Mohon tunggu...
Inovasi

Social Media Journalism

27 Mei 2016   16:04 Diperbarui: 27 Mei 2016   16:12 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang Anda ketahui mengenai sosial media? Sosial media biasa digunakan oleh orang dalam berkomunikasi, berkomentar mengenai sesuatu, untuk hiburan, urusan personal, membagikan informasi, maupun mencari berita. Menurut unilubis, sosial media dapat juga disebut sebagai partisipatory journalism. Partisipatory journalism yaitu masyarakat atau kelompok masyarakat yagn berperan aktif dalam proses jurnalisme. Seperti yang dikatakan Bowman dan Millis: “the act of a citizen, or group of citizens, playing an active role in the process of collecting, reporting, analysing and disseminating news and information. The intent of this participation is to provide independent, reliable, accurate, wide-ranging and relevant information that a democracy requires” (WeMedia, How Audiences are Shaping the Future of News and Information, Bowman and Willis, 2003, p.9)

Sosial media harus dibedakan dengan jurnalisme, karena sosial media tidak ada proses verifikasi dan kelengkapan 5W +1H. Menurut Lavrusik, penemu Alively dan co-creator Facebook Live & Fb Mention, mengungkapkan bahwa kekuatan media sosial yaitu dapat mempublikasikan sebuah konten informasi dalam skala yang lebih luas. Dalam pemanfaatan jangkauan luas dari media sosial, maka media membentuk komunitas pembaca yang membantu redaktur mengarahkan isu yang sedang ‘booming’. Komunitas ini disebut juga sebagai UGC (User Generated Content).

Steve outing mengungkapkan ada 11 tingkatan citizen journalism (http://www.poynter.org/2005/the-11-layers-of-citizen-journalism/69328/). Tingkatan pertama yaitu web membuka kolom komentar. Dari kolom komentar tersebut penulis dapat memberikan ruang bebas bagi pembaca untuk ikut berpartisipasi dalam membahas isu. Tingkat kedua yaitu ada keterlibatan pengguna lebih lagi, tidak hanya berkomentar pada suatu isu. Di sini maksudnya adalah isu yang ditulis oleh penulis dapat menjadi acuan bagi pengguna dalam membagi informasi penting dengan konten yang sama, contohnya berita mengani vandalisme yang akan dikomentari oleh pengguna dengan pengalamannya terhadap aktivitas vandalisme. Proses verifikasi dapat dilakukan dengan adanya foto yang diunggah oleh pengguna, dan meningkatkan kemenarikan komentar. Tingkatan ketiga yaitu setiap pengguna dapat berkontribusi secara bersamaan. Jadi pengguna tidak dibatasi oleh apapun dalam berpartisipasi untuk memperkaya informasi dari sebuah isu.

Tingkatan keempat yaitu citizen bloghouse atau situs berisi artikel citizen journalism. Salah satu contoh citizen bloghouse di Indonesia yaitu situs kompasiana. Dari situs-situs seperti inilah yang memudahkan pengguna dalam mencurahkan komentarnya. Tingkat kelima yaitu newsroom yang aksesnya dibuka untuk publik. Redaksional citizen journalism harus terbuka untuk publik agar publik dapat berkontribusi dengan mudah dan dapat langsung dibagi ke ruang publik yang lebih luas. Tingkat keenam adalah stand-alone site (edited). Pengguna sudah dapat membuat situs sendiri yang orientasinya adalah berita. Ini berarti membangun sebuah situs yang terdiri seluruhnya atau hampir seluruhnya dari kontribusi dari masyarakat. Walaupun situs ini berdiri sendiri (tanpa adanya campur tangan media) tetapi masih harus dikontrol oleh editor. Tingkatan ketujuh adalah stand-alone(unedited). Tulisan dari warga tidak diedit, jadi semua berita yang ditulis pengguna dapat langsung terbit, walaupun mungkin ada salah ejaan, dan lain-lain. Mengapa editor tidak membenarkan tulisan? Karena pendekatan ini lebih kepada semangat dalam citizen journalism, jadi biarlah warga menulis apa adanya.

Tingkatan kedelapan adalah selain versi onlineada juga versi cetak. Konten edisi khusus cetak ini biasanya berisi artikel-artikel terbaik citizen journalism. Tingkatan kesembilan yaitu kolaborasi editor profesional dan citizen journalism. Pendekatan ini bisa membuahkan keuntungan secara material. Tingkatan kesepuluh yaitu jurnalis profesional dan citizen journalism sama-sama mengendalikan newsroom. Tulisan yang dimuat akan lebih dipercaya dan kredibel. Tingkatan terakhir yaitu wiki jurnalisme. Tingkatan ini adalah proses akhir dari citizen journalism yaitu setiap orang dapat menjadi editor.

sumber:

Bowman, Shayne dan Chris Wilis. 2003. WeMedia, How Audiences are Shaping the Future of News and Information. California: The American Press Institute

http://www.poynter.org/2005/the-11-layers-of-citizen-journalism/69328/ 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun