Mohon tunggu...
Iskandar Dzulkarnain
Iskandar Dzulkarnain Mohon Tunggu... -

intikalis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Suka Kamu Tertawa

20 Juli 2011   13:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:31 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Beginilah jika aku tidak mempunyai pacar hingga saat ini. Semua hal bisa menjadi -serasa- istimewa. Bagaimana tidak, aku bisa tertawa dan bergaul dengan siapa saja. Tiada seorang pun yang bakal cemburu dengan pergaulanku. Aku bisa bergaul dengan siapa saja, termasuk cewek-cewek yang cantik. Ah, benar itu serasa menyenangkan menjadi seorang yang single. Namun, di balik kesenangan itu ada kesedihan yang mendalam dalam renunganku di malam hari, tepatnya sebelum tidur.

Aku mencoba menghibur diriku dengan bergelut di jejaring sosial dan menulis di banyak tempat di dunia maya. Ya, seakan diriku menyebarkan kegalauan. Mengajak banyak orang yang galau untuk membuat persekutuan orang galau, sepertinya. Itu memang tidak bisa dipungkiri. Namun, dalam hati kecil ini, dalam kesepian ini, aku menemukan beberapa sosok yang istimewa. Ketika dia tertawa, seakan aku ingin tertawa senang bersama dirinya, merayakan kesenangan itu.

Aku tidak peduli. Jarak diriku dan dirinya sangatlah jauh, lebih jauh dari yang ia kira. Namun, dengan adanya jejaring sosial dan tempat nongkrong di dunia maya, aku mulai menemukan kebahagian ketika melihatnya tertawa, meskipun itu hanya berupa teks saja. Melihat senyumnya yang dilambangkan dengan :) -serasa- hatiku iku senang juga. Aku ingin tertawa ketika kau menuliskan :D dan haha, aku ingin tertawa bersamamu, meskipun saat itu aku dan kamu hanya disatukan oleh koneksi yang ada di depan mata masing-masing.

Aku suka kamu tertawa. Aku suka kamu, benarkah? Aku tidak yakin. Mungkin aku hanya suka tertawamu, tidak lebih dari itu. Itu hanyalah sebuah rasa kagum dan pelarian dari kesendirianku saja saat ini. Ah, naif sekali diriku. Mengapa aku sulit untuk mengungkapkan itu, mengakui saja kau tak mau. Ya, inilah aku. Aku lebih senang pada kesendirianku dan bergulat dengan kesenangan-kesenanganku yang terkesan aneh.

-dariku untuk yang aku sukai tertawanya, meskipun hanya sebuah teks-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun