Mohon tunggu...
John Simon Wijaya
John Simon Wijaya Mohon Tunggu... profesional -

✉ johnsimonwijaya@gmail.com IG/LINE : @johnswijaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Arsitek yang Mengubah Dunia

8 Januari 2014   15:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:01 1205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[note: hindari menggunakan mode browser mobile agar seluruh foto artikel muncul]

Berikut gambaran singkat tentang beberapa Arsitek gemilang yang berhasil memberi warna baru pada dunia:

Norman Foster

[caption id="attachment_289126" align="aligncenter" width="562" caption="Norman Foster, sumber: Impresionis Grafis Pribadi © John Simon Wijaya 2014"][/caption]

Foster adalah seorang arsitek senior dari Inggris yang sangat produktif, karyanya selain menjamur di berbagai sudut kota London juga telah menyebar di beberapa belahan dunia. Karyanya banyak dipengaruhi oleh warna design Frank Lloyd Wright, Ludwig Mies van der Rohe, dan Le Corbusier. Mendirikan biro arsitek Foster and partner di usia 32 tahun, serta meraih Pritzker Prize Award di Tahun 1999. [ Pritzker Award adalah penghargaan puncak Arsitek, Academi Oscarnya arsitek]

Karya-karya Foster dikenal sebagai karya seni menawan, futuristik namun “mudah dicerna”. Sebagian besar karya Foster berbentuk bulat telur dengan balutan façade bermaterial kaca. Salah satu karyanya yang paling populer adalah The Gherkin di London UK. Tapi jika kita ingin menikmati karya Foster yang bisa dijangkau lebih dekat dapat kita kunjungi di Stasiun MRT Expo Singapore. Di mana atap stasiun didesain sengaja mengikuti bentuk UFO.

Santiago Calatrava

[caption id="attachment_289131" align="aligncenter" width="562" caption="Santiago Calatrava, sumber: Impresionis Grafis Pribadi © John Simon Wijaya 2014"]

1389199451611617898
1389199451611617898
[/caption]

Calatrava adalah seorang arsitek berciri khas ekspos struktur pada tiap karya bangunannya. karena kehasannya tersebut selain merancang gedung, karyanya lebih banyak didominasi oleh Jembatan dan Airport yang lebih menonjolkan lekukan rangka atap yang mempesona.

Salah satu karya Calatrava yang sempat menjadi trend setter di dunia arsitektur adalah The Turning Torso di Swedia.

Bjarke Ingels

[caption id="attachment_289128" align="aligncenter" width="562" caption="Bjarke Ingels, sumber: Impresionis Grafis Pribadi © John Simon Wijaya 2014"]

138919916375884960
138919916375884960
[/caption]

Arsitek Denmark yang menggemari gunung ini adalah seorang arsitek nyentrik dan selalu tampil keren, dan tidak ingin terlihat datar. Dia suka mengekspresikan bangunannya sebagai karya yang berbeda dibanding bangunan di sekitarnya. Bjarke Ingels sempat bekerja di Arsitek Rem Koolhas dan mengasah kemampuannya di sana, namun seperti layaknya seorang karyawan, saat ikut bekerja di Koolhas, Ingels belumlah menunjukkan karya dan ciri khas uniknya.

Pada akhirnya dia keluar, dan membuka BIG Bjarke Ingels Group, Studio arsiteknya sendiri. Untuk sementara ini, boleh jadi Ingelslah arsitek muda yang paling banyak disorot media dan sedang naik daun karena selalu melahirkan karya bangunan dengan konsep keluar dari kotak kotak pattern era masa sebelumnya.

Zaha Hadid

[caption id="attachment_289129" align="aligncenter" width="890" caption="Zaha Hadid, sumber: Impresionis Grafis Pribadi © John Simon Wijaya 2014"]

13891992832105095316
13891992832105095316
[/caption] Zaha Hadid adalah wanita pertama di dunia yang mendapatkan gelar Pritzker Prize (2004). Ciri Khas karya Hadid adalah bangunan yang meliuk-liuk tanpa sudut -- mengalir dan dinamis. Lentik dan terkadang seakan menari mengikuti irama lantunan aktifitas manusia yang diwadahi bangunanya. Untuk sementara ini, arsitek kelahiran Iraq ini merupakan arsitek wanita paling populer di dunia. Dan tentu saja unsur feminim yang menonjol di bangunannya belum ada arsitek lain yang bisa mengalahkan di belahan dunia manapun.

Tadao Ando 安藤忠雄

[caption id="attachment_289130" align="aligncenter" width="562" caption="Tadao Ando, sumber: Impresionis Grafis Pribadi © John Simon Wijaya 2014"]

1389199380312035981
1389199380312035981
[/caption] Tadao Ando 安藤忠雄 , adalah arsitek lulusan SMA, tidak pernah kuliah dan mempelajari arsitektur secara otodidak. Kehidupan mudanya dilalui dengan menjadi atlit tinju, dan dari bertinju tersebutlah dia berhasil mengumpulkan uang untuk berkeliling dunia, mengunjungi secara langsung karya Masterpiece arsitek tingkat dunia seperti Le Corbusier, Ludwig Mies Van der Rohe, Frank Lloyd Wright and Louis Kahn. Setelah puas berkeliling dunia, Ando kembali ke Osaka dan membuka biro arsiteknya sendiri di usia 27 tahun. Dan meraih Pritzker Prize untuk tahun 1995.

Karya Ando memiliki karakter unik bersahaja, sederhana, jujur dan penuh kerendahan hati. Bahkan bangunan Ando tidak memerlukan cat. Sebagian karya Ando hanya difinish-aci dan terkadang hanya murni cor-coran beton tanpa finishing yang berlebihan. Bahkan pola grid cetakan lubang bulat-bulat yang sesungguhnya terbentuk dari papan bekisting saat proses cor malah menjadi ciri khas sendiri sebagai karya Ando.

Berani Berkarya dan Berani bersikap

Poin yang bisa kita pelajari dari seluruh arsitek tadi adalah mereka memiliki keberanian untuk bersikap dan memiliki keunikan karakternya masing-masing. Itulah yang membuat mereka besar. Norman Foster dan juga Tadao Ando memang banyak mendapatkan pengaruh serta energi positif dari design Frank Lloyd Wright, Ludwig Mies van der Rohe, dan Le Corbusier, begitu juga Bjarke Ingels yang banyak belajar dari mantan bosnya Rem Koolhas. Namun poinnya di sini adalah: saat kita belajar dari senior kita, bukan berarti kita harus menjadi kloning dari sang mentor. Mereka berhasil keluar kotak dan memanfaatkan energi positif dari arsitek arsitek senior sebelumnya dengan menemukan stylenya sendiri yang tumbuh seiring dengan berjalannya waktu.

Sebuah karya masterpiece yang selalu dikagumi orang  secara seimbang akan dibenci orang lainnya juga yang merasa gelisah saat melihat karya tersebut.

Bahkan karya mengagumkan sekelas Zaha Hadidpun tidak pernah luput dari kritik tajam. Mulai dari bangunan stadium di Qatar yang dikritik memiliki bentuk mirip vagina sampai ada komentar menarik dari teman saya sendiri yang menyebut karya Hadid ini hanya indah dipandang tapi tidak dapat dirasakan. Dari skala manusia saat kita memasuki bangunannya kita kurang mendapatkan sensasi “pengalaman meruang” pada bangunannnya.

Seperti apapun argumen yang dilontarkan tetap saja kita akan sampai pada kesimpulan terakhir bahwa karya Hadid ini adalah sebuah masterpiece mengagumkan yang membuat gelisah semua orang.

Sebagai arsitek, jika saya ditanya lebih condong di aliran siapa dan banyak mendapatkan influence dari siapa? saya akan menjawab: saya terinfluence dari siapapun dan apapun itu yang berada di sekitar saya, tapi saya akan bertahan dengan style saya sendiri dan tidak akan pernah ragu untuk menelurkan karya yang suatu hari akan dibenci orang. Karena setiap karya yang memiliki sikap dan ada yang membencinya, dengan sendirinya adapula beberapa orang lain yang akan mencintainya.

Mengutip kata- kata Raul Renada, “ jangan mau menjadi kaum mediocre.”

Pada akhirnya, tidak hanya terbatas dalam dunia arsitektur, dalam berkarya apapun itu wujudnya kita harus menghindari menjadi orang lain dan berani bersikap, karena hanya dengan langkah itulah keunikan kita akan menonjol dan muncul dengan sendirinya.  Setiap orang, di bidang apapun itu harus memunculkan uniq selling point dari dalam dirinya. Itulah yang membuat dia spesial dan itulah yang membuat dia selalu dicari orang. Jangan pernah takut menjadi berbeda dan jangan pernah ragu untuk menelurkan karya yang berani.

John Simon Wijaya © 2014

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun