Ada beberapa faktor yang menyebabkan keberhasilan kepemimpinan Rosulullah s.a.w. yang sesungguhnya juga menjadi dasar dari karakter kepemimpinan dalam berbagai teori. Antara lain adalah:
Akidah (iman) yang kuat
Akidah atau iman (faith) yang kuat merupakan karakteristik yang paling pokok yang harus dimiliki seorang pemimpin, sebab akidah yang kuat ini akan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam kepemimpinannya.
Rosululllah s.a.w. dalam haditsnya menjelaskan apa hakekat iman itu:
Dari Ali bin Abi Thalib berkata: bersabda Rosulullah s.a.w.: “iman adalah pengkuan (pembenaran) dengan hati, pengucapan dengan lisan (lidah), dan (dibuktikan dengan) tindakan anggota tubuh”.(Hadits Riwayat Ibnu Majah)
Amanah
Amanah (trust) berarti kepercayaan. Kalau seseorang diberi amanah menjadi pemimpin, maka artinya dia dianggap jujur dan dapat dipercaya untuk memimpin. Soal sifat amanah ini mendapat tekanan kuat dalam kepemimpinan ala Islam. Seorang pemimpin yang tidak amanah, menyalahgunakan kekuasaannya tidak untuk kepentingan agama dan umat, dipastikan akan mendapat kehancuran. Rosulullah s.a.w. bersabda:
Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Bersabda Rosulullah s.a.w.: “Apabila amanah sudah diabaikan, maka tunggulah masa kehancurannya”. (Abu Hurairah r.a. ) bertanya: “Apa yang dimaksud pengabaiannya wahai Rosulullah?” Beliau menjawab: “Apabila urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah masa kehancurannya”.
Tanggung jawab
Kepemimpinan bukan hanya dilihat dari pencapaian prestasi terukur seorang pemimpin, tetapi juga dilihat dari tatacara bagaimana prestasi itu dapat diraih. Kemudian akan ditimbang kadar kejujuran pencapaiannya dalam pertanggungjawaban vertikal yang melibatkan Allah SWT.
Dalam haditsnya yang sangat populer, Rosulullah s.a.w bersabda:
Dari Ibnu Umar r.a. bahwasannya Rosulullah s.a.w. bersabda: “Setiap kamu sekalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya, Imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya, suami adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya, isteri adalah pemimpin dalam rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya dan pembantu terhadap harta majikannya adalah pemimpin dan akan dimintai petanggngjawaban terhadap yang dipimpinnya”. (Hadits Riwayat Bukhari).
Adil
Dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 8 Allah SWT berfirman:
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Akhlak mulia
Berakhlak mulia (behave etichally) merupakan keharusan bagi seorang pemimpin, sebab kepemimpinan bukan hanya berkaitan dengan kemampuan manajerial melainkan juga terkait dengan keteladanan. Selain itu akhlak mulia pemimpin akan menaikkan martabat, kewibawaan dan prestisenya, tetapi juga akan ikut mewarnai cara dia bersikap dan memperlakukan anggota dan orang lain. Rasulullah s.a.w. bersabda:
Dari Abi Hurairah r.a. berkata: Bersabda Rosulullah s.a.w.: “Saya diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang baik (mulia)”. (Hadits Riwayat Imam Ahmad).
Rosulullah s.a.w. juga menyatakan:
Dari Aisyah r.a. berkata: Bersabda Rosulullah s.a.w.: “Sesungguhnya diantara orang-orang beriman yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya”. (Hadits Riwayat Tirmidzi)
Selain karakter-karakter diatas dan bebberapa karakter mulia lainnya yang dimiliki Rosulullah sehingga menjadikan beliau pemimpin yang agung, yang sepatutnya kita contoh bila ingin menjadi pemmpin yang baik sebagaimana beliau. Terdapat pula beberapa kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang pemimpin, yaitu: (1) mengambil keputusan dengan tepat, (2) mensinergikan seluruh kemampuan anggota team, (3) menyelesaikan konflik dalam kelompok sekaligus mengelolanya menjadi sumber energi, dan terakhir (4) menerapkan pola berfikir menang-menang guna mencapai hasil yang terbaik.
klik disini untuk melihat lebih banyak artikel seputar Islam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H