Paradigma Mahasiswa dan Gangguan Kejiwaannya
Mahasiswa sekarang telah mati, mereka sudah tidak berjuang untuk negara lagi, mereka terbendung dengan impian pribadi tanpa memperhatikan sisi kanan dan kirinya lagi.Â
Paradigma yang sangat salah terjadi di kalangan mahasiswa zaman sekarang. Selain sudah menjadi kendaraan dalam perpolitikan, mahasiswa sekarang acuh dan lebih senang untuk menghabiskan waktunya sia-sia, seperti pacaran, menjadi nakal ataupun menjadi mahasiswa yang sekedar lulus lalu menunggu mati.Â
Tidak ada karya, tidak ada ide-ide kreatif ataupun mendobrak pemerintahan yang semakin hari semakin statis. Mahasiswa sudah tidak adalagi langkahnya di dunia pemerintahan ataupun membangun dalam bidang sosial. Mereka lebih memilih memikirkan diri mereka sendiri lalu menjadi sukses dan berkeluarga dan menunggu mati.
Tentang Mahasiswa
Mahasiswa sekarang lebih senang dalam melakukan hal yang sia-sia. Seperti bergosip, belanja dan mencari teman sebanyak-banyaknya untuk tidak melakukan apa-apa.Â
Dalam berkarya pun yang mempunyai ide dapat terhitung hanya satu sampai lima orang selebihnya hanya membantu dan didasari dengan rasa tidak enak, bukan didasari rasa ingin berkarya (maju). Dan yang terburuk dari mahasiswa adalah mereka tidak tau apa yang ada di dalam perkuliahan melainkan mereka lebih senang dalam mencari masalah pribadi pada teman-temannya.Â
Jika dikomparasi terhadap mahasiswa yang terdahulu. Dahulu mereka lebih sering diluar kelas, berfikir bagaimana cara membangun negara atau mengatasi masalah-masalah yang ada, meski harus diakui ada juga "mahasiswa yang memiliki gangguan kejiwaan" tetapi persetasenya lebih sedikit dibandingkan dengan yang ingin memajukan negara. Namun di era sekarang mahasiswa yang memiliki jiwa itu sudah jauh menurun persentasenya dan lebih memilih menjadi mahasiswa yang memiliki gangguan kejiwaan.
Tulisan ini di riset dari beberapa tahun lalu, sebagai contohnya : ada mahasiswa yang jarang hadir dikelas, ada pula yang bukan teman sekelas, tetapi mereka dapat mengetahui masalah yang terjadi pada orang yang bukan teman sekelasnya.Â
Seakan masalah itu akan dipertanyakan oleh dosen pembimbing pada masa akhir perkuliahan, seakan masalah itu akan dipertanyakan ketika mereka akan melamar kerja, seakan mereka ingin sekali organsme ketika masalah itu semakin asik untuk didengarkan.Â
Lalu apa Impact dari kegiatan itu? Ditinjau dari nilai susila mereka hanya akan menurunkan derajat mereka. Ditinjau dari segi agamis pun malaikat hanya mencatat tentang dosa dan tidak ada pertanyaan itu ketika dialam kubur nanti.
Kematian yang Tak Menjemput Dosa
Mahasiswa akan segera mati, tinggal menghitung waktu. Akademisi hanya akan segera menurun kadar predikatnya dan akan menjadi golongan yang tak beresensi. Mereka hanya akan menjadi pion-pion dalam roda kehidupan bukan menjadi raja ataupun ratu. Mereka hanya akan tak sadar ketika Sakaratul Maut dan mati.Â