Mohon tunggu...
Pudjo Sedijono
Pudjo Sedijono Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Masa kecil hidup dibantaran sungai Brantas, pernah sekolah TK,SD didesa tepatnya Ds.Losari Ploso Jombang,Melanjutkan sekolah SMEP,SMEA di Kota Jombang. Merantau ke Kota Malang terdampar sampai sekarang tepatnya di Jl.Sanan 67 Malang. Diusia yang semakin larut, melanjutkan cita-cita kuliah S1 dan alhamdulilah selesai tahun 2010 memperoleh gelar Sarjana Hukum.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Siapakah Sebenarnya yang Berbohong?

20 Oktober 2016   10:53 Diperbarui: 20 Oktober 2016   11:09 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

BERBOHONG.

Berbohong adalah sebuah kata yang menggambarkan ketidak konsistenan seseorang untuk mengatakan atau  melakukan  suatu perbuatan yang sebenarnya. Tujuan orang berhohong adalah agar segala perbuatannya tidak diketahui orang lain atau korbannya.

Pembohong mempunyai motif untuk mencari keuntungan diri sendiri tanpa mengindahkan akibat dari perbuatannya,apakah  itu merugikan atau menguntungkan orang yang menjadi obyek atau sasaran. Setiap manusia mempunyai potensi untuk berbohong,menurut Sigmund Freud pendiri psikoanalisis; berbohong adalah merupakan salah satu diantara instinkkehidupan dalam subsisitem kepribadian manusia yaitu Id. Id bersifat egoistis,tidak bermoral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Idadalah tabiat hewani manusia.

TEATRIKAL DAN SIAPAKAH SEBENARNYA YANG BERBOHONG.

Dalam sidang yang ke30 dengan perkara nomor 77/B/2016/PN JAKPUS. Yang menyidangkan perkara pembunuhan Mirna Salihin dengan terdakwan Jassica Kumala Wongso,JPU dalam repliknya kata pertama yang di ucapkan adalah perkataan teatrikal , sebuah ungkapan yang menggambarkan bahwa seseorang telah melakukan kepura puraan atau kasarnya “berbohong”. Ungkapan ini ditujukan kepada terdakwa dan penasihat hukum bahwa pembelaannya yang disampaikan dalam persidangan terdahulu adalah kebohongan semata.

 Apa bedanya dengan terdakwa kalau JPU dalam menyampaikan repliknya, oknum tersebut mengucapkan kalimat yang berlebih, penuh retorika yang sebenarnya juga tidak jauh dengan sebuah teatrikal belaka,bahkan menuduh penasihat hukum Jassica melakukan kebohongan kebohongan tanpa menunjukan bukti bukti kebohongannya. Kalau terdakwa itu berbohong itu biasa dan tidak dilarang oleh hukum. Pertanyaan penulis: Apakah tidak cukup dengan  menunjukkan bukti (circumstance evidence) yang menggambarkan bahwa Jassica  telah memindahkan gelas es kopi vietnam yang diminum Mirna sebagaimana kesaksian pelayan pengantar koktail dan sidik jari Jassica ada di gelas itu. Pada rekaman CCTV ahli IT menyatakan Jassica mengambil sesuatu dari dalam tas dan menaruhnya diatas sesuatu dibalik paperbag,serta ditemukannya bekas pembungkus sianida didalam tas Jassica dan seterusnya dan seterusnya.

Sebenarnya panggung teatrikal telah dimulai sehari setelah kejadian meninggalnya Mirna Salihin, bahkan sang suradara dapat memastikan bahwa matinya korban karena sianida jauh sebelum Labfor Polri melakukan pengujian sisa kopi yang diminum Mirna.

Melalui media masa dibuatlah opini untuk mencari simpati masyarakat dan upaya itu berhasil. Hujatan akhirnya bertubi tubi ditujukan kepada Jassica Kumala Wongso yang menjadi target sang sutradara,Jassica pun tersudut dan opini masyarakat sudah terlanjur bahwa jassicalah pembunuhnya. Keadaan ini tidak terlewatkan oleh media masa pencari Top News. Ditariknyalah Jassica di panggung TV, jadilah babak baru teatrikal dengan Jassica sebagai anak panggungnya.

Apa yang selama ini diucapkan sang sutradara, terbukti sudah, oknum jaksa dan saksi saksi ahli(oknum) yang dihadirkan jaksa dalam setiap persidangan persis apa yang diucapkan oleh sang sutradara.

Sebenarnya siapa yang berbohong? dengan penuh retorika saat membaca replik, Jaksa sambil menujukkan foto foto ruangan yang sangat mewah di Polda Metro Jaya yang menurutnya adalah ruang tahanan Jassica,belakangan foto foto tersebut dibantah oleh Direktur Tahanan Dan Barang Bukti Polda Metro Jaya,AKBP Banabas S Imam bahwa foto yang ditampilkan itu adalah ruangan Konseling untuk tahanan(Compas.com,hari selasa tanggal 18 Oktober 2016). 

Ahli toksikologi yang dihadirkan jaksa juga tidak kalah hebatnya,dengan penuh yakin menyatakan bahwa Mirna mati karena sianida. Sungguh ironi sang ahli tosikologi yang bukan dokter spesialis patologi memastikan kematian Mirna karena Sianida. Ada lagi dokter forensik dalam visumnya menyatakan kematian mirna menunggu hasil pemeriksaan Puslabfor POLRI dan dalam persidangan dokter tersebut menyatakan bahwa sesuai  pernyataan ahli toksikologi bahwa matinya mirna karena sianida maka saya sebagai dokter forensik menyatakan hal yang sama. Hah! seorang dokter forensik mengatakan seperti itu. Mengapa dokter tersebut tidak menyatakan berdasarkan pemeriksaan organ organ tubuh korban terdapat kelainan kelainan akibat   sianida dan berdasar pemeriksaan laboratorium terdapat sianida pada hati,ginjal, empedu, jantung dan seterusnya sehingga dapat ditentukan bahwa matinya korban karena sianida. Nah itu yang benar!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun