Mohon tunggu...
Joko Ade Nursiyono
Joko Ade Nursiyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 34 Buku

Tetap Kosongkan Isi Gelas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bonus Demografi, Prestasi Emas BKKBN

11 Oktober 2014   04:04 Diperbarui: 4 April 2017   17:32 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampai saat ini, masalah kependudukan Indonesia masih menjadi fokus perhatian pemerintah. Wilayah Indonesia yang luas dan terpisah dalam bentuk kepulauan juga menjadi tantangan tersendiri dari aspek koordinasi kebijakan. Ditambah dengan jumlah penduduk yang setiap tahun mengalami peningkatan, kondisi Indonesia semakin menghadapi permasalahan yang kompleks. Tetapi, jika ditarik sebuah benang merah, sebenarnya pangkal segala permasalahan Indonesia berasal dari kependudukan.

Data hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 237.641.326 jiwa. Sebesar 49,79 persennya merupakan penduduk yang menempati daerah perkotaan, sementara sisanya, yakni 50,21 persen merupakan penduduk perdesaan. Berdasarkan data resmi yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) juga menyebutkan bahwa kepadatan penduduk per wilayah (kilometer persegi) tahun 2010 mencapai 131,00. Artinya setiap 1 area seluas 1 kilometer persegi dihuni oleh sebanyak 131 penduduk. Angka tersebut ternyata mengalami kenaikan pada tahun 2012 menjadi 135.

[caption id="attachment_365468" align="aligncenter" width="458" caption="Grafik Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia (diolah), sumber : Statistik Indonesia (BPS) tahun 2014"][/caption]

Berdasarkan data tersebut, jumlah penduduk terlihat mengalami peningkatan yang positif. Tahun 2013 kemarin, penduduk Indonesia telah naik sebesar 1,41 persen dari tahun 2012. Pertumbuhan penduduk memang terus meningkat, tetapi cenderung konstan dengan angka laju pertumbuhan sekitar 1 persen. Inilah buah prestasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bagi Indonesia. Dimulai dari sekitar tahun 1970-an, BKKBN hadir sebagai satu - satunya lembaga negara yang secara konsisten dan intensif menggalakkan program - program penekanan jumlah penduduk di Indonesia atau yang disebut Keluarga Berencana (KB).

[caption id="attachment_365470" align="aligncenter" width="493" caption="Jumlah Wanita atau Ibu Usia Subur Pengguna Alat KB (%) (diolah), sumber : Statistik Indonesia (BPS) tahun 2014 "]

14129482881417341611
14129482881417341611
[/caption]

Terbukti hingga tahun 2013, persentase perempuan yang berusia subur secara nasional juga mengalami peningkatan. Jika mengamati data mulai dari tahun 2000 hingga tahun 2013, tercatat pengguna KB semakin banyak. Ini juga merupakan prestasi besar yang ditorehkan oleh BKKBN sebagai lembaga pelopor di bidang pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. Program KB juga terlihat andal dalam menekan jumlah kelahiran anak yang terjadi di Indonesia dengan indikator angka kelahiran atau Total Fertility Rate (TFR).

[caption id="attachment_365471" align="aligncenter" width="458" caption="Angka Kelahiran (Total Fertility Rate, TFR) (diolah), sumber : Statistik Indonesia (BPS) Tahun 2014"]

14129483701033775108
14129483701033775108
[/caption]

Angka kelahiran atau TFR menunjukkan rata - rata anak yang dilahirkan seorang wanita selama masa usia suburnya. Berdasarkan data tercatat TFR Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun tampak stagnan pada angka 2 - 3. Artinya, setiap wanita yang berusia subur di Indonesia rata - rata melahirkan anak sebanyak 2 - 3. Meski pada tahun 2009 hingga 2010 tampak terjadi peningkatan angka TFR, tetapi secara relatif menunjukkan bahwa tingkat kelahiran anak di Indonesia dapat ditekan dengan baik. Inilah hasil dari BKKBN menggalakkan program "Dua Anak, Cukup" selama ini.

Walaupun demikian, BKKBN seyogyanya terus melanjutkan upayanya dalam menekan pertumbuhan penduduk Indonesia. Apalagi, terdeteksi bahwa mulai tahun 2010, Indonesia telah masuk dalam fenomena yang terjadi seabad sekali yang disebut Bonus Demografi (BD). Penduduk memang sama halnya dengan kemiskinan, tak dapat dihadang, tak dapat dikurangi. Yang bisa dilakukan dari sekarang dan untuk seterusnya, khususnya penduduk Indonesia, adalah menekan dan meminimalisir pertumbuhannya. Sebab, jika Indonesia tak memanfaatkan momentum BD ini, maka Indonesia justru akan merugi. Oleh karena itu, Indonesia terutama dalam hal ini dipromotori oleh BKKBN hendaknya memperhatikan kondisi kependudukan baik saat ini maupun pada waktunya BD telah mencapai puncak pengaruhnya terhadap stabilitas Indonesia di tahun 2025 nanti.

Berdasarkan data hasil proyeksi yang dilakukan oleh BPS dengan berpatokan pada kondisi kependudukan hasil SP tahun 2010, dihasilkanlah struktur penduduk dalam bentuk piramida penduduk berikut.

[caption id="attachment_365472" align="aligncenter" width="500" caption="Piramida Penduduk Indonesia 2010 dan Hasil Proyeksi Piramida Penduduk Hingga 2025 (diolah), sumber : Statistik Indonesia (BPS) Tahun 2014"]

14129484461504781033
14129484461504781033
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun