Mohon tunggu...
John Rubby P
John Rubby P Mohon Tunggu... Penulis - Planter yang selalu belajar

PLANTER............

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saat Logika dan Asumsi Bisa Salah

8 Februari 2016   09:32 Diperbarui: 8 Februari 2016   12:41 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menuduh sseorang dengan asumsi yang dibangun berdasar logika bisa juga menjadi kesimpulan yang salah dan berujung hukuman yang salah.

Satu desa terpencil punya cerita yang menggambarkan hal di atas. Satu keluarga dengan anak lelaki yang lagi nakal-nakalnya anak remaja. Orang tuanya percaya penuh sama anaknya. Rumah dikunci, akan tetapi karena di desa, maka jika anak sudah sekolah, maka orang tua akan ke ladang atau sawah dan rumah akan dikunci rapat. Untuk menghindari anak kelaparan, maka anak kunci disembunyikan ditempat tertentu supaya si anak yang masih SMP bisa masuk ke rumah, dan si anakpun diberitahu tempat menyembunyikan anak kunci.

Kejadian mulai aneh, orang tua mulai curiga, uang yang disimpan mulai berkurang satu lembar satu lembar, memang tak banyak hanya Rp10.000 atau Rp20.000. Jika uang disimpan semua dalam pecahan Rp50.000 atau Rp100.000, tidak ada yang berkurang. Orang tua masih berfikir positif, mungkin mereka salah hitung. Tapi setelah dengan cermat diteliti, ternyata memang uangnya raib satu lembar, kesimpulan sementara berarti ada yang ambil.

Suami dan istri berembuk mencari akar masalah, kesimpulan awal bisa saja anaknya kekurangan uang jajan karena cuma satu anaknya yang SMP saja tinggal sama mereka, sedang anak yanglain sudah kost. Merekaakhirnya menaikkan uang jajan sang anak sambil berpesan agar tidak melakukan pencurian. Sang anak yang belumtau akar masalah senang saja dapat uang jajan tambahan.

Akan tetapi, kehilangan uang tetap terjadi, maka si anak harus diberi pelajaran. Maka diinterogasilah sang anak, mulai dari yang lembut, dan mulai membentak. Hasil interogasi sang anak tetap tidak mengaku. Akhirnya si bapak naik pitam, memukul si anak sambil mengatakan mengaku apa tidak, semakin si anak tak mengaku, semakin sibapak memukul dengan keras. Saking sakitnya, maka si anakpun akhirnya mengaku. Orang tua akhirnya menghentikan pemukulan dan memberi nasehat ke anaknya, mereka berpesan jangan mengulangi perbuatan, dan si anak minta maaf dan mengatakan tidak akan mengulanginya sambil terisak. Orang tua mengatakan, siapa lagi yang mengambil, hanya mereka bertiga di rumah, dan uang raib saat orang tua di ladang atau sawah, sementara anak kunci hanya si anak yang mendapatkan akses.

Saat pemukulan terjadi, naluri sang ibu sudah mulai curiga, kenapa anaknya begitu ngotot tak mengaku, pasti ada yang tak beres. Tapi walau begitu, sang ibu merasa lega, anak sudah mengaku dan hukuman sudah diterima. Beberapa saat kemudian, uang tetap raib entah siapa yang mengambil, berarti mereka sudah salah memberi hukuman atau si anak tidak mau berubah. Jadilah mereka membuat skenario, saat anak SD suda pulang mereka seolah olah pergi naik motor, tapi setelah terselip dari rumah, sang istri turun dari motor, dan mengamati rumahnya dari kebun dekat rumah, sementara si bapak tetap seolah pergi jauh dengan sepeda motornya. 

Sejurus kemudian, anak tetangga yang baru pulang dari sekolah SD, mendekati rumah dan mengambil anak kunci dari tempat dimana orangtua tadi menyembunyikan anak kunci. Si ibu menahan diri, dibiarkannya beberapa saat, barulah dia masuk rumahnya, dan didapatilah anak tetangga baru keluar kamar, sambil ditangannya satu lembar uang Rp20.000. Ternyata asumsi mereka selama ini salah, bahkan hukuman telah dijatuhkan, ternyata pelakunya bukanlah sesuai logika yang mereka yakini. 

 

Gong Xi Ga Cai

Salam....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun