Mohon tunggu...
John Rubby P
John Rubby P Mohon Tunggu... Penulis - Planter yang selalu belajar

PLANTER............

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Perkebunan Sawit Tak Ada Santai

2 Januari 2016   10:51 Diperbarui: 2 Januari 2016   11:57 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="mobil terguling, foto pribadi"][/caption]Perkebunan sawit merupakan salah satu penggerak ekonomi di pedalaman, sekaligus membuka akses terhadap keterisolasian daerah pedalaman. Perkebunan sawit memberi banyak sumbangsih terhadap perekonomian nasional, sebagai penghasil minyaknabati terbesar di seluruh dunia. Perkebunan sawit dibuka pada satu hamparan luas, jika tidak demikian maka nilai ekonomi bagi investor tidak akan ada, dengan demikian perkebunan sawit selalu dibuka dan dikelola dalam satu hamparannan luas. Pembukaan perkebunan sawit dalam hamparan luas menjadi makanan empuk pemerhati linigkungan, sehingga tudingan bahwa sawit adalah biang keladi kerusakan lingkungan dan pemanasan global sangat sering dan bahkan tidak pernah reda.

Perkebunan sawit sejak perencanaan sangat memerlukan kerja keras dan kerja cerdas, bagaimana tidak, kelapa sawit dapat menghasilkan buah pada umur 36 bulan sejak mulai ditanam, belum lagi dihitung waktu yang dibutuhkan saat pembibitan. Dipembibitan, kelapa sawit minimal membutuhkan waktu 12 bulan, baru tanaman tersebut bisa dipindah tanam ke lahan. 

Kerja keras dalam perencanaan dan pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit akan senantiasa berlanjut, walaupun tanaman sudah siap panen. Sebagai contoh saat kemarau tiba, ada dua hal yang dihadapi perkebunan sawit, yaitu tentang kebakaran lahan dan tentang tuduhan bahawa perkebunan sawitlah pembakar lahan.

Kebakaran lahan di perkebunan sawit adalah sesuatu yang harus dihindari, sebab jika lahan sydah terbakar maka akan mengakibatkan kerugian materi dan kerugian waktu, dan dari segi waktu akan mundur lagi sekitar 5 tahun ke belakang. Jika itu terjadi, alangkah banyaknya kerugian yang ditimbulkan, jika lahan yang telah ditumbuhi sawit terbakar. Pada saat kemarau, semua lini dikerahkan, mulai dari patroli kebakaranlahan, monitoring lahan rawan kebakaran, sosialisasi dan peringatan-peringatan akan bahaya api. Kemarau diperkebynan sawit bukan sekedar kebakaran lahan, akan tetapi, akibat kemarau juga akan berpengaruh terhadap produksi buah kelapa sawit. Jika kemarau bekepanjangan maka target produksi bisa tidak tercapai.

Tudingan sebagai pembakar lahan saat kemarau, sangat sulit untuk dihindari. Seban kenyataannya lahan yang sudah ditumbuhi kelapa sawit seringkali terbakar, dan itu menjadi alasan untuk menunjuk bahwa perkebunan sawit permbakar lahan. Berbagai upaya dilakukan untuk meminimalisasi tudingan miring terhadap industri sawit, akan tetapi sangat sulit dan kenyataannya, di media sering kali kita lihat bahwa perkebunan sawit adalah biang keladi kebakaran lahan.

Jika turun hujan, tudingan terhadap perkebunan sawit pada umumnya akan reda, seiring makin berkurangnya asap akibat kebakaran. Akan tetapi pada perkebunan sawit walaupun tudingan mereda, bukan berarti pekerjaan lebih ringan. Seperti gambar di atas, pada saat hujan turun, maka produksi akan cenderung meningkat dan jalanan pun licin. Karena jalanan di perkebunan sawit licin, maka sangat sering dijumpai mobil buah terbalik, bahkan masuk sungai. Saat hujan adalah saat panen meningkat, itu berarti tidak ada alasan untuk bersantai, sebab buah sawit harus dipanen tepat waktu, jika tidak maka mutu buah akan rendah dan akibatnya minyak yang dihasilkan akan menglami kualitas yang rendah.

Pada prinsipnya, tandan buah sawit dipanen paling tidak tiga kali dalam satu bulan, jika kurang dari itu maka kualitas buah akan randah. Setelah panen buah juga harus segera dikirim ke pabrik dan diusahakan dalam tempo 1 x 24 jam setelah panen, buah sudah diolah di pabrik. Jika byah terlalu lama diolah maka akibatnya asam lemak bebas akan naik, menandakan kualitas minyak rendah, dan berakibat harga minyak akan jatuh. Sehingga dalam pengelolaan perkebunan sawit tidak pernah ada kata santai.

Jika buah melimpah, maka saatnya juga pabrik bersiap, jangan sampai buah yang telah dikirim dari kebun terlambat diolah. Jika terlambat diolah buah akan menumpuk. Jika buah menumpuk, maka sudah bisa ditebak, mutu minyak yang dihasilkan akan rendah.

 [caption caption="buah menumpuk di pabrik sawit, foto pribadi"]

[/caption]Selamat tahun baru 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun