Tentu kita bersama sudah capek dan sudah habis urat keprihatinanya melihat berbagai kekalahan tim sepak bola nasional baik di level apa saja itu.
Timnas U15, U16, U18, U23, Timnas All Star atau apalah itu levelnya. Lebih parahnya lagi, karena sudah terlalu sering kalah, jadinya seakan akan sudah menjadi pemakluman komunal, dianggap wajar.
Kalau sudah kalah begini mau apa? Apakah evaluasi strategi dan lain sebagainya akan memperbaiki masalah secara jangka panjang?
Jawabannya TIDAK AKAN. Indonesia akan tetap menjadi pecundang jika hanya seperti ini saja metode pengurusan sepak Bolanya. Again and again.
Harusnya setiap kekalahan bisa kita sikapi dan kita respon secara bijak. Kalah ya kalah, kalau kalah berarti tim kita JELEK ! tidak perlu menghibur diri dengan berbagai alasan klasik seperti kurang persiapan, tim lawan sedang dalam performa terbaiknya dan lain sebagainya. Satu hal yang pasti kalau kalah berarti ada yang SALAH dengan sistem persepakbolaan kita dan menjadi satu bukti nyata bahwa tim kita TIDAK SELEVEL dengan kualitas lawan. Itulah situasi yang sesungguhnya terjadi. Tidak ada kompromi buat kejelekan yang terus berulang ulang.
Jika ada seorang menteri yang tidak hafal dengan lagu kebangsaannya sendiri, selama menjabat ternyata sepak bolanya belum pernah sama sekali menang. Maka sewajarnya jika orang tersebut masih memiliki urat malu dengan hati terbuka harusnya bisa berinisiatif MUNDUR. Harusnya sadar diri jika kompetensi kesehariannya yang hanya terbiasa dengan analisis foto editan porno tiba-tiba hari ini dihadapkan dengan permasalahan olah raga nasional yang kompleks ya tentu saja akan gagap, memang bukan dunianya, ya mau gimana lagi?
MEMBANGKITKAN SEPAK BOLA NASIONAL
Yang patut kita pertanyakan bersama, dari contoh satu pertandingan bola terakhir, yaitu timnas U23 melawan Vietnam yang baru beberapa menit yang lalu berakhir adalah di manakah putera Papuanya? Kenapa tidak ada?? Kenapa saya tidak menemukan satu orangpun? Ini maksudnya apa?
===
“Orang Jawa tidak Perlu Menyalahi Kodrat yang sudah diberikan Tuhan.”
====
Ini bukan Rasis atau apa, sejak jaman Majapahit kita sudah didikotomikan bahwa orang Jawa pada umumnya berprofesi sebagai petani, bercocok tanam, berbudaya unggah-ungguh, kalem, alon alon waton kelakon. Evolusi dan kebiasaan hidup selama ribuan tahun tersebut jika kita bandingkan head to head, akan membuktikan satu hal bahwa secara garis besar stamina orang Jawa ternyata tidak akan lebih baik dibanding stamina orang Papua pada umumnya. Orang Papua selama ribuan tahun dihadapkan dengan kondisi alam yang keras, berbeda dengan situasi Pulau Jawa yang subur dan beriklim nyaman. Adalah suatu kewajaran jika akibat dari habbit hidup selama ribuan tahun tersebut berhasil menempa dan membentuk stamina fisik putera asli Papua jauh lebih unggul daripada saudara saudara lainnya di Indonesia.
Banyak bidang olah raga selain bola yang secara fisiologis lebih cocok untuk orang Jawa, kita masih punya badminton, punya tenis, punya volly. Tidak perlu dipaksakan terlalu kental masuk dunia sepak bola, lagipula untuk tingkat internasional harusnya diwakilkan oleh orang-orang terbaik yang memiliki anugerah fisik kompeten.
Saya bukannya rasis atau apa, saya pribadi orang Jawa 100%. Selama SMA saya memiliki teman putera asli Papua dan mengalami sendiri. Setiap kali pelajaran olah raga saya melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana staminanya! Luar biasa. Anak ini tidak punya rasa capek. Even saat lari marathon dia jauh lebih nyaman mencopot sepatunya dan tetap kuat berlari tanpa alas kaki melewati aspal ataupun bebatuan. Gila !
---|||---
Tim yang kuat tentu tidak bisa dihasilkan secara instan, kita bersama sudah tahu itu. Metode yang paling efektif untuk membangkitkan persepakbolaan nasional agar bertransformasi menjadi satu kekuatan baru yang disegani dunia adalah dengan memaksimalkan pendidikan bola sejak dini di lumbung-lumbung bola Nasional.
Di manakah lumbung-lumbung bola tersebut berada?
Di Papua !
ILUSTRASI 01 Lumbung Bola Nasional
[caption id="attachment_266145" align="aligncenter" width="1607" caption="Lumbung Bola Nasional"][/caption]
Agar persepakbolaan nasional bisa terprogram maju secara terstruktur, maka dalam beberapa dekade ke depan, harus ada pembentukan bibit-bibit putera Papua secara sitematis sejak dini, baik melalui sekolah bola, beasiswa prestasi dan lain sebagianya.
Di seluruh penjuru Papua harus segera dibangun image baru sebagai tanah air bola. Harus mulai dibangun lapangan-lapangan bola yang mumpuni di berbagai penjuru daerah, baik itu di pelosok Lembah Baliem hingga desa desa terpencil di puncak Jaya. Sepak bola harus dibudayakan di sana, SDM nya cocok! Match !
Sedangkan untuk kota kota penting di seluruh penjuru Papua harus mulai dirancang stadion berkelas Internasional. Sehingga ligapun akan berjalan lebih masif dan membuat persepakbolaan Papua lebih hidup serta makin terasah dengan sempurna.
====
Saat pahlawan Bola dari Papua sudah mulai lahir satu persatu nantinya, bagaimana mengkomposisikan mereka dalam timnas?
Memang tidak bisa kita pungkiri tidak hanya orang Papua yang bagus main bolanya. Kita masih punya orang orang sekaliber Andik Firmansyah, Bepe dan lain sebaginya. Tapi ayolah, selama ini kenapa putera Papua yang spesial ini hanya diwakili 3-4 orang saja dalam skuad timnas? Komposisi yang selama ini dipegang dapat metode dari mana? Komposis tersebut tentu saja MASIH KURANG.
Dalam olah raga, komposisi tingkat mayoritas-minoritas suku bangsa suatu negara tidak berbanding lurus dengan skuad di timnasnya. Coba kita lihat Amerika, pemain faforit NBA justru lebih banyak diisi dari kalangan kulit hitam. NBA lebih banyak diisi orang-orang berdarah afro amerika padahal populasi mereka hanya 20% dari jumlah penduduk total. Di sini faktor fisiklah yang menjadi pertimbangan utama, benar benar murni dari segi stamina dan potensi yang dimiliki masing masing atletnya, yang kebetulan berasal dari ras minoritas.
Jumlah ideal putera asli Papua dalam skuad timnas sepak bola harusnya sekitar 75% komposisi skuad utama. Coba kita bayangkan bersama, jika saja dari 11 pemain timnas Garuda komposisinya terdiri dari 7-8 dari putera asli papua, kira kira sudah seperti apa permainan kita?
--
Saya sendiri saja sudah serem membayangkan squad tim tersebut, bagaimana dengan tim lawan jika mendengar komposisi tersebut? Pasti mental tim lawan sudah drop duluan sebelum bertanding. Benar tidak?
Jika jumlah dan komposisi tersebut telah terpenuhi, kualitas dan teknis permainan sudah terasah dan dikembangkan secara sitematris sejak kecil. Maka kebangkitan Sepak Bola Indonesia menjadi salah satu kekuatan yang disegani dunia bukanlah impian lagi. Mari kita bangkitkan Sepakbola Nasional!
Garuda di dadaku ! Hidup Sepak Bola Indonesia !
______________________
John Simon Wijaya © 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H