[caption id="attachment_346494" align="aligncenter" width="371" caption="Hewan Endemik Indonesia Menonton Debat Capres dan Cawapres Indonesia, sumber foto : WWF Indonesia"][/caption]
Debat capres dan cawapres telah mencapai puncaknya tadi malam (5/7/2014). Kedua kandidat tampaknya saling melakukan serangan bertubi-tubi, meskipun terlihat tidak jelas arahnya. Kadua kandidat ternyata memiliki komitmen mengenai pangan, energi, dan lingkungan. Pak Jokowi-JK tampaknya lebihmemposisikan dirinya sebagai jemari tangan, sementara kubu Prabowo-Hatta lebih menguatkan teori-teori yang ada. Meskipun demikian, argumen kedua kubu tampak serius berjalan secara ilmiah sebab mereka berbicara dengan berbasis pada data dari sumber tertentu, hingga sumber yang tidak disebutkan darimana.
Tema tentang pangan, energi dan lingkungan ini menjadi salah satu fokus kedua kubu. Untuk pangan, keduanya tampak serius membahas secara mendalam mengenai hal tersebut. Jokowi-JK lebih pada implementasi dari semua kebijakan yang ada, produktivitas pangan harus segera direalisasikan, salah satunya dengan kebijakan di bidang impor beras dan pembuatan BUMD (entah yang dimaksudkan adalah koperasi atau bersifat lain), pembuatan peta keruangan Indonesia untuk kepentingan pembangunan lahan sawah, dan mengenai impor karkas. Sementara kubu Prabowo-Hatta dengan konsep 4K mengenai pangan, kebijakan anti-impor karkas, dan koperasi perdesaan (meskipun sejak dulu sudah ada), tetapi inisiatif mereka adalah menambah jumlah ternak dan koperasi yang ada.
Tentang energi, kubu Jokowi-JK lebih mengutamakan program konversi energinya untuk fasilitas transportasi agar mengurangi emisi, menyadarkan kepada negara-negara pelanggar protokol Kyoto (yang aslinya sudah terlalu basi untuk dibahas penyebabnya), dan mencari tempat baru untuk mencari sumber tambang. Di kubu Prabowo- Hatta juga tidak kalah, tampak mereka lebih menggetolkan program renegosiasi dan pembahasan tuntas mengenai cadangan sumber daya fosil (disini tampaknya arahnay tidak jelas kemana-mana), sulit bagi publik untuk mengerti istilah-istilah Hatta, sementara Prabowo hanya berkutat di bidangnya berputar-putar tidak menutupi kekurangan masing-masing.
Tentang lingkungan, nah, kedua kubu sangat greget membicarakan masalah lingkungan, tetapi ada satu hal yang berkaitan dengan lingkungan dan ini sama sekali tidak dicuatkan satu kata pun dari kedua kubu, yaitu tentang penanganan nasib satwa dan flora langka Indonesia yang terancam punah, hingga memberantas mavia pembunuhan satwa liar dan kasus Kebun Binatang Surabaya (KBS), disini juga si moderator kurang kritis dan luas mengenai konsep lingkungan, terbatas pada lingkungan saja tidak pada bagaimana menangapi nasib biota yang hidup di dalamnya, dalam hal ini satwa dan flora langka.
Mungkin para hewan tadi malam sambil berbuka puasa tambahan berbincang-bincang dengan temannya, kira-kira begini ""Mereka berempat ngomongin apa toh ? kok, sama sekali tidak membicarakan nasib kita, teman-teman. Mereka tidak membicarakan satu pun tentang mavia perburuan liar hewan langka, padahal kita punya Hak Asasi Hewan (HAH), tidak hanya Hak Asasi Manusia (HAM), dan Hak Asasi Tanah (HAT) saja, mereka fokus pada masalah manusia dan ekonomi, sedangkan kita? teman-teman kita yang terbunuh di KBS ?.., pertumbuhan ekonomi malah dijadikan alat membangung kesejahteraan rakyat, padahal dia kan indikator makro, pertumbuhan ekonomi tumbuh bisa jadi yang tumbuh adalah perusahaan bermodal asing, bukan perusahaan bermodal dari dalam negeri, apa hubungannya dengan rakyat? mestinya kan kalau kesejahteraan indikatornya pendapatan per kapita saat, ah entahlah, ironis, saatnya kita dicampakkan oleh mereka, teman-teman...""
Begitulah respon para hewan yang nonton debat capres cawapres tadi malam (5/7/2014).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H