Mohon tunggu...
Yudhis Manoppo
Yudhis Manoppo Mohon Tunggu... -

iris

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Oktober Keramat Dunia Keuangan

1 Oktober 2014   03:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:52 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini adalah hari terakhir dalam bulan September 2014, dan segera akan memasuki bulan Oktober. Bulan yang memiliki "nama keramat" di dunia keuangan. Enam tahun yang lalu, kekeramatan itu tetap berlaku dan mengejutkan dunia. Dampak dan cerita yang dibawanya, masih bisa dirasakan hingga saat ini, dan lagi, kondisi saat ini berlaku sebagai waktu yang sangat menantang! Tapi tentu saja berharap "kali ini berbeda".

Jadi, alangkah sangat bijaknya untuk merenungkan kutipan ini bagi mereka yang bertanggung jawab dalam setiap jenis manajemen krisis.

Seperti kata Hank Paulson, tepat sebelum Lehman Brothers runtuh pada 15 September 2008 yang selanjutnya memicu krisis subprime mortage 2008,

" We didn’t have the powers , The problem in politics is this : you don’t get any credit for disaster averted ".

Raksasa-raksasa keuangan seperti  Merry Lynch, JP Morgan, Bear Stearns dan Lehman Brother yang hancur itu menyebabkan "sesuatu" yang dianggap tidak masuk akal, Sang Titan atau Wall Street, ternyata mengalami pendarahan yang disebabkan oleh bangkrutnya "4 giants" tersebut , sehingga sanga raksasa yang terlihat sangat kokoh itu limbung juga, bleeding terjadi akhirnya harus terkapar juga dan mendapat bantuan  dari bailout sebeasar 700 milliar USD, dana yang sangat besar yang merupakan hasil keringat "pembayar pajak" banting tulang sepanjang hari.

Seharusnya berdasarkan penelitian yang telah dilakaukan, ketika tanda-tanda krisis itu sudah mulai nampak, Hal ini menjadi, alert penting bagi para pemimpin negeri untuk mulai memikirkan permasalahan negara kedepnaya ditengah posisi rebalancing ekonomi global, bukan hanya "ribut" masalah politik yang tiada ujungnya.

Bukankah pemimpin yang baik itu tahu kemana arah bangsanya ?

Bubble economy, bubble comodity, dll, namanya juga gelembung, jadi kalau sudah sampai batas ukurannya pasti pecah dan hancur lebur. Ini memang proses yang alami, nature. Ibarat membuat gedung terlalu tinggi tapi lupa memperkuat fondasi... yap tinggal bagaimana anda bisa menyikapinya dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun