Mohon tunggu...
Yudhis Manoppo
Yudhis Manoppo Mohon Tunggu... -

iris

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Cara Sri Rama Menghukum Rahwana dapat Digunakan Indonesia dalam Menyikapi Kebudayaan Korupsi di Birokrasi Pemerintahan

13 April 2014   03:57 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:44 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam cerita pewayangan, disebutkan suatu ketika terjadi pertempuran antara Sri Rama dan Rahwana yang berlangsung sangat seru sekali. Sebagai titisan dewa Wisnu, Sri Rama sudah tentu sangat sakti sekali, akan tetapi Rahwana juga tidak kalah saktinya, sebagai titisan angkara murka Rahwana mempunyai dua ajian sakti yaitu Pancasona yang membuat dirinya bisa hidup kembali, dan Rawarontek yang bisa membuat tubuh dia yang hancur bisa bersatu kembali ketika menyentuh tanah.

Berkali kali Sri Rama dalam pertempuran tersebut membuat Rahwana mati dan hancur, tetapi setelah menyentuh tanah dia pun bangkit lagi dari kematianya. Sri Rama mulai dilanda keraguan melihat kenyataan itu, sedangkan Rahwana semakin sombong dan menghina Sri Rama, Rahwana mengatakan sampai kiamat datang pun Sri Rama tidak bakal bisa membunuh dia. Karena rasa putus asa semakin tinggi, Sri Rama pun memanggil adiknya Laksmana dan Hanoman untuk menggantikan dia melawan Rahwana, sementara Sri Rama ingin bersemedi mencari pencerahan.

Sri Rama pun memulai semedinya, Dewa Wisnu pun segera keluar dari raga Sri Rama dan terbang ke Nirwana untuk meminta nasihat Sang Hyang Jagat Nata. Ditengah perjalanan Dewa Wisnu bertemu Brahmana pengembara Argageni yang terkenal sangat bijak di jagat raya. Argageni pun menyindir Dewa Wisnu, kenapa seorang kestria dewata sang Wisnu sampai lari dari pertempuran meninggalkan lawanya Rahwana, apakah kebingungan dan putus asa yang telah membuat kstria kekasih dewata tersebut  lari dari pertempuran.

Argageni pun terus menyindir Dewa Wisnu dengan bijak, dia berkata pun berkata bahwa yang namanya angkara murka itu tidak akan pernah bisa dibunuh dan dihapus dari muka bumi yang fana ini. Tetapi angkara murka hanya bisa dihukum dan diberi pelajaran. Alangkah sangat bodohnya jika seorang Dewa Wisnu ingin membunuh angkara murka di dunia ini, karena angkara murka juga merupakan unsur keseimbangan terciptanya sebuah dunia. Setelah mengucapkan kalimat terakhir tersebut, menghilanglah Argageni dari hadapan Dewa Wisnu.

Dewa Wisnu pun tersadarakan akan kekeliruanya dan segera kembali ke raga Sri Rama yang sedang bersemedi tadi. Setelah Sri Rama bangun dari semedinya, dia pun memanggil Laksmana adiknya dan Hanoman agar meninggalkan Rahwana sendiri. Setelah itu dia pun mengucapkan mantra untuk memanggil panah saktinya yang bernama 'kyai dangu'. Sebuah panah yang sangat sakti, yang bisa dilepas tanpa menggunakan busur hanya dengan mengucapkan tembang 'galaganjur', sebuah panah yang  bisa terbang sesuai kehendak sang pemilik dan bisa berbicara layaknya manusia.

Setelah diucapkan tembang Galaganjur tersebut, melesatlah Kyai Dangu untuk menemui Rahwana. Rahwana pun terkejut ketika mengetahui Kyai Dangu datang dan bisa berbicara mengucapkan salam, selanjutnya Kyai Dangu mulai menususk kecil kulit Rahwana, Rahwana pun berusaha menangkap Kyai Dangu tersebut, tetapi sayang Kyai Dangu pun lebih sigap menghindar dan sesekali menusuk lagi kulit Rahwana secara terus menerus, sambil mulutnya terus mengejek Rahwana. Kyai Dangu pun berkata akan menusuk terus sedikit demi sedikit kulit Rahwana meskipun setebal apapun.

Rahwana pun mulai gusar dan terbang tinggi ke langit, tetapi ternyata Kyai Dangu terus mengikuti arah dari Rahwana tersebut, hingga Rahwana pun masuk kedalam lautan untuk menghindari Kyai dangu, namun ternyata Kyai Dangu masih saja terus mengikutinya sambil terus menusuk kulit Rahwana. Kyai Dangu pun mengejek Rahwana yang berusaha lari dari dirinya, dan dia berkata akan terusmengikutinya hingga keujung jagat raya pun. Karena semakin putus asa-nya akhirnya Rahwana pun untuk pertama kalinya dalam hidupnya berkata 'tobat' kepada Dewata dan minta bantuanya untuk menyingkirkan Kyai Dangu tersebut, tentu saja Kyai Dangu semakin tertawa melihat Raja Angkuh tersebut ketakutan, Kyai Dangu pun berkata bahwa Sri Rama telah mengutus dia untuk menghukum Rahwana seumur hidupnya dengan mengikutinya kamanapun perginya dan terus menusuk kulitnya secara terus menerus.

Karena sudah putus asa Rahwana pun bersembunyi diantara beberapa gunung kecil yang berhimpitan dan ternyata Kyai Dangu pun hilang dari pandangan Rahwana, Rahwana mengira Kyai Dangu telah kehilangan jejak dia dan mulai tertawa senang, setelah memastikan Kyai Dangu sudah tidak ada, Rahwana pun hendak pergi dari tempat bersembunyinya, ternyata dia tidak menyadari bahwa sedari tadi dua gunung tersebut telah mulai menghimpit dia, ternyata Kyai Dangu melebur dalam gunung tersebut dan mulai menghimpit seluruh tubuh Rahwana. Demikianlah akhir dari keangkuhan Rahwana dengan tubuh terhimpit seumur hidup diantara dua gunung tersebut meskipun terus hidup dan tidak bisa binasa.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Indonesia hanya butuh figur 'Kyai Dangu' dalam menghadapi budaya kejahatan publik (KKN)  yang sudah mengakar dan menjadi tradisi. Sangatlah sulit jika menghapus secara langsung kebudayaan tersebut, tetapi jika kita punya penegak hukum yang berwenang (KPK) yang konsisten, lurus dan tidak terpengaruh oleh siapapun seperti figur 'Kyai Dangu' tersebut, segala kejahatan publik dalam birokrasi Indonesia akan sendirinya berkurang karena rasa putus asa terhadap figur tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun