Mohon tunggu...
Jaka Ludira
Jaka Ludira Mohon Tunggu... profesional -

Maja Tak Gantar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Fiksimini

27 Maret 2014   15:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:24 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Fiktif adalah sebuah istilah sastra. Kata sifat adjektif ini berarti tidak benar terjadi atau sebuah karangan belaka. Kata nominalnya adalah fiksi. Fiksi adalah bentuk karya yang melibatkan, sebagian atau seluruhnya, dengan informasi atau peristiwa yang tidak benar terjadi, melainkan berupa imajinasi dan teoretis yang ditemukan oleh penulis. Begitu kata Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Fiksi)

Apapun definisinya, fiksi berhubungan dengan perbuatan melamun, menghayal, mereka-reka kejadian menurut selera pemikirnya. Dan hebatnya itu disebut sebagai sebuah karya sastra. Luar biasa.

Seorang sastrawan yang konon berasal dari Barat, dan konon pula jadi panutan para penghayal di negeri ini pernah membuat fiksi tersingkat di dunia, yang kemudian disebut fiksimini. “For sale: baby shoes, never worn.” (Ernest Miller Hémingway). "Dijual: sepatu bayi, tidak pernah dipakai". Dan para pemujanya kemudian menyatakan bahwa itu benar-benar fiksimini paling lengkap dan menggelegar. Hebat !

Lebih hebatnya lagi, ketika para fikminer lapar, tidak lantas membuat fiksimini sebagai hidangan makannya. Tapi ngeloyor mencari warung tegal murah meriah yang bisa "yarti" (dibayar nanti kalau karya satranya laku dimuat di koran atau majalah atau tabloid atau entah apa lagi).

Lebih hebatnya lagi, kemudian muncul berbagai ruang pagelaran. Terpampang spanduk peragaan. "Komunitas Fikminer". "Pengajian Fiksimini". "Tadarus Fiksi". Dan sebagainya, meminjam atau mungkin lebih cocok kalau disebut mencatut istilah keren dari pagelaran lain yang sudah duluan keren. Numpang keren.

Di facebook ada grup yang menamakan dirinya Fiksimini Basa Sunda (https://www.facebook.com/groups/fikminsunda/). Anggotanya ribuan. Per 27 Maret 2014 tercatat ada 8.847 anggota. Luar biasa banyaknya untuk orang sunda yang bicara sundanya mulai kalang kabut dengan bahasa galau, alay, dan sebagainya. Godi Suwarna sebagai Ernest Miller Hémingway-nya. Menjadi panutan dan pujaan fikminer di grup itu. Bahkan ada yang menganggap sebagai manusia setengah dewa. Umumnya menyebut Godi dengan "Kakang Prabu". Entah apa maksudnya. Mungkin Prabu Fikmin. Hilang Si Kakang Prabu dari grup itu, sudah bisa diduga grup itu bakal bubar. Karena Si Kakang Prabu itulah sebagai lem perekatnya.

Tapi yang lebih hebat lagi adalah para adminnya. Masing-masing mengklaim sebagai manusia setengah dewa pula. Dengan merek dagang masing-masing yang lebih terkesan murahan. Sepertinya dibanding kacang goreng pun akan lebih terasa enak makan kacang goreng. Barangkali maksudnya buat menyaingi Si Kakang Prabu yang memang hebat dan brilian. Kakang Prabu Godi Suwarna, si manusia fiksi, yang sudah melanglang buana. Australia, Jerman, dan negara-negara bergengsi lainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun