Mohon tunggu...
Joko Ade Nursiyono
Joko Ade Nursiyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 34 Buku

Tetap Kosongkan Isi Gelas

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Anak Trauma Terjepit Batu Akik, Salah Siapa?

2 Maret 2015   19:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:16 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Batu akik merupakan salah satu ladang perekonomian Indonesia dalam beberapa bulan terakhir. Sebagai salah satu benda yang digunakan untuk perhiasan atau aksesoris, batu akik semakin diminati oleh masyarakat. Keunikan dan keragaman warna dan coraknya pun menjadi daya tarik tersendiri bagi peminatnya. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun juga ada pula yang tertarik untuk memakainya.

Namun, kenyataannya batu akik tidak sepenuhnya memiliki manfaat positif bagi pemakainya. Di Jawa Barat, terdapat seorang anak yang jari tengahnya harus mengalami bengkak akibat memakai akik. Anak tersebut sangat tertarik dengan keindahan dan keelokan warna batu akik yang dibuat cincin, melihat ayahnya yang memakai cincin akik, si anak tersebut juga ingin seperti ayahnya. Ayahnya pun membelikannya batu akik dengan desain khusus untuk anak-anak. Tetapi, karena jari tengahnya yang terlalu besar, lebih besar daripada ukuran diameter cincin yang ia pakai membuatnya kesakitan akibat terjepit oleh cincin. Anak tersebut pun panik lantaran cincinnya tidak bisa dilepas.

Dengan bantuan alat pemotong logam, beberapa lama kemudian anak tersebut terbebas dari jepitan cincin akiknya. Meskipun demikian, jari tengah anak tersebut bengkak dan memberikan efek psikis terhadapnya, ia malu keluar rumah karena jari tengahnya bengkak akibat cincin akik.

Kasus tersebut sudah selayaknya menjadi perhatian para orang tua mengingat dalam fase anak-anak atau remaja, mereka memiliki keinginan yang kuat untuk meniru orang tuanya, entah dalam hal gaya hidup entah hal yang lainnya. Pengawasan orang tua dengan tidak memanjakan anaknya merupakan hal terpenting untuk menghindari pembentukan sifat yang manja ketika dewasa nanti sekaligus untuk menghindari adanya efek psikis pada anak atau remaja pada usia dewasa. Tentu, jika efek psikis yang diberikan adalah efek negatif, maka hal tersebut akan menjadi gangguan dalam masa perkembangannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun