Mohon tunggu...
joki marpaung
joki marpaung Mohon Tunggu... karyawan swasta -

...senang mengamat-amati, kemudian direnungkan, kemudian ditulis...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Meruwat dan Merawat Gerakan Civil Society

12 Oktober 2010   10:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:29 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Masyarakat Indonesia terkenal akan kemajemukannya, baik dari segi budaya, agama, kepercayaan, pendidikan, dan lain-lain. Adalah suatu hal yang indah jika kesatuan bisa terwujud di atas perbedaan-perbedaan yang ada. Memang kesatuan Indonesia sering ternoda dalam beberapa peristiwa yang terjadi belakangan ini. Tetapi di lain sisi, ada juga kelompok-kelompok yang bisa menunjukkan betapa indahnya kesatuan itu jika bisa terwujud, dan lebih mantap lagi betapa kuatnya kesatuan itu jika bisa terwujud.

 

Tentu masih ingat di benak kita masing-masing bagaimana Prita didukung total oleh banyak rakyat Indonesia. Dimulai dari persidangan hingga pengumpulan denda yang dibebankan padanya. Banyak rakyat bersatu memberikan dukungan, baik di dunia maya hingga dukungan koin keadilan untuk Prita.

 

Kemudian ada juga koin cinta untuk Bilqis. Rakyat sekali lagi bersatu padu mendukung biaya pengobatan Bilqis, dan semua biaya akhirnya tertanggulangi walau akhir ceritanya mungkin tak seindah yang kita inginkan.

 

Di kesempatan yang lain ada juga dukungan para facebooker untuk Bibit-Chandra. Terlihat bagaimana dukungan para facebooker ternyata mampu membuat Pak SBY bereaksi, walo mungkin itu semua demi pencitraannya saja.

 

Gerakan masyarakat sipil jelas-jelas masih memiliki tajinya, terlihat dari kemampuannya menghadirkan perubahan. Walau perubahan kecil tetapi sangat berarti dan juga berdampak panjang. Inilah demokrasi itu, dimulai dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Suatu prinsip yang sudah mulai sirna dari bumi pertiwi kita ini. Demokrasi disalah gunakan oleh para pejabat, oleh partai politik, oleh para pemangku kekuasaan.

 

Hanya dengan mengatasnamakan rakyat atau mewakili rakyat, maka para politisi di senayan sana bisa berbuat seenaknya mengucurkan dana dan membuat undang-undang. Tak jauh berbeda juga dengan tingkah laku politikus di Jalan Merdeka sana, walau sedikit kebalikannya. Di dukung hampir mayoritas 61% rakyat Indonesia, tapi justru tak jelas apa saja yang dikerjakan untuk para konstituennya pada khususnya, dan seluruh rakyat Indonesia pada umumnya.

 

Melihat gerakan-gerakan masyarakat sipil yang ada di atas, maka jelas, demokrasi masih ada di tangan rakyat. Tapi sekali lagi, demokrasi yang digunakan untuk kebenaran dan rakyat banyak. Civil society di Indonesia masih perlu di ruwat, supaya jangan disalah gunakan seperti kekuatan-kekuatan sipil yang merusak perdamaian (baca: FPI). Dan civil society juga perlu di rawat, agar kedepannya bisa menjadi suatu kekuatan yang besar yang bisa menggerakkan bangsa ini ke arah yang lebih baik lagi bagi semua unsur masyarakat yang berbeda-beda.

 

Bayangkan jika gerakan masyarakat sipil yang ada digunakan untuk menghasil pemilu yang benar-benar jurdil dan luber. Bisa saja parpol dibuat tak berkutik jika mereka tak dipilih oleh mayoritas masyarakat. Sekedar ingin menunjukkan bahwa kekuatan parpol ada di pemilihnya, ada di rakyat, bukan di dewan pimpinan pusatnya. Jangan parpol mengemis dan menjilat ke rakyat kalau mau pemilu saja, sedangkan jika sudah menang, maka rakyat ditindas dan diinjak-injak. Terbayang juga kalau ada capres-cawapres independen yang dijagokan oleh mayoritas masyarakat, maka parpol akan benar-benar tertunduk lemah dan menyadari bahwa kekuatan parpol ada di rakyat dalam sistem demokrasi yang ada di negara ini.

 

Gerakan civil society terdekat menurut saya adalah menggulingkan Nurdin Halid cs. dari kursi kepemimpinan PSSI dan menggantinya dengan orang-orang yang kompeten dan berintegritas. Saya tidak tahu apa yang membuat Nurdin Halid tak sadar bahwa mayoritas masyarakat sepak bola Indonesia sudah jengah dengan kepemimpinan Nurdin Halid. Mari kita dukung gerakan mereformasi PSSI ini di berbagai media, mulai dari facebook, twitter, atau pun pengumpulan tanda tangan menuntut Nurdin Halid cs. mundur pada tanggal 24 Oktober nanti di Bundaran HI pada saat hari car free day.

 

Akhir kata, gerakan civil society yang ada juga perlu mawas diri, jangan-jangan sudah ada yang menunggangi mereka ke arah yang tidak benar, termasuk aksi massa yang akan diselenggarakan pada tanggal 20 Oktober nanti. Jangan sampai akhirnya gerakan civil society yang sudah di bangun akhirnya ditunggangi secara tidak bertanggung jawab. Saya sangat-sangat yakin, jika gerakan civil society ini diruwat dan dirawat hingga 2014 nanti, maka ini bisa menjadi suatu gerakan yang besar, gerakan yang bisa merubah Indonesia ke arah yang lebih baik, gerakan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, asal bisa dijaga dari tangan-tangan tak bertanggung jawab.

 

Salam perubahan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun