Mohon tunggu...
John Simon Wijaya
John Simon Wijaya Mohon Tunggu... profesional -

✉ johnsimonwijaya@gmail.com IG/LINE : @johnswijaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keep Calm and Carry On

15 Februari 2014   21:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:47 3129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_295610" align="aligncenter" width="381" caption="Keep Calm and Carry On, dokumentasi pribadi"][/caption]

Tentu kita sudah sangat familiar dengan kalimat di atas (serta berbagai variannya) karena beberapa waktu yang lalu sempat booming sebagai pp BBM maupun sering dipublish pada media sosial lainnya.

SEJARAH KEEP CALM AND CARRY ON

Slogan Poster Keep Calm And Carry On sendiri dalam sejarahnya ternyata memiliki makna mendalam penuh nilai historis tinggi, bukan sekedar bentuk kegalauan orang Indonesia yang sengaja membuat seolah-olah dirinya kuat dengan memasang PP tersebut.

Keep Calm And Carry On, slogan singkat to the point dan penuh penguatan adalah slogan yang didengungkan oleh King George VI di masa Perang Dunia II. Saat itu kota-kota besar di Britania Raya terutama London terus menerus digempur rudal serta bom dari Hitler dari seberang lautan. Rakyat panik, takut keluar rumah, aktifitas lumpuh dan kegiatan ekonomipun berhenti.

British Government akhirnya memilih poster propaganda yang mampu membangkitkan semangat dengan penggunaan kata singkat sehingga mudah diingat dan merasuk langsung ke hati rakyat. Lahirlah Slogan Keep Calm and Carry On lengkap dengan logo mahkota sederhana di atasnya. Logo mahkota yang mengungkapkan bahwa ini adalah titah langsung dari sang Raja. Poster yang mampu membuat hati rakyatnya lebih tentram.

Begitu bersejarahnya slogan ini, dan mendarah daging bagi orang Inggris saat itu.

Di tahun 1939, poster ini telah dicetak hingga 2,5 juta kopi dan ditempel pada berbagai sudut kota London serta kota-kota besar lainnya di Britania Raya. [1]

POSTER POLITIK DI INDONESIA

Beda negara, beda jiwa dan beda pula mindset para pemimpinnya.

Di negara kita, sudah lumrah dan selalu menjadi polusi visual 5 tahunan saat di berbagai sudut kota dipenuhi baliho atau billboard muka politisi beserta kata-kata mutiara yang ternyata jauh lebih kecil dibandingkan wajah politisinya itu sendiri. Substansinya kadang ga jelas dan asal njeplak.

King George VI tidak perlu memasang mukanya gede-gede di baliho,

Slogan Keep Calm and Carry On 70 tahun yang lalu sengaja didesain sederhana, dengan Raja hanya diwakilkan logo mahkota, sebuah logo yang hanya sebesar kurang dari 20% keseluruhan isi volume poster. Jelas halnya bahwa di dalam poster ini isi pesannya yang jauh lebih penting harus sampai ke rakyatnya. Bukan pencitraannya.

Negara kita malah sebaliknya. Muka politisinya yang lebih ditonjolkan, kadang sampai 70% dari dominasi poster itu sendiri. Isi pesan dari posternya itu sendiri justru ga jelas dan terkadang menggunakan tata kalimat ambigu. Seperti salah satu contoh pada poster yang saya temukan di baliho pinggir jalan berikut [ILUSTRASI 02]. Sebenarnya rakyat sudah tau itu wajah siapa, tapi kenapa juga dijelaskan lagi memakai nama. Apakah orang yang bersangkutan takut rakyatnya lupa?

[caption id="attachment_295611" align="aligncenter" width="653" caption="Ilustrasi 02, dokumentasi pribadi"]

13924503861838262964
13924503861838262964
[/caption]

Nah kalau sudah norak seperti ini posternya, lalu siapa juga yang mau inisiatif memakai sebagai PP BBM nya? Sebuah sampah visual dan merusak pemandangan kota saja.

MENCIPTAKAN POSTER YANG SEDAP DIPANDANG

Lalu sebaiknya bagaimana sih cara mendesain Poster yang langsung mengena dan menarik hati rakyat untuk dipakai di PP BBMnya? Apakah mukanya harus dibuat besar?

Dari sudut pandang desain advertising, untuk menciptakan sebuah poster yang simpel , mengena dan cepat masuk ingatan orang. Saya pribadi punya satu contoh ideal seperti gambar poster di bawah ini [ILUSTRASI 03]. Pada sampel poster ini, isi pesan yang disampaikan terkandung 80% dari volume keseluruhan poster itu sendiri, sedangkan citra dari sang pemberi pesan tidaklah harus dibuat besar-besar, kecil saja di bawah. Toh dengan sendirinya rakyat sudah tau siapa yang dimaksud berbicara.

[caption id="attachment_295612" align="aligncenter" width="487" caption="Poster Ideal, ilustrasi penulis"]

13924504821229105952
13924504821229105952
[/caption]

Simpel, To The Point dan Langsung Mengena.

_______________________

John Simon Wijaya © 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun