ilustrasi, sumber : Health & Wellness | Unsplash/@sirisvisual
Malam itu,
ditengah keramaian orang yang sedang berisik bahagia
menertawakan lucunya kehidupan ini
meja meja kaca pun hanya dapat membisu tanpa arah
susunan bata merah pun hanya pembatas kecil
lantunan lagu pun menjadi perayu hebat
agar aku melebar bibir untuk menikmati bintang yang bercanda ria
malam itu,
dengan renungan yang mendalam
hanya melihat bonsai tua yang berdiam tanpa bergerak lincah
mata yang tajam menerawang dalam
ucapan mu  yang halus namun menggugurkan semuanya
tajam dan sangat menyiksa
solah mata ini tak dapat lagi menembus cahaya
hanya karna sebait syair yang menyakitkan
aku tau
sang senja tak kan lama berdiam demi menghibur setiap pria
dan terkadang mendung dimalam tak pernah dijangkau
namun angin kencang akan melepas semua itu
atas izin alam yang maha cinta ini
namun badai kini berbalik
petir yang menakutkan tersenyum menghadirkan pelangi
dingin yang kejam dan berbalut misteri
kau tak terlihat namun sangat terasa
dan laut menyatu tanpa letusan lava
sebagai hadiah untuk kita dalam bidang yang luas
namun lagi lagi
seribu pikiran dan sejuta perasaan berusaha menerkam
sampai akhirnya
didalam sudut ruangan
hanya ada percikan cahaya yang sekilas
suara kecil yang selau merayu
kau ingat
dahan yang kau patahkan
sakitnya tak terlihat
namun begitu nyata saat itu.
                                        01 februari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H