Mohon tunggu...
Joko Ade Nursiyono
Joko Ade Nursiyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 34 Buku

Tetap Kosongkan Isi Gelas

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Pedesaan [Masih] Menjadi "Tumbal" Listrik Negara

29 Desember 2014   17:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:14 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Listrik merupakan kebutuhan utama masyarakat dalam segala aktivitas sehari – hari. Tanpa adanya listrik, akativitas masyarakat terutama pada waktu malam hari akan terganggu. Di sinilah Perusahaan Lstrik Negara (PLN) hadir sebagai solusi dalam penanganan sekaligus pendistribusian listrik ke seluruh penjuru wilayah, khususnya di Indonesia.

Kemajuan teknologi yang di dorong oleh tuntutan masyarakat yang semakin besar terhadap listrik menjadikan peran dan fungsi PLN semakin nyata. Namun, hingga saat ini pun Indonesia masih menderita krisis energi. Kendala akses di berbagai wilayah Indonesia menjadikan pemerataan distribusi listrik terhambat. Masalah listrik pastinya merupakan masalah kesejahteraan nasional sehingga pemenuhannya juga seharusnya dilaksanakan secara adil, terbuka, dan merata.

Terkait kendala yang dihadapi oleh PLN memang masih belum dapat diterima sepenuhnya oleh sebagian masyarakat. Sebab, kalau diamati konsumsi terbesar listrik masih terpusat di perkotaan dan industri. Sementara itu, PLN terlihat meng-anak tiri-kan kebutuhan listrik masyarakat di daerah pelosok atau pedesaan. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan frekuensi pemadaman listrik yang terjadi di daerah pelosok atau pedesaan masih lebih besar daripada di daerah perkotaan. Frekuensi pemadaman listrik yang dilakukan juga sangat beralasan, pemadaman listrik semenit saja di daerah perkotaan apalagi daerah perindustrian akan merugikan negara yang besar. Tetapi pertanyaannya, kenapa harus secara halus mengorbankan kebutuhan listrik masyarakat daerah pelosok atau pedesaan ?.

Seluruh pembangunan negara termasuk PLN juga tidak hanya menyedot uang masyarakat kota dan daerah perindustrian saja, tetapi masyarakat pelosok atau pedesaan pun juga ikut andil. Frekuensi pemadaman bergilir memang seharusnya juga dilakukan pada daerah pelosok atau pedesaan, tetapi dengan prosedur yang jelas, yakni adanya pemberitahuan sebelumnya dari pihak PLN. Kenyataannya tidak demikian, banyak daerah pelosok atau pedesaan di Indonesia yang frekuensi pemadaman listriknya tidak teratur. Lama waktu pemadaman listrik juga sangat tidak wajar, ada yang 8 jam, ada juga yang beberapa hari lisktrik masih padam. Apakah ini yang dikatakan kesejahteraan yang adil dan merata?.

Sekitar 80% pendapatan negara masih didominasi oleh pajak, dan semua masyarakat juga bayar pajak tersebut. Tetapi sepertinya masyarakat pelosok atau pedesaan masih dikorbankan untuk “dimakan” masyarakat perkotaan atau daerah perindustrian. Menyikapi kondisi ini seharusnya PLN juga menggencarkan program penanganan cepat terhadap daerah – daerah yang masih sulit mendapatkan listrik atau sering mengalami pemadaman yang tak teratur. PLN kedepan hendaknya menyiapkan sebuah sistem penyaluran listrik ke daerah pelosok atau pedesaan agar meminimalisir ancaman cuaca buruk. Peningkatan sistem pelayanan PLN ke depannya tentu memerlukan dana, waktu, serta tenaga yang besar. Oleh karena itu, peran serta seluruh elemen bangsa juga harus mendukung penuh, secara konkret, dan konsisten agar harapan bersama tercapai.

Listrik merata, Indonesia sejahtera…

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun