Mohon tunggu...
Joko Ade Nursiyono
Joko Ade Nursiyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 34 Buku

Tetap Kosongkan Isi Gelas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen ǀ Menjemput Pelita dalam Gulita

7 Oktober 2016   06:29 Diperbarui: 8 Oktober 2016   00:50 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelita dalam Gulita, sumber: dok.pri

“Lalu?”

Mulutku terpasung. Pandanganku tertuju pada orang-orang di dalam kelas.

“Oh, mereka santri-santri pesantren ini,” jelas Kyai Cholil.

“Jadi…”

Kyai Cholil mengangguk,” Iya, kamu akan dididik di pesantren ini. Sama seperti teman-temanmu di sana,” kata Kyai Cholil.

Di tempat inilah episode baru kehidupanku bermula. Tak hanya gedung dan sebuah lapangan, pada bagian belakang pesantren juga terdapat pekarangan luas. Ada kandang-kandang dari bambu. Juga ratusan ekor ayam kampung dipelihara. Selain berternak, semua santri diajar bertani. Sekitar 200 meter dari pesantren ada hamparan sawah. Sehingga beras yang kami konsumsi merupakan beras hasil pertanian milik pesantren.

Aku menikmati kehidupan pensatren, tak lagi merasa sepi. Apalagi ada Miftah, kita berteman akrab. Miftah adalah sosok lelaki yang membukakan gerbang saat aku baru datang ke pesantren. Banyak ilmu bertebaran di pesantren. Tersedia beragam ilmu agama bak samudra. Luas dan dalam.

Man ijtihada fa asaaba fa lahu ajrani, fa man ijtihada fa akhta’a lahu ajrun wahidan.”

Seorang ustadz sedang memberi penjelasan di depan kelas.

“Barang siapa yang mencari kebenaran hukum akan mendapat dua pahala jika benar. Dan mendapatkan satu pahala jika salah,” jelas sang ustadz bersuara pelan, penuh kesungguhan.

Sebegitu indah didikan ustadz dan Kyai Cholil. Waktu memang kejam. Memaksa langkah kaki melukis kenangan. Berangsur kesedihan pun terlepas. Sekejap jugalah bahagia singgah ke dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun