Mohon tunggu...
Joko Ade Nursiyono
Joko Ade Nursiyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 34 Buku

Tetap Kosongkan Isi Gelas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Manusia Gerobak Ibukota

24 Juni 2014   18:43 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:17 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tak bosan-bosannya, pak Gentolet menyeret gerobak tuanya sambil sebilah tangan kasarnya mengais botol-botol dan rongsokan di tepi jalan. Ia mampu bertahan meskipun istrinya kini telah tiada, ia terus berusaha menyeret gerobak itu kemanapun arah dan tujuannya. Tak jarang karena ketidaktahuannya, ia terjebak dalam gang buntu yang menyuruhnya berbalik arah. Pada gagang gerobaknya terdapat sebuah plastik hitam warnanya, lusuh tetapi bersih kondisinya. Jika ditengok sekilas, itu pasti berisi makan siangnya, tetapi apa benar demikian ?

Tidak. Bukan. Plastik lusuh itu tak berisi makanan siang, apalagi makanan sore menjelang malamnya. Plastik itu justru berisi sebuah sarung bercorak kotak-kotak dan sebuah kopyah miliknya. Ternyata, pak Gentolet sungguh tak disangka, ia memang hidup sebagai seorang mbambong jalanan ibukota dengan gerobak yang menjadi wadah sampah rezekinya. Gerobaknya memang sangat tua, malah tampak lebih tua dari umurnya. Gerobak itu berwarna hijau, merah, dan putih, serta terdapat tempelan-tempelan logo partai dan capres dan cawapres yang tersenyum. Lalu, ketika seseorang bertemu dengan pak Gentolet lantas bertanya tentang dirinya meskipun ia tak pernah mengenali siapa yang menyapanya.

"Pak, gerobak itu apa saja isinya ?"

Pak Gentolet hanya tersenyum dan berkata, "gerobak ini hanya berisi sampah, Pak. Saya biasa mengais botol-botol di jalan untuk saya jual kepada pengepul botol untuk uang makan saya."

"Lalu, apa yang ada di dalam kardus di pojok gerobak Bapak itu?"

Memang, gerobak pak Gentolet tanpa tutup sehingga orang mudah melihat isi gerobaknya. Ia kembali tersenyum simetris dan anti-nyaprut apalagi manyun. Pak Gentolet pun menjawab dengan bahasanya yang renyah dan gurih, " Oh, ini....kardus ini berisi pakaian istri saya, Pak."

"Lho...lah istri Bapak kemana ?"

"Istri saya sudah meninggal, Pak. Tetapi saya tetap menyimpannya, Pak."

"Sejak kapan istri Bapak meninggalkan Bapak?"

"sudah 6 tahun yang lalu Pak, istri saya tertabrak truk yang menabrak rumah kontrakan saya, Pak"

"terus, Bapak sekarang tinggal dimana?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun