Meski ini adalah film super-hero yang resep utamanya harus mampu memuaskan pecinta komik dan pecinta aksi ala super-hero, drama yang ditulis dalam skenario mampu tampil sejajar dengan aksi-aksi yang ada.
Hubungan emosional antara Steve Rogers, Nick Fury, Natasha Romanoff, hingga sang musuh utama Winter Soldier dibuat begitu humanis dari sisi masing-masing tanpa membuat Captain America harus terlihat cengeng. Penambahan karakter antagonis yang dibintangi oleh Robert Redford sebagai Alexander Pierce juga menambah kelebihan film.
Efek visual tidak ketinggalan menambah greget film, terutama saat munculnya markas pusat SHIELD yang menyimpan tiga buah kapal induk raksasa. Aura komik tetap ada ketika tiga buah kapal induk raksasa yang mampu terbang tersebut, seakan keluar dari perut bumi (markas SHIELD).
Walau begitu, aksi heroik Captain America bukan berarti tidak layak disimak. Aksi yang tercipta dari alur konflik membuat para pecinta adengan laga terpuaskan. Menjadikan Captain America tetap ikon pimpinan Avengers yang mampu menampilkan sisi super hero hingga akhir film.
Sehingga dapat disimpulkan, alur dan plot cerita serta gaya humanis para karakter mampu mengimbangi kekuatan Captain America (yang bisa dikatakan biasa-biasa saja).
Bagi anda yang menyukai teknologi 3D, "Captain America: The Winter Soldier" juga menawarkannya. Sayang, konsep 3D untuk film ini tidaklah memberikan efek lebih dibandingkan versi 2D.
Konsep 3D Amazing Spiderman dan The Avengers, jauh lebih menghibur dibandingkan versi 3D yang dipentaskan oleh Captain America: The Winter Soldier.
Sebagai sedikit bocoran, anda jangan cepat-cepat beranjak pergi ketika selesai menonton film ini. Karena di akhir bagian film, akan muncul adegan bagaimana kelanjutan kisah para tokoh super-hero Marvel.
Selamat menonton.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H