Mohon tunggu...
Joko Ade Nursiyono
Joko Ade Nursiyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 34 Buku

Tetap Kosongkan Isi Gelas

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menanti Kebijakan Melambungnya Harga Gula

15 November 2023   19:16 Diperbarui: 15 November 2023   19:23 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Terhitung dua bulan belakangan ini, harga gula merangkak naik. Itu datanya, itu faktanya. Sayangnya, situasi ini luput dari secarik pemberita yang menyita perhatian masyarakat.

Entah saya entah ada pula orang lain, akhir-akhir ini, stok gula di sejumlah toko moderen dan toko-toko kecil tidak berhasil saya temukan. Entah ini hal sepele entah penting, apa justru saya saja yang merasa gusar menanggapi sulitnya menemukan gula. Ini sungguh mengherankan.

Awal Mei 2023 harga gula di beberapa daerah, misalnya di Jawa Timur masih berada di kisaran Rp. 13.000,- per kilogram. Namun, hari ini (15/11), rata-rata harga sekilonya meroket di kisaran Rp. 16.000,-. Herannya, fakta ini justru teralihkan akibat euforia masyarakat terhadap kabar perpolitikan tanah air, seperti penetapan nomor pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.

Hal-hal esensi yang bersentuhan langsung dengan kondisi ekonomi akar rumput selalu saja terbenam. Padahal itu menyangkut daya beli masyarakat.

Selain karena efek El Nino yang berkepanjangan, informasi yang berseliweran mengungkap bahwa naiknya harga gula saat ini disebabkan oleh naiknya harga gula dunia yang salah satunya dipromotori oleh kebijakan pelarangan ekspor gula India.

Panen raya tebu di Indonesia sendiri telah usai di triwulan II 2023. Secara otomatis, pasokan tebu yang diperlukan untuk memenuhi konsumsi selama 2023 pastinya mengandalkan dari impor gula. Namun, data mencatat bahwa impor yang masuk Indonesia selama periode Januari hingga Agustus 2023 mengalami turbulensi hingga 23,88 persen secara year on year (yoy).

Katakanlah konsumsi gula tahun ini sama dengan tahun lalu (2022) yang mencapai 7,8 juta ton. Dengan menggunakan data produksi gula hingga September 2023 yang hanya mencapai 2,3 juta ton, maka untuk memenuhi kebutuhan tahun ini masih kurang 5,5 juta ton. Dengan asumsi jumlah penduduk yang tahun ini relatif sama dengan tahun lalu, maka 5,5 juta ton itu memicu desakan impor yang terbilang kuat.

Efek guncangan harga gula dunia yang melesat akibat pelarangan ekspor gula India, harga gula di Indonesia pun merangkak naik terhitung sejak Agustus 2023.

Sebagai komoditas utama, harga gula yang melambung secara perlahan akan mengerek harga sejumlah produk juga meningkat. Ketika harga gula naik, harga produk semisal kopi sachet atau harga-harga secangkir kopi di kedai-kedai atau di angkringan-angkringan bakalan naik juga.

Terlebih, belakangan ini di sekitar kita sedang marak nongkrong sambil ngopi di warung kopi (warkop). Kendati sebagian orang gemar menyeruput kopi tanpa gula, namun jangan salah, sebagian lagi masih menggunakan gula sebagai pemanis dan penyemarak rasa ngopi bersama keluarga, rekan, atau kawan.

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) di tahun 2021 mengungkap fakta mencengangkan mengenai konsumsi gula masyarakat Indonesia. Setidaknya, ada sebanyak 47,9 juta penduduk Indonesia tercatat sebagai pengkonsumsi gula berlebih. Ini baru data tahun 2021. Bisa kita perkirakan sendiri besarannya di tahun 2023, bisa mencapai 2 kali lipat seiring menjamurnya warkop-warkop di pinggir dan bibir jalan di seluruh Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun