Mendengar Korea Utara dengan segala citra yang diberitakan di media tentu yang terdengar adalah konflik di semenanjung Korea yang  akhir-akhir ini masih panas.Â
Berulang kali PBB bersama negara-negara barat serta RRT memperingatkan Korut terkait uji coba senjata rudal yang semakin lama semakin intensif dan mengalami kemajuan. Walaupun telah banyak sanksi dan embargo yang diterapkan kepada Korut, namun negara berideologi Junche (percaya pada kemampuan sendiri) itu agaknya tetap ngeyel dan meneruskan segala uji coba persenjataan nuklir. Tidak jarang juga pemimpin Korut, Kim Jong Un sering menggertak dan mengancam negara-negara yang dianggap musuhnya dengan pencapaian terbaru teknologi rudalnya.Â
Selain citra negara dengan serangkaian uji coba nuklirnya, juga tidak jarang kita mendengar bahwa KOR-UT dengan pemerintahan diktator totaliter tersebut sangat tertutup dengan dunia luar. Sangat tidak mudah untuk mendapatkan informasi tentang Korut. Beberapa informasi yang terdengar adalah bahwa Korut memiliki aturan-aturan yang sangat ketat bagi warganya. Mereka tidak memiliki kebebasan individu seperti warga negara dengan pemerintahan demokrasi pada umumnya.
Pada kenyatannya tidak sedikit orang asing yang telah berhasil mengunjungi Korea Utara. Korea Utara bekerja sama dengan banyak agen pariwisata menawarkan beberapa paket pariwisata, termasuk beberapa kegiatan yang bisa diikuti oleh turis asing. Banyak website pariwisata ke Korut di internet. Mereka menawarkan paket-paket pariwisata yang bervatiarif.Â
Salah satu kegiatan yang penulis ikuti adalah berkunjung selama satu hari ke Korea Utara. Penulis mendaftar paket pariwsata tersebut kepada salah satu agen di Dandong, Timur Laut Tiongkok. Dandong merupakan kota yang terletak di perbatasan antara Tiongkok dan Korea Utara. Kedua negara tersebut dibatasi oleh sungai Yalu dengan jembatan pengubung untuk lalu lintas keluar masuk.
Untuk orang Tiongkok tentu tidak ada kesulitan untuk mengunjungi Korut karena tidak perlu visa khusus, melainkan hanya surat izin berkunjung sementara. Informasi menarik yang penulis terima adalah ketika agen tersebut menerima orang asing untuk bergabung. Kita bisa memilih paket-paket yang diberikan agen perjalanan tersebut, yaitu mulai dari satu hari sampai empat hari berpariwisata.Â
Untuk orang asing tentu saja biayanya jauh lebih mahal daripada orang Tiongkok. Keadaan seperti ini memang sudah jamak terjadi di Tiongkok selama penulis alami 2 tahun terakhir ini. Penulis mencoba mendaftar paket satu hari berkunjung ke Korut. Mereka meminta beberapa dokumen yang dipersiapkan dua hari sebelumnya untuk mengurus izin berkunjung sementara.
Setelah mendaftar penulis berangkat dari Beijing ke Dandong dengan kereta cepat. Perjalanan dengan kereta cepat dapat ditempuh sekitar 6 jam, sedangkan dengan kereta biasa adalah selama 22 jam. Setelah sampai di Dandong penulis begabung dengan kelompok tur di kantor imigrasi perbatasan untuk diperiksa segala perizinannya.Â
Setelah melewati tahap pemeriksaan, maka kita mulai perjalanan dengan dipandu oleh pemandu lokal. Pemandu wisata dapat berkomunikasi dengan bahasa Mandarin dan Inggris dengan sangat baik. Pemandu wisata tersebut telah belajar bahasa Inggris dan Mandarin selama 6 tahun di Unviersitas Pyongyang. Pemandu menjelaskan tentang keadaan di Korea Utara secara umum,mulai dari bentuk rumah, kegiatan warga, sampai hasil-hasil pertanian.Â
Perumahan di Korea Utara kebanyakan berbentuk apartemen yang tidak terlalu tinggi. Rata-rata 5 lantai sampai 15 lantai. Di sepanjang jalan tidak ada iklan yang terpasang. Poster-poster yang terpasang adalah tentang propaganda pembangunan dan kepatriotan serdadu-serdadu dalam memperjuangkan negara. Â
Orang-orang Korea Utara tidak banyak yang menggunakan kendaraan pribadi seperti motor dan mobil, melainkan hanya bersepeda ataupun jalan kaki. Pakaian yang mereka kenakan pun sangat formal bahkan untuk beraktivitas di setiap harinya, yaitu kemeja dan celana panjang kain. Para pekerja mengenakan pin bergambar presiden ataupun bendera negara di kemeja mereka. Para pekerja di tempat-tempat pariwisata kebanyakan mengenakan pakaian tradisional Korea, termasuk di restoran dan toko suvenir.Â