Mohon tunggu...
John Rubby P
John Rubby P Mohon Tunggu... Penulis - Planter yang selalu belajar

PLANTER............

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Kenapa Saya Tidak Merokok?

24 Januari 2016   19:01 Diperbarui: 24 Januari 2016   19:42 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rokok, seolah tak bisa dipisahkan pada setiap orang dewasa. Pemahaman saya dan teman-teman kira-kira begitilah saat saya SMP (1990-an). Karena menurut yang telah dewasa saat itu, rokok adalah simbol persahabatan. Pada saat saya SMP, banyak teman seusia saya mencoba-coba menghisap rokok, walaupun dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Jika ketahuan orang tua, pasti mendapat hukuman yaitu dipukul, karena itulah pemahaman saat itu.

Setelah beberapa teman coba-coba, akhirnya ada juga yang kecanduan, sehingga dia tidak bisa lepas dari rokok. Jika keinginannya akan rokok datang, dan uang untuk beli rokok tidak ada, maka puntung rokok sisa orang lainpun dipungut yang penting mulut bisa berasap.

Saya tidak pernah ikutan saat itu, untuk merokok, sebab saya sangat takut untuk mencobanya, sebab orang tua melarang keras, dan aturan ini sangat konsisten ditetapkan orang tua saya. Setelah SMA, saya harus kost karena tempat sekolah jauh dari rumah. Nasehat orang tua saya tetap terselib tentang ketidak setujuannya jika saya merokok. Saya ingat beliau berpesan demikian :

saya memang porokok, dan tak selayaknya menasehati kalian (kami anaknya) tentang bahaya rokok, sejak srkolah dulu saya sudah merokok, akan tetapi walaupun saya kurang tepat melarang kalian merokok, tetapi satuhal pesan saya, jika uang yang saya berikan, kalian bakar, itu sama saja kalian membakar keringat saya. Jika kalian telah menghasilkan uang sendiri dan kalian membakarnya melalui rokok, itu hak kalian, tetapi sejauh kalian masih saya tanggung jawabi, maka merokok untuk kalian adalah haram.

Itulah nasehat yang beliau berikan, dan sampai saat ini, saya tidak menjadi perokok, mungkin karena dari dulu saya tak pernah menyentuh rokok, dan tak mau mencobanya. Untunglah orang tua saya begitu tegas tentang larangan merokok, sehingga sayapun sampai saat ini terbebas dari rokok.

Rokok dapat membebani ekonomi perorangan maupun keluarga. Ada seorang karyawan masih bujang, akan tetapi selalu mengeluh, sebab di dana sini penuh utang, istilah orang GBHN (gaya boleh, utang numpuk). Setelah saya dekati secara personal, taulah saya apa sesungguhnya masalah keuangannya. Satu hari dia bisa menghabiskan 3 bungkus rokok, sehingga satu bulan dia menghabiskan 90 nungkus, itu brarti 9 slop. Harga satu slop rokoknya sekitar Rp140.000, itu berarti uangnya habis dia bakar sia-sia sebanyak Rp1.260.000, sementata penghasilan dia berkisar Rp2.500.000 - Rp3.000.000 setiap bulan.

Saya saat itu memberi pemahaman kepadanya, tentang bahaya rokok untuk ekonominya. Saya tantang dia, jika kamu ngajian nanti, coba sisihkan uangmu sebesar Rp1.000.000, dan ambil korek api, bakarlah itu uang sambil kau pelototi sampai habis, dan rasakan apa yang ada dalam jiwamu. Akan tetapi belum dia mencoba dia sudah menjawab, wah kalau itu ulakukan, sakit rasanya hati ini melihat uang terbakar dia-sia. Nah itulah yang telah kau lakulan selama ini, telah membakar uangmu minimal Rp1.000.000 setiap bulan. Lama dia merenung sambil mukanya merah padam.

Keesokan harinya dia menghampiri saya dengan wajah sayu, pak tadi malam saya tak bisa tidur memikirkan yang bpk bilang katanya. Saya bilang, itu bagus, jika kau ingin lebih dasyat rasanya, setelah gajian nanti biarlah kita sama-sama daksikan kau membakar uangmu, setelah itu berhentilah merokok. Akan tetapi, hal itu tidak berani dia lakukan, dia hanya berani mengurangi konsumsi rokoknya menjadi dua bungkus per hari, sayang sekali..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun