Mohon tunggu...
John Simon Wijaya
John Simon Wijaya Mohon Tunggu... profesional -

✉ johnsimonwijaya@gmail.com IG/LINE : @johnswijaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tips Bebas Banjir

13 Januari 2014   20:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:52 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Berikut tips sederhana yang harus kita lakukan bersama agar terhindar dari banjir, baik banjir musiman maupun banjir biasa. Pada dasarnya banjir adalah salah satu bencana alam akibat ulah manusia sendiri, bukan bencana yang berasal atas kehendak Tuhan. Tidak terbatas untuk Jakarta, namun berlaku juga di seluruh belahan bumi yang lain.

_________________

#1 | Patuhi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota.

Salah satu contoh sederhana mematuhi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota adalah, tidak membangun bangunan di sepadan 15m dari bibir sungai, waduk, situ, danau atau aliran air lainya, tidak membangun bangunan di area terbuka hijau, dan tidak menyalahgunakan IMB.

Jika anda membangun mall, hotel, perkantoran atau gedung besar lainnya salah satu syarat dokumen pengajuan IMB pasti ada gambar sumur resapan. Pastikan sumur itu benar benar terbangun dan dapat meresapkan air secara efektif saat hujan deras mengguyur. Jangan sekedar pemenuhan syarat IMB tetapi realisasi di lapangan barangnya tidak ada, jangan sekedar menjadi bangunan benalu kota.

Sama halnya saat analogi masalah macet, dari dalam mobil anda geram dan teriak-teriak, padahal anda sendirilah salah satu aktor bagian dari traffic tersebut.

Banjir? berkacalah lagi, apakah rumah anda ikut berkontribusi memperlambat laju air mengalir ke tanah?

_______________

#2 | Sadar Dasar Keseimbangan Lingkungan

Hukum dasar keseimbangan alam yang paling sederhana adalah air selalu mencari jalannya untuk meresap ke tanah. Nah, coba anda bayangkan bagaimana jika di rumah anda sendiri ternyata seluruh bentang tanahnya berupa beton dan perkerasan semen semua? Airnya suruh lari ke mana?

Bagi yang memiliki carport dan halaman rumah yang sudah terlanjur diconblock / dibeton permanen, saya sarankan dibongkar dan diganti grassblock. Grassblock adalah model conblock alternatif yang lebih murah, ramah lingkungan serta masih menyisakan 50% celah agar air langsung mengalir ke tanah.

Bagi yang halamannya sudah sangat kecil menghimpit tetap usahakan membuat beberapa titik biopori  secara mandiri. Setidaknya tiap satu orang anggota keluarga satu lubang. Bayangkan jika setiap orang melakukan hal ini, maka di Jakarta setidaknya sudah ada 8 juta titik biopori.

_______________

#3 | Menumbuhkan Perasaan Saling Ikut Memiliki

Pada dasarnya masih banyak warga Jakarta belum merasa kota ini sebagai rumahnya sendiri. Sebagian orang masih menganggap rumah aslinya ya di kampung halaman sana. Atau yang lebih parah lagi ternyata belum menyadari bahwa bumi dan seluruh isinya ini hanyalah titipan Tuhan kepada kita. Sehingga belum terbentuk rasa saling memiliki. “Mau buang sampah di sini, atau di sebelah sana ya bodo amatan.”

Khusus untuk Jakarta, saat kita sempat mengamati jenis-jenis material apa saja yang dikeruk eskafator di sungai dan beberapa titik titik pintu air, kita mungkin akan tercengang. Tidak hanya plastik, sampah dan material pecahan kecil rumah tangga lainnya. Namun kita akan menemukan sofa, kasur dan yang paling ekstrim rongsokan gerobak kaki lima ikut dibuang di sungai.

Dari permasalahan poin ke 3 tersebut sudah jelas bahwa pola warga kita masih banyak memiliki pola pikir dasar yang salah. Memiliki pola pikir menganggap sungai adalah tempat sampah. Padahal aliran sungai merupakan salah satu urat nadi siklus alam. Sampah yang dibuang ke selokan, gorong-gorong dan aliran sungai tak ubahnya seperti lemak kolesterol yang menghambat laju mengalirnya air yang ingin bergerak sesuai hukum ilmiahnya. Bergerak menuju ke tempat yang lebih rendah dan menuju ke laut.

Jika gaya hidup yang sudah menimbulkan bencana yang terus berulang tiap tahunnya tidak juga diubah. Maka alamlah yang akan memulai diri untuk mengubah anda.

Kesimpulan terakhir.

Banjir adalah bencana komunal, berulang atau tidaknya bencana ini di setiap tahunnya tetap kembali bergantung dari gaya hidup dan kesadaran penduduk kotanya. Infrastuktur fisik penunjang seperti deep tunnel dan dan sudetan Ciliwung-BKT yang ke depannya akan dibangun hanyalah alat bantu yang tidak bermanfaat apa-apa jika tanpa didukung kesadaran masyarakatnya itu sendiri untuk ikut menjaga.

Yang paling penting diubah pertama kalinya adalah pola pikir warganya. Perlunya menumbuhkan perasaan ikut memiliki, ikut menjaga bahwa alam sekitar tempat kita tinggal dan hidup ini adalah rumah tinggal kita bersama, baik untuk hari ini maupun untuk anak cucu kita seribu tahun ke depan.

___________________

John Simon Wijaya © 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun