Mohon tunggu...
R. Joko Wardono
R. Joko Wardono Mohon Tunggu... -

Putra Mahkota Tak Bertakhta

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filosofi Pohon, Simbol Kokohnya Islam

29 Maret 2014   16:20 Diperbarui: 4 April 2017   16:59 3293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Beberapa waktu yang lalu dalam sebuah perenungan, saya mendapatkan sebuah gambaran yang menurut saya mempunyai arti serta makna yang sangat mendalam. Pada saat saya larut dalam olah batin, saya mendapat wejangan gaib berupa gambaran serta lambang dari dasar agama Islam yang mencakup empat dasar yaitu Syari'at, Tarikat, Hakikat, dan Ma'rifat melalui filosofi sebuah pohon. Dimana kita ketahui bahwa dalam sebuah pohon jelas terdapat empat dasar yang menjadi landasan sehingga bisa disebut pohon, yaitu adanya Akar, Batang, Daun dan Buah/Bunga. Begitu sebaliknya, agama Islam (Pohon) tentu pula takkan pernah lepas dari empat dasar yang telah saya sebutkan diawal yakni Syari'at (Akar), Tarikat (Batang), Hakikat (Daun), dan Ma'rifat (Buah). Nah, disinilah kita bisa mengkaji, mencerna, memahami dan meyimpulkan tentang gambaran mengenai apa makna dibalik filosofi pohon secara batiniah. Pohon merupakan sesuatu yang "hidup" dan "menghidupkan" (memberi rasa hidup). Pohon juga mampu memberi rasa teduh dan damai sejuk serta mampu menjadi pegayom bagi makhluk yang lain. Sebuah pohon juga diibaratkan sebagai Agama Islam yang selalu memberi rasa hidup, kedamaian, kesejukan, serta senantiasa mengayomi semua umatNya. Itulah alasan mengapa saya menafsirkan bahwa pohon itu melambangkan Agama Islam. Pertama mari kita bahas pada bagian pohon yang paling dasar atau yang paling bawah, yaitu Akar (Syariat). Akar adalah sebuah bagian dari pohon yang mempunyai peranan paling penting dari pohon walaupun ia rela harus tertimbun oleh tanah. Tanpa peran sebuah akar, pohon takkan pernah bisa hidup karena dari akarlah, pohon bisa menyerap air hingga tidak menjadi kering, layu lalu mati. Air yang diserap bersifat hidup dan yang memberi hidup, membawa pada kesucian dan kesejukan. Begitu pula jika kita kaitkan akar dengan Syariat. Keduanya jelas sama-sama yang paling mendasar dilihat dari peranan masing-masing. Syari'at ialah sarana kita dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT melalui aturan-aturan serta tatacara yang bersifat badaniah/jasmaniah. Dalam Syari'at, juga ada tuntunan mengenai bersuci yaitu wudhu dsb dan jelas seperti halnya akar yang menyerap air untuk bisa hidup dan berkembang, kitapun dituntun dalam Syari'at untuk mensucikan diri dengan air agar kita bisa melaksanakan kewajiban kita kepada Allah SWT dengan keadaan suci dan bersih. Bagian yang kedua adalah Batang (Tarikat). Batang bersifat keras dan mampu dijadikan sebagai pelindung. Jika dikatakan, bagian pohon yang paling kuat, maka jawabannya ialah batang. Dalam Islam, kita bisa kaitkan dengan Tarikat. Ibadah kita akan terlihat kuat, teguh dan penuh keyakinan penuh jika kita mampu meraih tahap Tarikat sebagai sarana meningkatkan ketakwaan dalam beribadah. Sebagai contoh, dzikir, sodaqoh dsb. Selanjutnya kita kaji pada bagian Daun (Hakikat). Daun mempunyai sifat hidup, warna hijau melambangkan kehidupan. Sebuah pohon akan dikatakan hidup jika mempunyai daun, walau tak seberapa jumlahnya dari jarak agak jauh pun kita akan beranggapan bahwa pohon itu hidup karena dilihat dari daunnya yang masih berwarna hijau. Begitu pula dengan Agama Islam, akan terlihat hidup dan kokoh jika tahap dasar Hakikat mampu kita raih dalam ibadah kita. Kita shalat pada hakikatnya merupakan wujud dari cara kita berkomunikasi dengan Allah SWT dan merupakan bentuk bahwa kita menyembahNya walaupun tatacara shalat diatur dalam Syariat, namun pada hakikatnya lebih mengutamakan yang bersifat batiniyah. Begitu pula dengan hakikat wudlu, bukan hanya sekedar suci secara lahiriah/jasmaniah namun harus pula suci secar batiniyah. Dan yang terakhir atau yang paling tertinggi yaitu pada bagian Buah/Bunga. Buah merupakan hasil akhir dari sebuah pohon dan merupakan karya terbesar pohon selama melakukan perjalanan panjang mulai dari akar, batang dan daun. Liku-liku namun itulah titik akhir pencapaian hidup dari sebuah pohon. Jika kita kaitkan, buah mempunyai arti seperti halnya dengan Ma'rifat. Keduanya adalah pencapaian sebuah tujuan hingga mencapai titik akhir dalam alur kehidupan. Sebuah tujuan besar dan perjalanan panjang namun akan terasa manis manakala sebuah pohon itu telah berbuah atau sebuah ibadah telah sampai ma'rifat sejati, ibarat buah kita petik, manis dan nikmat kita rasa. Waallahu A'lam. Demikiian wejangan gaib yang saya dapatkan, semoga dapat kita ambil hikmahnya serta mampu menjadi bahan renungan kita bersama bahwa di sekeliling kita masih begitu banyak ilmu Allah SWT yang dapat kita petik untuk diambil hikmahnya. Tiada maksud untuk menggurui atau sok tahu, namun bukan suatu kesalahan jika kita saling berbagi ilmu walau itu hanya melalui coretan ini. Semoga bermanfaat. Wassalam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun