Bercerita pewayangan memang tak ada habisnya, hehe. Momentum ini begitu pas and still relevant. Petruk nagih janji ini berawal ketika di kerajaan Pandawa gemah ripa loh jinawi subur makmur karta raharja terusik akibat pemberontakan Prabu Pandu Pragolamanik yang tak lain adalah penyamaran Gareng. Ia mendadak jadi raja secara kebetulan mencuri pakaiannya Prabu Pragolamanik yang asli.
Pemberontakan gareng yang sedang nyamar jadi raja itu bukan tanpa alasan. Gareng sengaja menceburkan dirinya ke sungai lantaran merasa bersalah telah tertuduh merusakkan jalasutra tampa kencana oleh Raden Arjuna Sasrabau. Mengingat katanya Begawan Abiyasa, kalau jalasutra rusak, maka untuk memperbaikinya harus menumbalkan orang yang merusaknya
Gareng yang saat itu jadi raja dadakan tentu marah kepada Arjuna yang aslinya padukanya sendiri. Pandawa tak mampu menandingi kesaktiannya saat itu. Kemudian Sri Batara Kresno membujuk Petruk untuk melawan Prabu Pragolamanik. Tapi Petruk mensyaratkan bahwa ia akan maju tanding bila diberi anak ayam cemini oleh Kresno yang tak lain adalah anaknya yang masih kecil sebagai istri. Kresno pun berjanji kepada Petruk bahwa kelak bila anaknya, Dewi Prantawati sudah dewasa akan ia nikahkan dengan Petruk.
Pemberontakan merupakan gerakan makar yang mengancam negara kesatuan. Petruk pun menggelorakan jiwa nasionalismenya, terlebih bila menang, ia kelak dapat mempersunting anaknya Kresno. Prabu Pragolamanik pun kalah dalam pertandingan melawan Petruk. Eh, ternyata Prabu Progolamanik berubah wujud asli jadi gareng. Ealah.
Belum sampai di situ, ternyata Prabu Pragolamanik yang asli pun datang. Ia mencari baju rajanya yang telah hilang dicuri Gareng atas izin Dewi Sembadra, istrinya Arjuna yang hamil tua saat itu. Semua ia lawan, akhirnya Prabu Progolamanik asli kalah terkena tusuk kerisnya Arjuna.
Seperti apa yang dikatakan Prabu Joyoboyo bahwa," janji nggendong lali," bahwa janji itu biasanya terbungkus lupa.
Kresno ternyata lupa akan janjinya kepada Petruk bahwa saat Dewi Prantawati dewasa akan ia nikahkan dengan Petruk. Eh, malah Kresno bersilat lidah, mau menikahkan anaknya itu dengan Lesmana. Petruk tentu memandang hal itu salah dan bukan selayaknya dilakukan oleh seorang pemimpin. Yakni mengubah janjinya. Petruk pun memutuskan mengingatkan kesejatian seorang pemimpin kepada Kresno dengan mnyamar diri sebagai Bambang Suksma Glembara dan menyusup istana kerajaan dan bertanding dengan Lesmana.
Lesmana pun kalah dan Petruk mengubah dirinya dari penyamaran. Kresno pun tercengang bahwa yang di hadapannya adalah abdi dalemnya sendiri. Di akhir, petruk mngingatkan Kresno bahwa pemimpin itu harus amanah, sama antara ucapan dan tindakan, konsisten tehadap janjinya kepada rakyat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H