Pengangguran terbuka merupakan salah satu masalah yang hingga kini masih menjadi konsen pemerintah, baik pusat maupun pemerintah daerah. Pengangguran terbuka merupakan salah satu indikator makro ekonomi yang banyak digunakan oleh pemerintah dalam melakukan perencanaan pembangunan. Terutama bagaimana pemerintah dapat menyediakan lapangan pekerjaan untuk masyarakat yang berada dalam kategori menganggur.
Pada bulan Februari 2017 lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka Pengangguran Terbuka di Maluku Utara. Dalam rilisan tersebut, kepala BPS mengemukakan bahwa pengangguran terbuka per Februari adalah sebesar 26,8 ribu orang yang masuk dalam kategori pengangguran terbuka. Apabila dibandingkan dengan tahun lalu, jumlah angkatan kerja Maluku Utara memang meningkat, yakni sekitar 6,21 persen. Walaupun demikian, dengan naiknya jumlah angkatan kerja justru belum tentu menjamin penurunan pengangguran terbuka. Buktinya, terjadi kenaikan sekitar 5,7 ribu jumlah pengangguran terbuka di Maluku Utara bila dibandingkan tahun 2016. Ada yang aneh?.
Memang, apabila kita mengamati besarnya Tingkat Parstisipasi Angkatan Kerja (TPAK), terjadi kenaikan yang relatif signifikan di Maluku Utara, yaitu sebesar 69,48 persen atau naik sebesar 3,29 poin jika dibandingkan pada Agustus 2016. Berdasarkan angka-angka ini kita dapat pahami bahwa jumlah orang yang berminat untuk bekerja lebih besar daripada lapangan kerja yang tersedia di Maluku Utara. Kondisi ini juga memberi pengertian kepada kita semua bahwa, peluang kerja di Maluku Utara masih menjadi masalah akibat minimnya ketersediaan lapangan kerja.
Kemudian kita kaitkan dengan share Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Maluku Utara di tahun 2016 berdasarkan data BPS juga didapatkan kondisi bahwa share lapangan usaha informasi dan komunikasi serta jasa lainnya masih sangat kecil bila dibandingkan dengan lapangan usaha lainnya, yakni sebesar 3,71 persen dan 0,79. Kondisi ini memberikan arti bahwa lapangan usaha informasi dan komunikasi serta jasa lainnya di Maluku Utara memiliki peluang besar untuk dikembangkan sekaligus menjadi tantangan ke depan.
Seperti yang kita tahu, bahwa bidang informasi dan komunikasi di Indonesia begitu berkembang pesat. Apalagi setelah menjamurnya banyak penyedia jasa layanan internet lokal, jumlah pengguna (user) mengalami peningkatan yang signifikan. Para pengembang IT memanfaatkan momentum ini untuk menciptakan sebuah alternatif, terutama untuk mengurangi pengangguran. Salah satunya adalah transportasi berbasis online. Mencermati kembali PDRB Maluku Utara tahun 2016, share lapangan usaha transpotasi dan pergudangan hanya sebesar 6,21 persen saja. Sementara itu, jasa pelayanan masyarakat berbasis online telah menjangkau 15 kota besar di Indonesia dengan mitra sekitar ratusa ribu orang. Pakar ketenagakerjaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan bahwa jasa transportasi berbasis online di Indonesia dapat menyerap banyak ternaga kerja dan sekaligus mengurangi pengangguran. Menurutnya, perekonomian domestik saat ini banyak dikontribusi oleh lapangan usaha padat modal, terutama pada lapangan usaha keuangan dan komunikasi.
Sejauh ini, kita dapat mengatakan bahwa saat ini, khususnya di Maluku Utara sendiri telah terjadi penurunan elastisitas kesempatan kerja. Pertumbuhan ekonomi Maluku Utara dari sisi penawaran masih disinyalir belum menunjukkan kualitasnya, yakni mampu menyerap tenaga kerja. Ini bukanlah sebuah ancaman bagi perekonomian dan ketenagakerjaan Maluku Utara. Sebaliknya, ini merupakan tantangan yang harus dijawab di masa mendatang.
Jasa Transportasi Onlineadalah Solusi
Seperti pernyataan sebelumnya, bahwa pengamat menyatakan ada “dongkrak” ekonomi yang secara otomatis tercipta apabila di sebuah daerah dilakukan transformasi mengenai jasa transportasi online. Merupakan sebuah keniscayaan jika suatu ketika kita mengadakan kesepakatan dengan tukang ojek atau mobil ketika perlu untuk diantar menuju tempat tujuan. Kita juga banyak menggunakan fasilitas handphone bahkan Adroid untuk memanggil tukang ojek atau mobil setelah menjalin kesepakan itu.
Pada poin ini, sejatinya kita telah menggunakan fasilitas berbasis teknologi informasi untuk memudahkan kita menuju tempat tujuan. Tetapi, di Maluku Utara masih belum mengaplikasikannya secara komprehensif. Jasa transportasi berbasis online setidaknya menjadi sebuah alternatif baru dalam menekan jumlah pengangguran terbuka yang ada di Maluku Utara. Utamanya di kota-kota besar, seperti Ternate, Tidore Kepulauan, Tobelo dan kota besar lainnya.
Jasa transportasi online merupakan sebuah produk pemikiran baru untuk lebih efisien dalam melayani keperluan publik pengguna moda transportasi. Selain itu, pengelolaan di bidang transportasi publik juga lebih mudah dan terarah sekaligus menciptakan sebuah iklim usaha baru di Maluku Utara. Hal ini merupakan sebuah tuntutan zaman yang harus segera diterapkan untuk memutar roda perekonomian serta menjadi pertumbuhan ekonomi Maluku Utara lebih baik dan berkualitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H