supaya besok di antar pulang ke desa. Keesokan harinya ku pamitan ke kepala gudang tuk antar Mak ke terminal, dan setelah membelikan tiket, saya segera pamit untuk kerja kembali.
"Ada seorang sopir bertanya kepadaku, "Prakoso, kok berani ya kamu tinggal di rumah itu?, dulu saya pernah tunggu juga rumah itu, waktu tidur gak tahu kenapa saya sudah ada di lantai," Lalu ada tukang yang bilang seperti itu juga bahwa dirinya pernah tidur dikamar itu lalu paginya sudah ada di lantai. Saat ada teman wanitaku mengunjungiku pada hari libur, dia juga berkata bahwa aku sebenarnya tidak sendirian, 'Di dapur itu ada orang tua lho Mas." "Kok kamu tahu ada orang tua?" sahutku, "Ketika aku ke kamar mandi , aku merinding mas, dan kulihat didapur ada orang tua berdiri," Benakku selalu bertanya-tanya siapakah orang tua itu dan mengapa selalu sembunyi dariku?" Karena pada dasarnya aku gak percaya akan hal-hal yang bersifat mistis. Itulah yang membuatku bertahan lebih dari 4 tahun di rumah tua itu. Dalam benakku hanya terbersit bahwa aku hanya menjalankan perintah dari bossku dan aku digaji setiap bulan hanya itu tak lebih. Suatu hari setelah pulang kerja ku segera mandi tuk mempersiapkan diri mau ambil kelas conversation malam, lalu seolah-olah ada sesorang yang menyelinap, lalu kuberkata , " Tunjukan wajahmu dan jangan bersembunyi kita selesaikan petang ini!, siapapun kamu jangan ganggu aku, dan aku tak kan ganggu kamu!" Kutunggu 10 menit tidak ada jawaban."
Setelah kejadian petang itu untuk hari hari berikutnya tak terjadi suatupun yang ganjil. Semakin hari rumah semakin bersih, disela-sela waktuku ketika libur, kutata bunga, ku rapikan pohon buahnya , kubersihkan semua pot-potnya, kubelikan pupuk, kutanani halaman dengan berbagai sayuran dalam polybag , ku semakin suka mendiami rumah tua itu Hasratku hanya satu aku harus bekerja dan lanjutkan studiku. Ketika sang Boss datang untuk sesekali melihat rumahnya , Bossku berkata , " Hebat kau Prakoso, halamanku kamu jadikan perkebunan sayur, kalau kita kenal sejak dulu tentu aku sudah jadi boss sayuran, ha ha ha!" Lalu kujawab "Betul Boss, nanti bulan depan gajiku naik!, ha ha ha ha!" tertawaku lebih keras melebihi Boss. Hari- hari kulalui dengan penuh semangat dengan tambahan kesibukan kursus conversation di Kala malam tiba.
Terkadang kala malam, sehabis kursus conversation malamku ,sesekali aku rindu di ganggu orang tua penunggu rumah tua itu, namun kerinduan itu tak kunjung datang. "Saya berdoa bagi jiwamu, hai orang tua." Amin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI