Mohon tunggu...
Joko Ade Nursiyono
Joko Ade Nursiyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 34 Buku

Tetap Kosongkan Isi Gelas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Metode Sampling yang Ramping

12 Juli 2014   06:38 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:35 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14050962201302528053

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia tidak akan pernah luput dari yang namanya kesalahan/galat/eror/dosa/lupa/ istilah sejenisnya. Seperti yang sudah saya terangkan sebelumnya di Statistika bagi Pemula pada link ini.

Kini saatnya meneruskan pembahasan mengenai metode sampling.

Sampling adalah kegiatan penarikan sampel dari populasi yang menjadi target penelitian dengan menggunakan metode yang sesuai dengan tujuan penelitian. Sampling tentu erat kaitannya dengan Sensus dan Survei, hanya saja saya akan mengulas perihal hubungan antara jumlah (ukuran) sampel Survei dengan kesalahan/eror/galat dalam sampel.

Dalam kegiatan survei, dipastikan peneliti sangat memperhitungkan biaya pencacahan atau penelitian, sebab tidak mungkin bagi peneliti apalagi sendirian mencacah seluruh populasi. Selain itu, waktu juga ikut andil menjadi kendala perlunya dilaksanakan survei. Nah, perlu kita ketahui bahwa dalam survei jumlah sampel (katakanlah n) yang semakin mendekati jumlah populasi (katakanlah N) akan menyebabkan galat/kesalahan pengambilan sampel kecil. Dalam kondisi inilah dikatakan sampling eror kecil.

Namun, meskipun n mendekati nilai N (populasi) tetapi dengan bertambahnya sampel maka penelitian juga memerlukan tamabahan tenaga, biaya, serta pelatihan yang baik dan benar. Khusus pelatihan, ini haruslah direncanakan secara matang sebab jika tidak akan memperbesar kesalahan karena faktor petugas (human eror), misalnya salah cacah, lewat cacah, dobel cacah, dan hal lain terkait kegiatan petugasnya. Kondisi inilah yang dikatakan non-sampling eror tinggi.

Dengan demikian, pada sensus kita akan dapati kecenderungan tingkat non-sampling eror tinggi sementara pada survei kita akan menemui kendala kemungkinan nilai sampling eror yang tinggi. Oleh karena itulah diperlukan yang namanya survei contoh sebagai instrumen percontohan sebelum melakukan penelitian. Survei contoh ini memiliki fungsi meminimalisir kedua eror dari survei dan sensus, dengan grafik sebagai berikut.

[caption id="attachment_347322" align="aligncenter" width="497" caption="Grafik Hubungan Jumlah Sampel dan Eror Survei dan Sensus, Sumber : Dok. Penulis"][/caption]

Nah, untuk mencapai nilai sampling eror dan non-sampling eror yang sama-sama rendah, maka peneliti harus menentukan jumlah sampel optimum penelitiannya untuk mencapai presisi yang baik dengan menggunakan kendala biaya dan kondisi populasi serta manajemen pelaksanaan lapangan dengan baik. Pelatihan petugas harus intensif dengan biaya yang seminim mungkin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun