Kecanggihan teknologi merambah semua bidang, termasuk pertanian. Mekanisasi dunia pertanian dimulai dan berkembang dari pemetaan lahan, budidaya, penanaman, perawatan, panen, hingga pasca panen. Dalam pembudidayaan tanaman, yang tidak boleh diabaikan adalah perawatan tanaman, dan salah satu yang paling penting dalam perawatan yaitu pemupukan. Pemupukan tidak terlalu efektif dengan tenaga manusia saja, karena hal tersebut membutuhkan waktu yang lama dan juga usaha besar. Selain itu, biaya input pertanian tinggi dan pemupukan oleh tenaga manusia juga mempengaruhi kesehatan mereka jika dilakukan secara terus menerus dan terjadi kontak langsung. Oleh karena itu, diperlukan teknologi yang dapat menggantikan manusia dalam pengaplikasian pupuk pada lahan pertanian, salah satu teknik tersebut adalah penggunaan drone.
Drone merupakan salah satu teknologi canggih berupa kendaraan udara. Bentuknya menyerupai pesawat terbang atau helikopter yang dapat dioperasikan tanpa memerlukan awak atau pilot untuk mengemudikannya. Menurut Dadang (2019), drone menawarkan berbagai keunggulan, seperti (a) efisiensi biaya operasi, (b) efisiensi penggunaan air, (c) efisiensi waktu, dan tentunya (d) efisiensi tenaga kerja. Menurut Irawaty dkk (2017), drone sudah mulai dikembangkan untuk mendeteksi kondisi dan kesuburan tanah, serta kesehatan tanaman. Sehingga drone juga dapat menggunakan drone untuk menentukan kebutuhan pupuk untuk kebutuhan tanaman.
Pengembangan aplikasi drone juga bisa dilakukan pada budidaya tanaman teh. Tanaman teh merupakan tanaman semusim dengan umur ekonomis hingga 50 tahun, dimana tanaman ini terus menerus menyerap unsur hara tanah dan mengurangi kesuburan tanah. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemupukan untuk meningkatkan kesuburan tanah. Tanaman teh umumnya dibudidayakan sangat luas di dataran tinggi, sehingga pemupukan membutuhkan waktu yang sangat lama. Tentu saja, menggunakan drone untuk menyemprotkan pupuk dapat menghemat lebih banyak waktu daripada tenaga manusia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Khoirunisa dan Fitrianingrum (2019), dimana untuk lahan seluas satu hektar, penyemprotan drone membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Berarti hanya membutuhkan waktu sekitar 50 menit untuk menyemprot di lahan seluas 5 hektar. Menurut hasil pengujian yang lainnya, yang dilakukan oleh Yudhana dan Wardani (2017), butuh waktu 12,5 jam untuk penyemprotan drone seluas 1 hektar, namun butuh waktu sekitar 20 jam jika dilakukan secara manual.
Penggunaan drone ini juga dapat menyesuaikan area yang ingin dipupuk. Menurut Khoirunisa dan Fitrianingrum (2019), drone juga dapat dihubungkan ke satelit untuk mengelola area atau lahan yang ingin dipupuk. Adanya pengaturan ini memungkinkan pemupukan dapat dilakukan secara tepat pada bagian yang memerlukan pupuk saja, sehingga tidak perlu ke semua area lahan.
DAFTAR PUSTAKA
Dadang. 2019. Formulasi Pestisida untuk Drone. disampaikan pada Seminar Nasional Penggunaan Drone dalam Bidang Perlindungan Tanaman dalam Rangka menuju Industri Pertanian 4.0 di Indonesia. Bogor: ISSAAS Indonesia Chapter.
Irawaty, E., dkk. 2017. Analisis Biofisik Tanaman Padi Dengan Citra Drone (UAV) Menggunakan Software Agisoft Photoscan. Jurnal Agritechno. 10(1): 109-122.
Khoirunisa, H., dan Fitrianingrum. 2019. Penggunaan Drone dalam Mengaplikasikan Pestisida di Daerah Sungai Besar, Malaysia. Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat. 1(1): 87-91.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H