Mohon tunggu...
John Rubby P
John Rubby P Mohon Tunggu... Penulis - Planter yang selalu belajar

PLANTER............

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Cegah Kebakaran Lahan dengan Manajemen Air

26 September 2015   14:31 Diperbarui: 27 September 2015   17:08 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber foto: dokumen pribadi"][/caption]

Memahami sifat air akan memudahkan kita mengelola dan mengendalikanya. Semuah mahluk hidup memerlukan air, jadi tak heran setiap planet yang memiliki kandungan air, dapat diduga juga memiliki kehidupan. Air juga memiliki peranan penting pada bencana asap saat ini. Berbicara asap tak bisa kita lepaskan dari peranan air didalamnya. Adanya bencana asap disebabkan karena berkurangnya pasokan air terutama di lahan gambut. Lahan gambut terbentuk dalam hamparan luas, dan selalu menjadi daerah rendah. Karena lahan gambut berada di daerah rendah, maka pada saathujan turun, daerah gambut akan melimpah airnya dan bahkan kadang sampai mengakibatkan daerah gambut digenangi air. Akan tetapi, saat kemarau maka lahan gambut rentan kekeringan yang kemudian berakibat rentan terhadap kebakaran.  

Melihat keadaan ini, pengaturan air menjadi sangat penting untuk mengurangi kebakaran lahan gambut.  Pada lahan gambut, air yang melimpah pada saat hujan harus segera dialirkan, karena jika tidak, maka tanaman yang ada di atasnya tidak akan mampu bertahan hidup.

Sebaliknya, mendekati musim kemarau, lahan-lahan gambut perlu dibuat pintu-pintu penahan air, supaya air tidak semuanya hilang dari lokasi lahan gambut. Setiap jarak tertentu (sesuai ketinggian) dibuat penahan air, dan tinggi permukaan air dengan permukaan lahan gambut dipertahankan 40-50cm. Dengan demikian, air akan tetahan dan kekeringan lahan gambut dapat diminimalisasi. Dengan begitu, kebakaran lahan gambut dapat ditekan. Pembuatan penahan ini dapat diaplikasikan supaya kita tidak melulu menggunakan biaya mahal dan teknologi modern. Cukup dengan menggunakan teknologi sederhana untuk membendung air. Membendung air dapat dilakukan dengan karung dan tanah mineral. Karung diisi dengan tanah, kemudian diikat. Selanjutnya karung disusun sedemikian rupa sehingga air tidak bebas keluar dari parit atau sungai-sungai lahan gambut.

Di samping manajemen air di atas, satu hal yang sangat penting dan tak boleh diabaikan dalam hal pengendalian kebakaran lahan adalah sistem peringatan dini (Early Warning System, atau disingkat EWS). Dengan adanya EWS, maka setiap lini dapat bersatu padu dan paling tidak memberi peringatan dini sebelum kebakaran semakin meluas.

EWS tidaklah selalu canggih. Yang penting dikerjakan dengan hati dan tulus iklas, maka semua masalah kebakaran lahan akan cepat tertangani. Jika kemarau sudah mendekat, maka patroli kebakaran lahan dan pengamatan melalui menara-menara yang disediakan di lokasi strategis. Lokasi yang berada pada posisi air terendah akan lebih mendapat prioritas dalam patroli, tentu tanpa mengabaikan lahan lain, tetap harus dalam koridor pengamatan berkala dan konsentrasi.

Jika manajemen air dan sistem peringatan dini telah dilalsanakan, jangan lupa juga penyediaan alat-alat pemadam api seperti pompa air dan tangki-tangki air yang dapat digerakkan sesaat jika ada tanda-tanda kebakaran lahan terjadi. Untuk menjalankan itu semua, kita harus tetap waspada dan membuat pelatihan yang terus menerus. Pelatihan dan simulasi pemadaman kebakaran lahan harus tetap dilakukan walaupun pada saat musim hujan, sehingga semua lini terbangun kerjasama yang cepat, tanggap, dan terstruktur. Dengan demikian kebakatan lahan dapat diminimalisasi dan asap tidak lagi menjadi momok.

Tapi jangan lupa, asap haruslah tetap ada. Jika tidak, nanti gak bisa makan, karena kalo dapur tidak berasap pertanda nyonya di rumah sedang tidak memasak.

Salam Asap...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun