Apakah masuk akal jika pelarangan buka bersama (bukber) adalah karena untuk mencegah penularan covid 19?. Bagaimanapun kondisi penularan covid, faktanya, sudah sangat jarang, entah karena virusnya melemah, vaksinasinya sukses, atau herd immunity telah tercapai. Â
Berita santer tentang pelarangan bukber akhir-akhir ini lebih masuk akal jika diinterpretasikan untuk mencegah pejabat daerah maupun pusat makan bersama pakai anggaran daerah.Â
Kita tahu bahwa porsi besar anggaran pemerintah berasal dari berbagai macam pajak, termasuk yang dibayarkan per individu maupun  suatu perusahaan.Â
Pemakaian anggaran yang tak tepat sasaran, termasuk makan-makan buka puasa ini sudah semestinya dilarang. Sedia payung sebelum hujan, mengingat kasus flexing para pejabat beserta keluarganya mendapat perhatian dari para netizen.Â
Setelah ramai para netizen memergoki gaya hidup hedon para pejabat, mereka ramai-ramai mengelak dan menghapus postingannya. Tak jarang juga tingkahnya berubah menjadi tiba-tiba sederhana.Â
Bahkan, ada pejabat ataupun pegawainya mengancam si pemosting atau pelapor ulah korup secara pribadi. Meskipun para netizen tidak terlalu tahu teori hukum terkait, namun mereka menemukan momentum untuk "speak-up" atas kecurangan yang diderita karena ulah pejabat instansi tertentu. Â
Apa yang dilakukan netizen dengan berburu para flexing-an pejabat lalu diviralkan benar-benar menjadi peringatan. Jangan sampai kita kecolongan lagi dengan ulah bejat para pejabat. Menggunakan anggaran daerah untuk bukber, terlebih dengan bermewah-mewahan sungguh tak pantas.Â
Jika tertangkap basah lagi oleh netizen, maka kepercayaan terhadap pejabat semakin luntur. Sekali kepercayaan itu luntur, sulit rasanya untuk diangkat kembali. Â
Larangan bukber para pejabat tentu menjadi momen peringatan untuk kegiatan lainnya yang bersifat "makan-makan mewah" menggunakan anggaran yang serharusnya lebih bermanfaat untuk rakyat banyak.Â
Mereka lebih membutuhkan perbaikan jalan, pengadaan transportasi umum, pengadaan fasilitas kesehatan, perbaikan sarana pendidikan, dll. daripada diambil untuk memanjakan lidah dan perut.Â